Share

Aku Sudah Menggugurkannya

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2024-11-15 08:33:40

[“Berani-beraninya kamu mengirim surat gugat cerai padaku!”]

[“Di mana kamu?! Jangan bersembunyi!”]

Mendengar bentakan Arthur membuat sebelah sudut bibir Irish terangkat. Setelah beberapa hari sebagai mematikan ponselnya, ia tak menyangka akan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Arthur. Dan akhirnya ia memilih mengangkat telepon dari Arthur ketika lelaki itu menghubunginya lagi.

Irish sengaja menonaktifkan ponselnya selama beberapa hari agar tidak diganggu oleh siapa pun. Waktu tersebut ia gunakan untuk menenangkan pikirannya. Dan begitu ponselnya menyala, gangguan itu kembali datang tanpa bisa dicegah.

Sebelumnya, Arthur tak pernah sekalipun menghubunginya lebih dulu. Bahkan, lelaki itu selalu membalas singkat pesan darinya dan lebih banyak yang tidak dibalas. Apalagi jika ditelepon, Arthur selalu menolak telepon dari Irish. Seolah itu sangat mengganggu.

“Kenapa aku harus takut? Aku tidak membuat kesalahan. Bukankah harusnya kamu senang? Setelah perceraian kita selesai, kamu bebas melakukan apa pun. Begitu juga denganku,” jawab Irish santai. Bentakan Arthur tak membuatnya merasa terintimidasi.

“Aku tahu kamu sibuk, jadi aku yang mengurus perceraian kita supaya cepat selesai,” sambung Irish lagi.

Sebenarnya Prayoga lah yang membantu Irish mengurus perceraian itu. Irish hanya tinggal menandatanganinya saja. Orang suruhan sang kakek juga yang mengantarkan surat gugatan tersebut ke kantor Arthur.

[“Kamu sembunyi di mana?!”] Arthur kembali mengulang pertanyaannya.

“Kamu tidak perlu tahu. Bukankah itu tidak penting? Sekarang tidak ada lagi yang mengganggumu, harusnya kamu senang,” balas Irish seraya mengubah posisinya menjadi bersandar di kepala ranjang.

Terdengar geraman samar dari seberang sana. [“Kita tidak akan bercerai! Kamu lupa kamu sedang mengandung anakku?!”]

“Tidak perlu repot-repot mencariku. Sampai jumpa di pengadilan, Tuan Arthur yang terhormat.” Irish langsung mematikan panggilan tersebut tanpa menunggu respon Arthur.

Setelah panggilan tersebut terputus, Irish langsung menonaktifkan ponselnya lagi. Khawatir Arthur berhasil melacak ponselnya dan menemukan keberadaannya. Selain itu, ia juga masih tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Terutama suaminya itu.

Irish membuka nakas di samping ranjangnya, mengambil sebuah foto kecil dari sana. Itu adalah foto pernikahannya dengan Arthur. Wanita itu hanya berani mencetak foto tersebut secara diam-diam dan menyimpannya selama dua tahun ini.

Hanya inilah satu-satunya foto pernikahan mereka yang sudah dicetak. Bahkan, Irish tak yakin Arthur masih menyimpan foto-foto pernikahan mereka dalam ponsel lelaki itu. Seharusnya itu membuatnya sadar lebih awal jika Arthur tak pernah menganggap keberadaannya.

“Semuanya sudah selesai,” gumam Irish sembari merobek foto tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.

Irish ingin menyingkirkan seluruh kenangannya dengan Arthur. Toh, tidak ada kenangan indah yang tercipta selama ini. Tak ada gunanya menyimpan apa pun yang berhubungan dengan Arthur. Sebab, melihat benda-benda itu hanya membuat dadanya berdenyut nyeri.

Irish tak menyangka pernikahannya akan berakhir secepat ini. Kisah yang selesai bahkan sebelum dimulai. Hanya Irish yang selalu berharap ada kenangan indah di antara mereka. Sedangkan Arthur terus menjaga jarak dan bersikap dingin padanya.

“Kenapa kamu menangis, Nak?” tanya Prayoga yang baru saja membuka pintu kamar Irish. Sedari tadi ia sudah mengetuk, namun tidak ada respon dari cucunya.

Irish terkesiap dan spontan menghapus lelehan air mata yang tanpa ia sadari telah membasahi wajahnya. Irish menoleh dan mengangkat kedua sudut bibirnya. Terlalu lama termenung sampai membuatnya tidak menyadari kedatangan kakeknya.

“Aku baik-baik saja. Tadi mataku kelilipan,” alibi Irish.

Prayoga tampak tak percaya, namun memilih tak bertanya lebih lanjut. “Apa kamu sudah siap? Kalau sudah, lebih baik kita berangkat sekarang.”

“Iya, sudah, Kek. Maaf membuat Kakek menunggu. Ayo kita berangkat.” Irish langsung turun dari ranjang. Mematut diri di depan cermin sebentar sebelum menghampiri sang kakek.

