LOGINZahra memandang wali kelasnya dengan tatapan sayu. Ia sebenarnya juga sedih. Emir menyerahkan sebuah map dan bukti pengantaran hadiah dari toko properti. "Ini sedikit kenang-kenangan dari kami, Bu. Untuk ruang guru. Semoga bermanfaat. Insyaallah siang ini di antar," suara Emir tenang dan sopan. Kepala sekolah langsung melihat resi yang sudah terlunasi di map. Ternyata itu bukti pembelian seperangkat sofa untuk ruang guru. Waktu Emir minta saran akan memberikan kenang-kenangan apa, Mbak Yuli memberikan masukan. Supaya dibelikan sofa saja karena tempat duduk di ruang guru sudah usang."Masya Allah, Pak Emir. Ini sangat besar bagi kami. Kami mewakili para guru di sini mengucapkan terima kasih banyak." Suara Ibu kepala sekolah serak."Njih, Bu," jawab Emir.Kemudian dua orang karyawan toko masuk untuk mengantarkan beberapa kotak berisi roti. Cukup untuk dibagikan ke guru dan murid-murid. Dan saat itu semua murid berkumpul untuk menerima jatahnya masing-masing.Sedangkan Zahra diajak mas
Udara pagi Pare masih basah oleh embun ketika mobil Emir memasuki halaman rumah Naima. Dia sengaja berangkat habis salat subuh supaya bisa mengantarkan Zahra ke sekolah. Tapi telat juga karena ban mobil bocor di tengah perjalanan. Ada paku yang menancap.Naima muncul dari dalam sambil tersenyum menyambut kedatangan suaminya. Emir memeluk pas di tengah pintu. Mengecup kening dan tangannya menyentuh perut Naima yang membulat. Mereka lalu masuk ke dalam rumah."Zahra sudah berangkat sekolah?""Sudah, Mas. Lima menit yang lalu di antar Mbak Yuli.""Padahal Mas berangkat lebih awal supaya kita bisa nganter Zahra ke sekolah, sekalian pamit sama gurunya.""Nggak apa-apa. Sebentar lagi kita ke sana. Kata wali kelasnya Zahra, sebaiknya kita datang pas jam istirahat saja. Supaya nggak ganggu pembelajaran.""Oke.""Mas, aku siapin sarapan, ya. Tadi aku goreng ikan nila sama bikin sup.""Sip. Oke, Sayang."Naima bergegas ke belakang. Emir mengikuti. Sambil menunggu istrinya menyiapkan sarapan, ia
SETELAH AKU KAU MILIKI - 57 Perpisahan "Aurel, nggak suka mau punya adik?" tanya Yesi."Suka," jawab Aurel pelan. Masih kaget. Tadi dapat kabar punya ayah baru, sekarang mamanya bilang kalau dirinya mau punya adik.Hening. Yesi mengusap lembut rambut Aurel yang duduk di pangkuannya. "Beneran Aurel nggak mau menginap semalam saja sama Mama?""Nggak, Ma. Aurel mau pulang sama Papa. Besok Aurel sekolah."Yesi mencium puncak kepala Aurel sambil mengangguk samar. Walaupun sedih, ia tidak bisa memaksa anaknya. Mungkin butuh waktu untuk membuat anaknya kembali merasa nyaman bersamanya lagi karena sekarang ada Doni.Sepertinya jauh berbeda dengan penerimaan Naima saat itu. Aurel langsung bisa akrab. Sebelum ia kembali hadir memberikan pengaruh buruk terhadap putrinya."Kamu kerasan tinggal di Pare?""Iya. Kalau Papa ke Pare, Aurel pasti ikut. Perut Mama Naima sudah besar. Adik di dalam perut suka gerak-gerak. Di sana banyak temannya, Ma. Aurel sama Zahra bersama teman-teman yang lain bermai
"Di percetakan. Bosnya itu sebenarnya juga sudah punya istri dan anak.""Terus, dinikahi nggak?""Ya enggak. Mantanku kan hanya dijadikan selingan saja. Sebab yang kaya kan istri lelaki itu. Mana mungkin dia ninggalin istrinya demi wanita miskin."Ternyata selain dirinya, ada juga perempuan bodoh seperti itu. Bedanya, Yesi tidak selingkuh."Sekarang bagaimana?""Aku nggak tahu kabarnya."Hening beberapa saat."Kalau begitu, besok aku nggak akan lembur," ujar Doni.Yesi memandang sejenak. Tidak mungkin ada kata mundur lagi setelah ini. Entah bagaimanapun perasaannya, Doni siap bertemu Aurel dan Emir.🖤LS🖤"Kita berangkat sekarang, Pa?" tanya Aurel penuh binar bahagia. Sejak tadi dia menunggu papanya pulang kerja, mandi, dan salat Maghrib.Gadis kecil itu sudah cantik dengan baju putih bercorak bunga-bunga dan rambutnya diikat rapi. Untungnya Mak Tam ini pandai sekali mendandani anak-anak. Jadi di sekolah Aurel tetap modis versi anak seusianya."Pamit ke Mak Tam dulu."Aurel berlari k
Yesi ingat lagi dengan omelan adiknya. Hanya Weni yang berani menceramahinya. Sedangkan teman-temannya sudah tidak ada yang peduli. Bertanya bagaimana kabarnya pun tidak. Tapi dari WA Story, Yesi tahu mereka masih berfoya-foya di luar sana. Hangout masih tetap berjalan dan tidak peduli meski satu anggotanya sudah tidak ikut. Apa mereka tidak penasaran dengan keadaannya? Atau sebenarnya mereka sudah tahu karena diam-diam mencari informasi tentang dirinya. Entahlah ....Sekalipun cerewet, hanya Weni yang peduli. Bahkan memberinya uang untuk menambah modal toko. Sekarang Yesi memang mengelola toko kelontong milik keluarganya. Sedangkan Doni berangkat pagi pulang malam hampir setiap hari dan Minggu saja dia libur. Ia memang tetap mempertahankan mobil dari Emir. Apapun keadaannya, tidak akan dijual kendaraan itu. Sebab memang sangat dibutuhkan. Terlebih sekarang akan memiliki bayi."Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari pintu depan yang membuat lamunan Yesi buyar."Wa'alaikumsalam," jaw
SETELAH AKU KAU MILIKI- 56 Perkenalan "Pa, Aurel kangen sama Mama. Aurel boleh ketemu Mama Yesi, nggak?" Aurel bicara sambil menyuap nasi. Malam itu ia makan malam berdua dengan papanya.Emir memandang putrinya. "Nanti kalau ada waktu, Papa anterin ketemu Mama."Aurel mengangguk. Selama dua bulan ini, ia hanya sekali bertemu dengan mamanya sewaktu pulang sekolah. Yesi menunggunya di depan pintu gerbang. Saat itu pun ada Emir yang menjemput Aurel. Ia memberikan kesempatan mantan istrinya bertemu sang anak hanya setengah jam di bawah pengawasannya."Papa jadi menjemput Mama Naima dan Zahra kapan?""Hari Jum'at nanti Papa ke Pare. Kamu di rumah sama Mak Tam, ya. Sabtu kami sudah kembali ke sini.""Aurel nggak boleh ikut, Pa?""Aurel kan sekolah. Tunggu Mama Naima dan Zahra di rumah saja. Oke.""Oke." Aurel mengangguk cepat, lalu melanjutkan makannya dengan lebih bersemangat. Kalau Zahra kembali ke rumah. Ia tidak akan kesepian lagi.Setelah makan malam, mereka pindah ke ruang keluarga.







