Share

Bab 4

Author: Haslia
Kata-kata Erika yang lembut terdengar bagaikan pisau tajam yang menusuk hati Monica. “Surya terlalu lelah kemarin malam dan baru tidur. Aku nggak tega membangunkannya. Gimana kalau kamu telepon lagi nanti?”

Pegangan Monica mengendur dan ponselnya jatuh ke kaki.

Kedua penculik itu sepertinya sudah bisa menduga reaksi Monica. Mereka memasang tampang ingin menonton pertunjukan bagus.

“Ck, apa-apaan ini, suamimu tidur sama wanita lain?” decak pria gemuk itu.

“Sepertinya, kamu sama sekali nggak penting dalam hatinya,” tambah pria bercodet itu.

Kata-katanya menambah luka di hati Monica. Monica merasa sangat kesakitan hingga tidak bisa bernapas.

Benar.

Orang yang selalu ada di hati Surya adalah Erika. Bukankah wajar bagi mereka untuk bersama?

“Berhubung begitu, dia sama sekali nggak berharga bagi Pak Surya!”

Pria bercodet itu melirik Monica dengan tampang meremehkan. “Sial banget! Lebih baik aku menidurinya sekarang juga!”

“Jangan begitu buru-buru, masalahnya belum selesai.” Pria gemuk itu melirik pesan yang masuk ke ponselnya. Ada kilatan penuh arti yang melintasi matanya. Dia tiba-tiba berkata, “Bukankah dia punya seorang putra?”

Mendengar ini, Monica pun tersenyum getir.

Adegan Farel meninggalkannya dan berjalan menghampiri Erika muncul di benaknya.

Jika Farel tahu dirinya diculik, apakah dia akan cemas?

Bagaimanapun juga, Farel adalah anak yang dilahirkannya dengan susah payah sampai dia bahkan harus mempertaruhkan nyawanya.

“Telepon anakmu,” perintah pria gemuk itu.

Monica tidak bergerak.

Melihat keraguannya, pria gemuk itu mencondongkan tubuhnya, lalu menatapnya dan bertanya, “Memangnya kamu nggak mau tahu gimana reaksi anakmu setelah tahu ibunya diculik? Apa dia menganggapmu ibunya?”

Kata-katanya terasa bagaikan katalis yang membangkitkan sedikit harapan yang ada di hati Monica.

Monica merasa ragu untuk sejenak, lalu akhirnya menelepon ke jam tangan pintar Farel dengan secercah harapan.

Saat panggilan video tersambung dan dia melihat wajah Farel, ada kegembiraan yang melintasi mata Monica. Dia memanggil, “Farel ....”

Sebelum Monica selesai berbicara, pria gemuk itu tiba-tiba mencengkeram lehernya dan berkata dengan tegas kepada Farel, “Lihat baik-baik, ini ibumu. Kalau kamu nggak menyelamatkannya, ibumu akan mati!”

Setelah melihat ekspresi yang begitu ganas dan mendengar kata-kata seperti itu, seorang anak berusia lima tahun yang normal pasti akan ketakutan hingga menangis.

Namun, Farel hanya menatap Monica dalam video dengan acuh tak acuh, seolah-olah sedang menilainya. Dia mengerutkan wajahnya yang imut.

“Farel!” Wajah Monica memerah karena tercekik, tetapi dia masih mengkhawatirkan perasaan Farel. “Jangan takut ....”

“Dia bukan ibuku.” Mendadak dia menjawab. Tidak terdengar banyak perubahan emosi dalam suara Farel yang nyaring, seolah-olah wanita yang muncul dalam video itu hanyalah orang asing.

Ucapan itu terasa seperti palu berat yang menghantam jantung Monica dengan keras dan membuatnya pusing.

“Lihat baik-baik, ini ibumu atau bukan?” Pria gemuk itu mengambil pisau dari tangan pria bercodet dan menodongkannya ke leher Monica. Dia juga meninggikan suaranya saat berkata, “Kalau bukan, aku akan langsung potong lehernya! Kamu akan kehilangan ibumu!”