Keesokan harinya sidang pertama perceraian Irish dan Arthur digelar. Irish sengaja datang seorang diri meski Paryoga ingin mendampinginya. Wanita itu tak ingin merepotkan siapa pun dan akan menyelesaikan masalahnya sendiri hingga tuntas.

“Maaf saya terlambat,” ucap Irish yang baru saja membuka pintu ruang sidang.

Irish terlambat nyaris 30 menit. Ia tidak memperkirakan jika jalanan akan lebih padat dibanding biasanya. Ditambah lagi ban mobilnya bocor di tengah jalan. Lengkap sudah kendala yang menyebabkan dirinya tidak bisa datang tepat waktu.

Kedatangan Irish kontan mengalihkan atensi semua orang yang berada di ruang sidang. Penampilan Irish yang berubah drastis kian menjadi sorotan. Irish tampil dalam balutan pakaian serba hitam rancangan desainer ternama yang dipadukan dengan riasan natural yang kian menambah kesan elegan wanita itu.

Yang paling dibuat terkejut tentu saja Maudy yang sebentar lagi menjadi mantan mertua Irsih. Sebab, selama ini Irish selalu mengunakan pakaian sederhana tanpa riasan sedikitpun. Sedangkan saat ini, penampilan Irish begitu berkelas, sangat jauh berbeda dengan penampilan wanita itu saat terakhir kali mereka bertemu.

“Bagaimana bisa penampilannya berubah secepat ini? Apa sudah ada lelaki kaya yang menampungnya?” gumam Maudy sinis.

Irish menyadari berbagai tatapan yang tertuju padanya. Terutama sorot tajam nan membunuh dari Arthur. Namun, ia tetap bersikap santai, tak memedulikan tatapan-tatapan itu. Melanjutkan langkahnya menuju tempat yang telah disediakan untuknya.

“Apa sidangnya bisa langsung dimulai?” tanya Irish setelah menempati kursi tepat di samping Arthur. Ia ingin persidangan ini cepat selesai agar dirinya dapat segera pergi dari sini.

“Baiklah. Karena semuanya sudah datang, mari kita mulai persidangan—”

“Tidak bisa! Istriku sedang hamil! Kami tidak bisa bercerai!” seru Arthur seraya bangkit dari tempat duduknya.

Irish lantas menoleh sembari terkekeh pelan. “Arthur, sepertinya kamu salah. Aku tidak hamil.”

“Apa maksudmu?” desis Arthur.

Wanita itu berdiri dan berbisik, “Aku sudah menggugurkannya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Perasaan yang Berbalas

    “Selamat atas pembukaan butikmu. Mama akan mengajak teman-teman mama kemari. Mama yakin butikmu akan sukses,” tutur Maudy sembari menggandeng tangan Irish. “Terima masih, Ma. Kalau mama butuh gaun untuk acara apa pun, kabari aku. Aku akan menyiapkan yang terbaik,” jawab Irish seraya mengikuti langkah Maudy menelusuri butiknya yang baru saja diresmikan. Butuh waktu dua tahun hingga Irish yakin untuk kembali terjun ke dunia fashion. Sebenarnya, butik ini telah selesai dibangun sejak tahun lalu, namun karena masih banyak yang perlu dipersiapkan, peresmiannya baru dilaksanakan sekarang. Karina, Tristan, Billy, Prayoga hingga Maudy turut mempromosikan butik ini. Sedangkan Arthur sudah memesan beberapa jas untuk menghadiri beberapa acara besar, sekaligus membantu Irish promosi. Arthur juga telah merekomendasikan pakaian rancangan Irish pada beberapa kolega bisnisnya. Kini, butik Irish dipenuhi oleh teman-teman sosialita Maudy. Kejutan yang luar biasa bagi Irish. Sebab, ia tak menyang

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Rencana Licik yang Berhasil

    “Kemarilah. Kenapa mengintip di sana?” tanya Arthur yang mendapati keberadaan Irish dari ekor matanya. Irish yang sedang memperhatikan gerakan tangan terampil Arthur kontan tersentak. Lelaki itu sedang menyuapi Kenneth dan Kennedy secara bergantian. Ia hanya ke toilet sebentar setelah menyiapkan makanan untuk si kembar dan anak-anaknya malah sudah disuapi oleh Arthur. “Bisa bicara sebentar?” pinta Irish pada Arthur yang sedang menyuapi Kenneth dan Kennedy di balkon penthouse. “Bicara saja. Kamu tidak perlu meminta izin.” Arthur masih sibuk mengelap mulut putra-putranya yang belepotan. Irish mengelap tangannya yang basah, lalu menyusul ke balkon. Ia duduk di samping Arthur, kemudian mengambil alih mangkuk makanan Kenneth dan menyuapi sang putra. Sedangkan Arthur berlanjut menyuapi Kennedy yang sudah tidak sabaran. “Biar aku yang menyuapi anak-anak. Kamu makan juga. Sekarang sudah siang,” ucap Arthur sembari menatap Irish sekilas. “Nanti saja. Aku masih kenyang,” jawab Irish semba

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Batal Cerai?

