Share

Bab 3

Author: Rania
Di bawah tatapan terkejut Yasmin, Shania meraih kopernya dan pergi tanpa menoleh lagi.

Begitu keluar dari rumah Keluarga Fariz, Shania melihat Lucy yang menurunkan jendela mobil, lalu menjulurkan kepala dan melayangkan ciuman ke arahnya. "Sayang, ayo naik ke mobil! Kakak bawa kamu pergi merayakannya."

Meskipun berkata begitu, Lucy tahu bahwa Shania baru saja bercerai dan pasti sedih. Jadi, dia hanya mengajak Shania ke restoran bertema musik.

Setelah mengetahui alasan Charles meminta cerai, Lucy pun mengeluh, "Gara-gara Natalie lagi? Konyol banget! Apa sebenarnya yang disukai Charles darinya?"

Shania mengaduk kopinya dan menjawab dengan nada malas, "Entah ...."

Shania tidak mengenal cinta pertama Charles itu. Dia bertemu dengan Charles setelah Natalie pergi ke luar negeri. Dia pernah hanya mendengar bahwa Natalie sangat lembut, unggul, baik hati, dan pengertian.

Ketika Charles dan kakeknya berselisih gara-gara Shania, Natalie yang dengan bijaksananya membujuk Charles. Hal itu pun berujung pada pernikahan kontrak mereka.

Melihat Shania tidak ingin berbicara lebih lanjut mengenai hal itu, Lucy pun mengganti topik pembicaraan. Dia berkata sambil bertopang dagu, "Tapi, Charles cukup royal. Setidaknya, dia kasih kamu rumah, mobil, dan 160 miliar ...."

Lucy melirik Shania, lalu melanjutkan dengan nada menyesal, "Sayangnya, kamu nggak kekurangan semua itu."

Setelah ayahnya meninggal, Shania malas mengelola perusahaan dan menyerahkannya kepada kakak sepupunya, Michael Yolanda. Sementara itu, dia sendiri hanya dengan nyamannya menerima pembagian dividen.

Dunia luar berasumsi bahwa Grup Yolanda telah sepenuhnya menjadi milik Michael. Ditambah dengan adanya perjanjian pisah harta antara Shania dan Charles, bahkan Keluarga Yolanda juga selalu mengira bahwa Shania telah kehilangan segalanya.

Shania berkata sambil termenung, "Nggak akan ada orang yang mengeluh karena punya terlalu banyak uang."

Lucy menatap Shania yang terlihat hambar dan hatinya terasa sakit. Tiba-tiba, dia berujar dengan tegas, "Benar juga! Nia sayang, pakai saja uang itu untuk beli baju dan tas, lalu tinggalkan Keluarga Fariz dengan gaya! Tapi, kamu sudah putuskan mau ngapain setelah tinggalkan Keluarga Fariz?"

Tatapan Shania terlihat kosong.

Saat kuliah, Shania mengambil jurusan ganda dalam psikologi dan musik. Setelah ayahnya meninggal, dia berhenti kuliah untuk sementara waktu. Setahun kemudian, dia baru menerima ijazahnya. Namun, saat itu dia sudah menikah dengan Charles dan menghabiskan tiga tahun berikutnya sebagai ibu rumah tangga ....

Shania tidak pernah memikirkan apa yang akan dia lakukan di masa depan.

Lucy menggenggam tangannya dan tersenyum. "Nggak apa-apa. Kamu bisa pelan-pelan mikir setelah tinggalkan Keluarga Fariz. Sekarang, yang paling penting itu, Kakak akan ajak kamu pergi belanja sehabis makan. Beberapa hari lagi, aku juga akan bawa kamu pergi berburu di Gunung Minduk."

Kemudian, Lucy mengedipkan matanya dengan misterius dan lanjut berbicara dengan bersemangat, "Kamu nggak tahu, 'kan? Beberapa hari lagi, Rayden juga akan pergi berburu di sana."

Ada keterkejutan yang melintasi mata Shania. Rayden adalah putra ketiga dari Keluarga Yuvan, konglomerat properti yang luar biasa kaya dan misterius. Jadi, cukup mengejutkan juga dia tertarik pada aktivitas semacam ini.

Namun, rasa ingin tahu Shania juga hanya sesaat dan segera memudar.

Seusai makan bersama Lucy, Shania juga tidak terlalu tertarik untuk berbelanja. Dia hanya menggesek kartunya dan meminta pramuniaga untuk mengantarkan semua yang Lucy pilihkan ke apartemennya.

