Share

Bab 6

Author: Rania
Farhan meletakkan cangkir tehnya dengan kuat, lalu berkata dengan tatapan kosong dan nada yang agak sedih, "Setelah nikah sama kamu, meski ibumu memperlakukannya dengan kasar dan dingin, dia yang selalu carikan dokter waktu ibumu sakit. Setiap ada yang Yasmin suka atau incar, bukannya dia selalu jadi pihak yang dirugikan?"

"Setiap kamu pulang larut, siapa yang tunggu kamu dan siapkan makanan buat kamu selain dia? Waktu kamu sakit maag gara-gara Natalie dulu, tangannya bahkan terbakar demi masak sup buat kamu."

Farhan menghela napas dan melanjutkan, "Waktu ayahnya meninggal dan dia dititipkan ke rumah Keluarga Lestari, dia juga nggak pernah lakukan hal-hal seperti itu. Charles, Nia sudah berbuat begitu banyak untukmu, juga kasih kamu semua yang kamu minta. Sementara, Natalie cuma kasih kamu seteguk sup, tapi kamu langsung merasa dia perhatian dan tersentuh?"

Charles mendengarkan ucapan kakeknya dan tangannya perlahan-lahan terkepal. Ada emosi yang sedang bergolak di balik matanya yang gelap.

Shania tidak tahu apa yang dikatakan Farhan. Malam ini, jarang-jarang dia bisa tidur nyenyak.

Keesokan harinya, Shania menelepon Charles pada pukul 8.30 untuk membicarakan masalah mengurus akta cerai.

"Charles, kalau kamu senggang, pergilah ke kantor catatan sipil di jam sembilan. Aku akan tunggu kamu di depan gerbang."

Charles menggenggam ponselnya dengan erat dan menjawab dengan tenang, "Nanti aku ada rapat. Lihat saja beberapa hari lagi."

Seusai berbicara, dia langsung menutup telepon.

Shania pun tertegun. Seingatnya, dia telah secara khusus mengingatkan Charles mengenai hal ini kemarin.

Orang penting memang sibuk. Shania ragu sejenak, tetapi tidak menelepon balik. Dia hanya bisa menunggu pria sibuk itu menyelesaikan pekerjaannya beberapa hari lagi.

Dalam perjalanan pulang, Shania teringat ucapan Lucy mengenai Wisnu kemarin. Dia pun menelepon dan berencana untuk pergi menjenguk profesornya itu.

Sesampainya di rumah Wisnu, seorang pembantu mengantar Shania ke ruang kerja.

Sebelum Shania melangkah masuk, dia sudah mendengar suara Wisnu berujar, "Ray, mengenai kasus adikmu, aku juga mau bantu, tapi nggak bisa. Terapi psikologis itu proses yang panjang dan paling nggak boleh berhenti di tengah jalan. Dengan keadaan kesehatanku sekarang, aku khawatir itu akan berpengaruh pada terapinya."

Shania pun tertegun, lalu mendengar suara rendah dan lembut seseorang menyahut, "Kesehatan Prof itu paling penting. Kalau Prof punya kandidat yang cocok, tolong rekomendasikan padaku, ya."

Baru saja Wisnu mengangguk, pembantu sudah mengetuk dan membuka pintu. "Pak, Nona Shania sudah datang."

Wisnu langsung berujar dengan gembira. "Shania, masuklah."

Shania mendongak dan akhirnya melihat jelas tampang pria yang baru saja berbicara. Dia memiliki tampang yang sangat memikat dan memberikan sedikit kesan lembut. Parasnya sungguh memukau.

Pria itu memiliki kontur wajah yang jelas, fitur wajah indah, juga mata gelap dan tajam yang memancarkan kesan dingin dan acuh. Dia yang bersandar di bayangan jelas-jelas memancarkan aura berbahaya, tetapi tetap terlihat menenangkan dan sederhana, bagaikan sebuah karya seni.

Mendengar ada orang yang datang, pria itu hanya berpamitan kepada Wisnu dengan tenang, "Kalau begitu, aku akan datang berkunjung lagi lain kali."

Jantung Shania berdebar kencang, tetapi dia sudah bisa menebak identitas pria itu.

Tak disangka, dia mendengar Wisnu berujar dengan penuh emosi, "Keluarga Yuvan juga cukup sulit. Kalau gadis itu dibiarkan terus seperti itu, aku khawatir ...."