Farel menatap Monica melalui layar.

Monica memperhatikan semua reaksi Farel dengan terkejut.

Di dunia ini, mana ada seorang anak yang bisa tetap bersikap acuh tak acuh ketika melihat ibunya dalam bahaya?

Namun, Farel adalah pengecualian.

“Dia bukan ibuku! Ibuku itu Tante Erika. Dia lagi bersama ayahku sekarang!”

Pada saat ini, secercah harapan yang tersisa di mata Monica benar-benar sudah sirna.

Tenggorokannya seperti sudah tersumbat sehingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa.

Farel tidak lanjut berbicara lagi dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Sedikit harapan terakhir di dalam hati Monica juga ikut terputus bersamaan dengan berakhirnya panggilan tersebut.

Monica mengembuskan napas dengan getir. Dia menatap langit kelabu dan setetes air hujan jatuh di wajahnya. Air hujan itu terlihat seperti air mata, tetapi dia tidak bisa menangis.

Suami yang dicintainya selama 15 tahun tidak pernah menanggapinya, sedangkan putra yang dirawatnya selama lima tahun ingin mengakui wanita lain sebagai ibunya dan sama sekali tidak peduli pada nasibnya!

Melihat Monica yang terkulai di lantai dengan mata kosong dan penuh kesedihan, pria gemuk dan pria bercodet itu saling memandang, lalu tersenyum.

Kemudian, mereka mengeluarkan ponsel dan mengambil foto Monica.

[Sesuai perintahmu, aku sudah membiarkannya menelepon Pak Surya dan Tuan Farel.]

Pada detik berikutnya, ponselnya berdering. Setelah menjawab telepon itu, terdengar suara seorang wanita dari ujung telepon. “Kerjamu bagus juga.”

Nada suaranya penuh dengan kebanggaan. Melihat ekspresi Monica yang putus asa, dia sangat gembira. Monica berani bersaing dengannya untuk mendapatkan Surya? Monica terlalu memandang tinggi dirinya.

Berhubung Monica masih memiliki delusi yang tidak realistis tentang Surya, dia akan menghancurkan semuanya.

“Lalu ... apa yang harus kami lakukan terhadap wanita ini?” tanya pria gemuk itu.

“Terserah kalian,” jawab wanita itu sambil terkekeh. Setelah itu, dia langsung mengakhiri panggilan.

Pria gemuk itu menyimpan kembali ponselnya, lalu menatap Monica dan menunjukkan ekspresi penuh arti. “Dia bilang, kita boleh lakukan apa saja.”

“Bagus!” Mata pria bercodet langsung berbinar. Dia menggosok-gosok tangannya, lalu melangkah ke arah Monica.

“Ka ... kalian mau apa?” tanya Monica sambil menatap sosok yang berjalan ke arahnya. Dia bergerak mundur dengan susah payah hingga punggungnya menempel di dinding dan dia tidak bisa mundur lagi.

“Kami mau apa? Bos kami sudah bilang kami boleh melakukan apa pun yang kami mau denganmu! Sekarang, kami tentu saja mau bersenang-senang!” Pria bercodet itu tersenyum cabul dan mengulurkan tangannya ke arah Monica.

“Tunggu!” Pria gemuk itu meraih tangan pria bercodet

Pria bercodet sangat tidak senang karena dihentikan. “Apa lagi?”

“Aku kepikiran cara yang lebih baik.” Setelah membaca notifikasi pesan berisi transferan uang sebesar 400 juta masuk ke rekeningnya, pria gemuk itu mengamati Monica seperti sedang mengamati sebuah produk. “Ckck, lihat saja wajah dan tubuh ini. Kalau dijual, kita pasti bisa dapat keuntungan lebih dari 400 juta dalam seminggu ....”

“Maksudmu ....” Pria bercodet itu menyentuh janggut di dagunya dan tersenyum penuh arti.

Ketika ditatap dengan pandangan yang begitu vulgar, Monica langsung ketakutan. Dia berdiri dengan terhuyung-huyung dan ingin melarikan diri. Akan tetapi, bagian belakang lehernya tiba-tiba terasa sakit dan dia langsung kehilangan kesadarannya.