Sebelum pergi, Lucy tiba-tiba mengingatkannya, "Oh iya. Nia, sebelumnya kamu selalu nggak punya waktu, jadi aku juga nggak kasih tahu kamu. Belakangan ini, kesehatan Prof Wisnu kurang bagus. Kalau kamu senggang, jenguklah dia."

Wisnu adalah dosen Shania di universitas, juga termasuk mentornya yang berjasa dalam jurusan psikologi. Shania pun mengingat hal ini dan naik taksi untuk kembali ke apartemennya.

Shania memiliki apartemen kecil yang sangat dekat dengan apartemen Lucy. Apartemen itu juga dibersihkan secara teratur. Jadi, setelah pindah dari rumah Keluarga Fariz, dia memutuskan untuk tinggal di sana untuk sementara.

Tak disangka, setibanya Shania di gedung apartemen, dia melihat Charles sedang menunggunya sambil bersandar di mobil. Di dalam mobil, duduk seorang wanita anggun dan menawan yang memiliki paras lembut.

Shania meliriknya dan hatinya sedikit bergetar. Wanita itu memang tipe yang disukai Charles.

Begitu melihat Shania, wanita itu keluar dari mobil. Dia berjalan ke arah Shania sambil merangkul lengan Charles dan tersenyum ramah. Kemudian, dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Shania, halo. Aku Natalie."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 100

    “Aku nggak ingin ke rumah sakit. Cukup makan obat pereda rasa sakit saja,” gumam Shania.Tangan Rayden yang sedang memegang setir mobil semakin erat lagi. “Biasanya sesakit ini?”“Biasanya nggak. Tadi aku minum sebotol bir dingin.”“Apa kamu lupa?” Suara Rayden terdengar berat.Shania terbengong sejenak. “Ingat, hanya saja aku melupakannya karena terlalu gembira.”Mobil telah berhenti di depan pintu rumah sakit. Tidak ada lagi yang mengantre di tengah malam. Hanya ada dokter UGD dan dokter jaga saja.Untung saja dokter jaga hari ini adalah dokter kandungan. Dokter membukakan resep obat dan juga membuka obat pereda sakit.“Ingat, obat herbalnya diminum sehari sekali. Jangan lupa.”Shania mengangguk. “Aku mengerti.”Sebenarnya Shania ingin mengatakan bahwa tidak perlu membesarkan masalah. Biasanya dia tidak akan sesakit ini, hanya saja tadi dia lupa, malah meminum bir.Setelah kembali ke mobil, raut wajah Rayden kelihatan muram. Dia menghentikan mobil di bawah apartemen, kemudian membawa

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 99

    Satu hari sebelum kompetisi dimulai, Shania sedang sibuk di sekolah. Dia bersama anggota departemen acara dan perencanaan sedang sibuk untuk menyusun dekorasi. Bahkan, Wisnu juga merasa tidak tenang hingga ikut memantau hingga larut malam.“Apa soal kompetisi sudah disimpan dengan baik?” tanya Wisnu.Shania mengangguk. “Sudah diletakkan di dalam brankas ruangan konseling. Hanya aku saja yang punya kunci brankasnya.”Wisnu mengangguk. “Baguslah kalau begitu.”Setelah Wisnu pergi, Shania masih merasa tidak tenang. Dia pun mengecek seluruh peralatan di dalam aula.Setelah semuanya sudah diurus dengan baik, waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Shania yang merasa lelah itu menghela napas lega. Apa pun ceritanya, asalkan kompetisi besok bisa berjalan lancar, semua rasa letih itu juga pantas dirasakannya.Shania kembali ke ruangan konseling untuk membereskan barang-barang. Saat belum keluar, dia menerima panggilan dari Yurika. “Yuri?”Terdengar suara perhatian Yurika. “Kak Shania, kenapa kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 98

