Share

Bab 18

Maha sadar, hidupnya tidak semudah anggapan orang-orang. Terutama momen seorang anak yang membutuhkan orangtuanya lebih dari yang dirinya kira. Misalnya, saat pertama kali anak berjalan. Siapa yang paling tersentuh melihat kita bangun dan bisa berjalan sendiri?

Kekehan Maha mengudara. Meski tidak terlalu keras, nyatanya bersedih bisa dirinya rasakan. Itu tidak buruk karena Maha menyimpannya sendiri. Bukan hal yang memalukan mengetahui dirinya tidak baik-baik saja sampai ingin mabuk sampai tertidur.

Tapi, hingga fajar menyingsing pun, kedua matanya tetap terjaga. Berbotol-botol alkohol telah kosong berpindah tempat ke lambungnya. Kedua pipinya sudah Maha rasakan sengatan panas. Pun dengan permukaan wajahnya yang memerah. Percuma sekali merenungkan hidupnya sepanjang malam dengan alkohol tapi tidak tumbang.

Ingin Maha tertawakan dirinya sendiri. Meyakini sisa-sisa sesal yang menaungi jiwanya pun dengan rasa percaya yang pernah tertanam. Bahwa Tuhan tidak pernah salah menempatkan cinta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status