….

Monica terbangun akibat suara musik yang sensual. Ketika membuka matanya, dia melihat seseorang sedang menanggalkan pakaiannya.

“Minggir!” Monica mendorong orang itu menjauh dengan ketakutan, lalu menutupi dadanya dan meringkuk di sudut sofa.

Orang yang didorongnya adalah seorang wanita berusia lebih dari 50 tahun. Melihat Monica yang gemetar ketakutan, dia mencibir, “Kamu sudah datang ke tempat seperti ini. Buat apa kamu masih sok suci? Cepat ganti pakaianmu dan pergi terima pelanggan!”

Menerima pelanggan?

Monica sangat tercengang hingga tidak dapat berkata-kata.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 100

    "Guru ...." Mata Monica tiba-tiba terasa panas dan berkaca-kaca."Kalau kamu ada pertanyaan soal seni merangkai bunga, hubungi aku saja. Aku memang bilang nggak ada waktu, tapi apa kamu nggak bisa terus tanya sampai aku ada waktu? Kalau gampang tersinggung begitu, gimana kamu bisa jadi orang hebat?" tegur Santi.Monica merasa sedikit malu, lalu mengangguk dalam-dalam dengan serius. "Aku mengerti. Makasih, Guru.""Jangan buru-buru bilang makasih. Tunggu sampai kamu benar-benar punya hasil yang bisa dibanggakan, baru pantas berterima kasih," ucap Santi sambil tersenyum tipis. "Sudahlah, aku masih ada urusan. Nggak bisa ngobrol lama-lama sama kalian."Tepat saat itu, lift yang mereka tunggu tiba di lantai mereka dan berbunyi ketika terbuka.Bersamaan dengan itu, Surya keluar dari ruang VIP. Dia kebetulan melihat Santi sedang berdiri bersama Monica dan Yunita.Santi juga melihat Surya, tetapi hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap Monica dan berucap, "Oh ya. Meski kamu nggak suka de

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 99

    Orang-orang di ruang VIP juga ikut menoleh ke arah Monica.Orang yang bisa mendapatkan pujian dan evaluasi langsung dari Master Santi pasti sangat luar biasa!Awalnya, mereka semua mengira Monica hanyalah hiasan tanpa isi. Sekarang, mereka baru tahu ternyata dia adalah perangkai bunga yang karyanya mendapat banyak pujian di pameran!Dalam sekejap, pandangan mereka terhadap Monica pun berubah. Yang tadinya menganggapnya remeh, kini mulai muncul rasa kagum dan hormat terhadapnya.Erika menggenggam erat tangan yang bertumpu di atas pahanya saat melihat pusat perhatian beralih ke Monica.Tak disangka, Santi yang barusan memperingatkan dirinya secara terang-terangan, justru bersikap begitu ramah terhadap Monica!Tatapan mata Erika penuh dengan rasa tidak terima, lalu dia secara refleks menoleh ke arah Surya karena ingin tahu bagaimana reaksinya.Surya hanya melirik sekilas ke arah Monica, seolah-olah sedang melihat seseorang yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Tidak ada perubahan ekspre

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 98

    "Ya. Sekarang, apa pria itu masih begitu berengsek?" Edwin juga mulai tertarik, memang dasarnya dia suka dengar gosip seperti ini."Kalau soal prianya berengsek atau nggak, aku sendiri kurang tahu juga," jawab Santi sambil menyapu pandangan ke seluruh ruang VIP dengan tenang, lalu akhirnya menatap langsung ke arah Surya. Dia tersenyum samar dan bertanya, "Pak Surya, menurutmu dia berengsek nggak?"Begitu kalimat itu dilontarkan, suasana ruang VIP langsung hening seketika.Tidak ada seorang pun menyangka Santi akan tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu ke Surya.Apakah Pak Surya ada hubungannya dengan cerita tadi?Alis Erika langsung berkerut. Seolah-olah teringat sesuatu, dia mendadak menoleh dan menatap ke arah Monica.Baru sekarang Erika menyadari, Monica tadi masuk bersama dengan Bu Yunita dari studio bunga itu. Jadi artinya, Monica adalah orang yang membuat karya bertema "Keharmonisan Hijau dan Merah" tersebut!Jangan-jangan ... Monica adalah murid yang dimaksud Santi?Kalau benar b