    “Kata siapa aku nggak akan menghadiri kompetisi pengetahuan psikologi kampus ini?” Terdengar suara yang familier.Mata Shania terbelalak. Dia memalingkan kepalanya dengan syok.Pintu ruangan rektor dibuka. Sandra bersama asistennya berjalan ke dalam.Yasmin menatap kehadiran orang itu dengan tatapan tidak percaya. “San … Sandra!”Sandra langsung mengabaikan mereka, lalu berjabat tangan dengan Latif. “Salam kenal, aku Sandra.”“Bu Sandra, kenapa kamu bisa kemari?” Shania menatapnya dengan terbengong.“Nanti aku akan jelaskan kepadamu.” Sandra menatap Fenny. “Bu, sekarang aku sudah pasti akan menjadi juri dari kompetisi kali ini. Seharusnya nggak tergolong kesalahan?”Raut wajah Fenny kelihatan muram. Dia saling bertukar pandang dengan Yasmin. Kenapa Sandra bisa setuju? Jangan-jangan Rayden diam-diam telah membantu Shania?“Bu Sandra, apa kamu benar-benar setuju untuk menjadi juri kompetisi?” tanya rektor.Sandra mengangguk. “Emm, aku sudah bisa memastikan.”“Mana mungkin? Bukannya kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 97

    Seharusnya dia adalah psikolog yang dicari Rayden untuk Yurika, yang mana juga merupakan wanita yang menunggunya di depan resepsionis hotel tadi.Di bagian belakang dokumen ini diletakkan selembar prosedur kompetisi pengetahuan psikologi, termasuk isi pertanyaan.Sandra berpikir mungkin seharusnya dia berhubungan dengan mahasiswa generasi baru. Bisa jadi mahasiswa generasi baru itu mendatangkan kejutan untuknya.Setelah Shania pulang ke rumah, dia pun menghadap jendela sembari termenung. Dia merasa omongan Sandra memang benar. Dia telah menempuh studi lanjutan di luar negeri selama bertahun-tahun dan berpartisipasi dalam banyak proyek penelitian psikologi. Dia memiliki pandangan yang sangat unik dalam bidang tersebut.Kepulangan Sandra kali ini bukan hanya untuk membantu para pakar dan akademis psikologi di Kota Narkha saja, melainkan juga demi menganalisis dan membedah satu kasus psikologis khusus. Waktunya sangat berharga.Seandainya kontribusi Shania bisa lebih berharga daripada sem

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 96

    Sandra berkata dengan tersenyum tidak berdaya, “Shania, aku rasa aku sudah bicara dengan sangat jelas. Aku nggak ada waktu dan juga nggak akan menghadiri kegiatan kompetisi.”Asisten menghalangi Shania, lalu berkata dengan raut serius, “Bu, kali ini waktu kepulangan Bu Sandra ke dalam negeri terbatas. Semua kegiatannya sudah diatur sebelumnya. Jadi, kami nggak bisa mengubah jadwal dan mengikuti kompetisi yang kamu katakan.”“Bu Sandra, apa kamu sudah baca dokumen yang aku berikan kepadamu?” tanya Shania dengan harapan.Sandra juga tidak menyangka Shania akan begitu keras kepala. Dia mengangguk. “Aku sudah baca dokumen itu. Nggak dipungkiri, mahasiswa Universitas Arinda memang sangat hebat. Aku merasa ada banyak gagasan mereka yang sangat bagus.”Sandra mengedipkan matanya. “Begini, Shania, aku nggak merasa dokumen-dokumen itu bisa membuatku mengubah jadwalku.”“Kepulanganku kali ini demi mengikuti diskusi dengan para ahli psikologi di Kota Narkha untuk membahas berbagai permasalahan ps

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 95

    “Bu Shania, masalah ini sangat penting. Lebih baik kamu pergi cari kabar dulu, bagaimanapun kompetisi masih tersisa beberapa hari lagi.” Latif merasa ragu.Latif memang adalah rektor, tetapi masih ada para direksi di atasnya.“Aku mengerti, Pak Latif.” Shania kelihatan serius. Perbuatan Keluarga Fariz telah mendorongnya menjadi buah bibir orang-orang. Setelah keluar dari kantor rektor, Shania kembali ke ruangan konselingnya. Yurika pun sedang menunggunya di sana.“Kak Shania, aku sudah tahu semuanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Shania berkata dengan tersenyum getir, “Cuma bisa menghubungi Bu Sandra lagi.”Di antara dokumen yang Shania berikan kepada Sandra, dia juga menyelipkan tesis miliknya sendiri, yang berkaitan dengan arah penelitian terbaru Sandra. Namun, bagaimana kalau Sandra tidak sempat melihatnya?Pada jam tiga sore, Yasmin membaca perbincangan sengit di forum dengan puas. Dia mengganti beberapa akunnya untuk membawakan suasana, supaya semua orang percaya Sandra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status