    Arthur masih berbaring dengan posisi membelakangi pintu spontan menoleh ke sumber suara. Bukan suara mamanya yang terdengar, melainkan suara Irish. Dan benar-benar saja, ketika dirinya berbalik, Irish yang berdiri di depan pintu sembari membawa anak-anaknya di dalam stroller. “Ya sudah kalau kamu tidak menerima kami di sini, kami akan pergi.” Irish berpura-pura berbalik dan mendorong stroller si kembar, seolah-olah benar-benar akan pergi. Arthur spontan bangkit dan berakhir meringis karena tubuhnya masih nyeri. Irish yang hendak bermain-main dengan Arthur pun akhirnya dibuat khawatir dan langsung menghampiri lelaki itu. Lalu, membantu Arthur duduk dengan benar. “Mana yang sakit? Kenapa kamu bergerak sekaligus begitu? Apa aku harus menghubungi dokter?” berondong Irish yang tampak benar-benar khawatir. Arthur baru keluar dari rumah sakit kemarin. Lelaki itu belum benar-benar pulih. Pergerakan mendadak mungkin dapat membuat luka Arthur semakin parah. Irish hendak merogoh tasnya dan m

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Hanya Ingin Irish

    Tangan Maudy nyaris mendarat di wajah Irish, namun Irish lebih dulu menangkis tangan wanita paruh baya itu. Ia dapat membaca pergerakan Maudy dan tentu saja ia tak akan membiarkan itu terjadi. Meskipun saat ini dirinya memang bersalah atas kecelakaan Arthur. “Kamu mulai berani, hah?!” bentak Maudy sembari menarik tangannya yang masih dipegang oleh Irish. “Mama tidak mau menyapaku dulu? Sudah lama kita tidak bertemu.” Irish menyunggingkan senyum tipis. Ia tetap bersikap santai, berbanding terbalik dengan Maudy yang tampak sangat murka. “Mama mau minum apa? Sudah sarapan atau belum? Mau sarapan bersamaku?” tawar Irish yang sebenarnya tak memiliki apa pun untuk disuguhkan pada Maudy. Irish melakukan ini hanya untuk basa-basi saja sekaligus mencairkan suasana. Walaupun tampaknya Maudy sudah tidak mau diajak berbasa-basi lagi. Apalagi dengan banyaknya orang yang wanita paruh baya itu bawa. Ini seperti penggerebekan. Irish sudah bisa menebak jika Maudy akan bersikap seperti ini saat me

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Gengsi untuk Mengakui

    “Aku minta maaf. Dugaanku membuat rumah tangga kalian berantakan,” sesal Billy karena selama ini bersikukuh jika Arthur ingin mencelakai Irish. Billy pun tak menduga jika Elyza se licik ini sampai bisa merencanakan semuanya dengan mulus dan menjadikan Arthur sebagai kambing hitam. Billy sampai terkecoh dan mengira Arthur adalah dalang dari semuanya karena seluruh bukti mengarah pada lelaki itu. “Tidak apa-apa. Hubungan kami memang sudah berantakan sejak lama,” jawab Irish dengan senyum kaku. “Aku mau lihat buktinya. Apa saja yang dia katakan?” Irish memilih mengalihkan pembicaraan. Tak ingin memperpanjang pembahasan tentang rumah tangganya. Billy membuka tas dan menyalakan laptopnya. Ia langsung membuka file berisi bukti-bukti tentang keterlibatan Elyza dalam insiden di butik Irish. Bukan itu saja. Namun, juga beberapa insiden yang menimpa Irish. Semuanya karena perbuatan Elyza. Bahkan, orang yang menabrak Irish dan berujung menabrak Arthur hingga membuat lelaki itu lumpuh. Pemil

  • Setelah Berpisah, Dia Terus Mengejarku   Kembali Satu Ranjang

    “Apa maksudmu?” tanya Arthur dengan kening mengerut. “Aku akan ikut denganmu.” Tanpa menunggu respon Arthur, Irish langsung masuk ke bangku bagian belakang mobil lelaki itu. Irish sudah memikirkan ini matang-matang. Ia memang ingin merawat Arthur. Meskipun Arthur tinggal bersama Maudy, ia tetap akan tinggal di tempat lelaki itu berada. Ini sebagai bentuk tanggungjawab dan ungkapan terima kasihnya pada Arthur. Barusan, Irish menelepon kakeknya dan meminta izin untuk tinggal bersama Arthur selama proses pemulihan lelaki itu. Entah sampai kapan, ia belum tahu pasti. Yang jelas, untuk saat ini ia benar-benar ingin merawat Arthur dulu hingga keadaan lelaki itu membaik. Cukup sulit mendapat izin dari Paryoga. Oleh karena itu, Irish agak lama berada di toilet saat bertelepon. Namun, pada akhirnya izin yang dirinya inginkan tetap ia dapatkan. Saat keluar dari sana, ia malah hampir tertinggal. Sedangkan dirinya tak tahu di mana tempat tinggal Arthur sekarang. “Kenapa kalian sangat tidak s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status