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 97

    Erika memang sudah punya banyak gelar dan predikat. Semuanya dirancang untuk menciptakan citra yang sempurna agar dia bisa tampil percaya diri di situasi apa pun.Sekarang, Erika melihat adanya celah kosong dalam dunia pameran seni merangkai bunga di dalam negeri sehingga ingin menjadi pelopor di bidang tersebut. Oleh karena itu, dia jelas perlu memahami bidang ini lebih dalam.Kalau Erika bisa menambahkan satu gelar lagi sebagai murid dari master perangkai bunga dalam negeri, langkahnya ke depan di bidang ini akan jauh lebih lancar.Jadi, sekarang Erika sangat menantikan jawaban dari Santi.Bagaimanapun, status sosial Surya sudah jelas. Tidak peduli Santi sekeras kepala apa pun, sepertinya dia tidak akan sampai menolak permintaan seseorang yang dibawa oleh Surya sendiri.Orang-orang lain di ruang VIP itu juga menatap dengan penasaran.Konon, Santi sangat ketat dalam memilih murid. Bisa memenuhi standarnya sangatlah langka. Jadi selama bertahun-tahun, dia hanya mempunyai satu murid. Na

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 96

    "Pak Agus terlalu memuji," Erika tersenyum sambil mengangkat gelas.Surya juga ikut mengangkat gelas dan meneguk sedikit."Kalau aku bilang sih, Nona Erika memang luar biasa. Usianya masih muda, tapi sudah bisa merancang begitu banyak pameran yang viral. Benar-benar panutan di industri seni!""Ya, dengar-dengar Nona Erika itu lulusan dari universitas yang sama dengan Pak Surya. Itu kampus kelas dunia lho. Ya jelas saja dia itu orang hebat tingkat dewa!""Makasih atas pujiannya." Erika membalas dengan senyum rendah hati, lalu menoleh pada Surya. "Walaupun aku dan Pak Surya seumuran, dia sudah menyelesaikan seluruh studinya setahun lebih cepat dariku. Sejak dulu, aku selalu menjadikannya sebagai panutan yang ingin kukejar."Sesama orang hebat yang akhirnya bertemu di puncak. Cerita semacam itu memang terasa romantis.Dalam sekejap, semua orang merasa Erika dan Surya sangat cocok. Mungkin memang hanya wanita seperti Erika yang pantas bersanding dengan pria seperti Surya.Oleh karena itu,

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 95

    "Sudah cukup."Suara Surya terdengar datar. Dia menghentikan topik pembicaraan tersebut.Barulah orang-orang yang tadi menggoda, menghentikan pertanyaan mereka. Namun bagi yang paham, semua sudah bisa menebak maksud sebenarnya. "Pak Surya lagi melindungi Nona Erika.""Benar banget. Nggak diumumkan ke publik, justru bentuk perlindungan untuk Nona Erika, 'kan?"Supaya orang-orang tidak berpikir bahwa kesuksesan pameran ini semata-mata karena dorongan dan koneksi dari Surya."Kelihatannya, Nona Erika bakal jadi Nyonya Atmadja. Cuma tinggal tunggu waktu saja ...."Erika menunduk sedikit, tetapi di matanya terselip sorot bangga yang tak bisa disembunyikan.Edwin yang mendengarkan pembicaraan itu hanya mengernyit. Secara naluriah, dia menoleh ke arah Monica yang duduk di sampingnya.Namun, Monica tetap tenang seperti biasa dan ekspresinya datar. Dia sesekali ngobrol ringan dengan beberapa orang di sekitarnya yang juga dari industri seni. Sama sekali tak terlihat ada reaksi apa pun dari dirin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status