Seperti yang diduga, pria itu adalah Rayden Yuvan, putra ketiga dari Keluarga Yuvan yang sangat terkenal dan juga dijuluki Bos Ray.

Keluarga Yuvan merupakan konglomerat properti ternama di Kota Narkha. Dalam beberapa tahun terakhir, kejayaan mereka makin tak terbendung berkat Rayden, presdir Grup Yuvan.

Selain itu, beredar juga rumor bahwa Rayden sangat tampan, tetapi tegas dan kejam dalam bertindak, juga tidak suka menonjolkan diri dan misterius. Oleh karena itu, ada banyak orang yang ingin bertemu dengannya.

Shania tidak menyangka akan bertemu dengan Rayden di rumah Wisnu. Tiba-tiba, dia teringat tentang Lucy yang menyebutkan bahwa Rayden akan pergi berburu besok.

Shania tak kuasa menahan rasa ingin tahunya. Dinilai dari penampilannya, Rayden sepertinya bukan tipe pria yang suka aktivitas seperti itu.

Di sisi lain, Wisnu telah mendengar tentang perceraian Shania dan perasaannya agak campur aduk.

Semasa kuliah, Shania adalah mahasiswi Wisnu yang paling unggul. Kemudian, dia mendengar bahwa Shania menikah muda demi seorang pria sehingga studinya di bidang psikologi terhenti. Dia pun merasa itu sangat disayangkan. Meskipun sudah bercerai sekarang, Shania tetap tidak terlihat patah semangat. Ini tentu saja membuatnya merasa tenang.

"Dulu, kamu itu mahasiswi terbaik di jurusan psikologi. Kalau bukan karena waktumu terbuang, kamu mungkin sudah raih kesuksesan di bidang ini. Setelah kamu senggang sekarang, apa kamu pernah pertimbangkan untuk coba rintis karier lagi di bidang psikologi?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 100

    “Aku nggak ingin ke rumah sakit. Cukup makan obat pereda rasa sakit saja,” gumam Shania.Tangan Rayden yang sedang memegang setir mobil semakin erat lagi. “Biasanya sesakit ini?”“Biasanya nggak. Tadi aku minum sebotol bir dingin.”“Apa kamu lupa?” Suara Rayden terdengar berat.Shania terbengong sejenak. “Ingat, hanya saja aku melupakannya karena terlalu gembira.”Mobil telah berhenti di depan pintu rumah sakit. Tidak ada lagi yang mengantre di tengah malam. Hanya ada dokter UGD dan dokter jaga saja.Untung saja dokter jaga hari ini adalah dokter kandungan. Dokter membukakan resep obat dan juga membuka obat pereda sakit.“Ingat, obat herbalnya diminum sehari sekali. Jangan lupa.”Shania mengangguk. “Aku mengerti.”Sebenarnya Shania ingin mengatakan bahwa tidak perlu membesarkan masalah. Biasanya dia tidak akan sesakit ini, hanya saja tadi dia lupa, malah meminum bir.Setelah kembali ke mobil, raut wajah Rayden kelihatan muram. Dia menghentikan mobil di bawah apartemen, kemudian membawa

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 99

    Satu hari sebelum kompetisi dimulai, Shania sedang sibuk di sekolah. Dia bersama anggota departemen acara dan perencanaan sedang sibuk untuk menyusun dekorasi. Bahkan, Wisnu juga merasa tidak tenang hingga ikut memantau hingga larut malam.“Apa soal kompetisi sudah disimpan dengan baik?” tanya Wisnu.Shania mengangguk. “Sudah diletakkan di dalam brankas ruangan konseling. Hanya aku saja yang punya kunci brankasnya.”Wisnu mengangguk. “Baguslah kalau begitu.”Setelah Wisnu pergi, Shania masih merasa tidak tenang. Dia pun mengecek seluruh peralatan di dalam aula.Setelah semuanya sudah diurus dengan baik, waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Shania yang merasa lelah itu menghela napas lega. Apa pun ceritanya, asalkan kompetisi besok bisa berjalan lancar, semua rasa letih itu juga pantas dirasakannya.Shania kembali ke ruangan konseling untuk membereskan barang-barang. Saat belum keluar, dia menerima panggilan dari Yurika. “Yuri?”Terdengar suara perhatian Yurika. “Kak Shania, kenapa kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 98

    “Kata siapa aku nggak akan menghadiri kompetisi pengetahuan psikologi kampus ini?” Terdengar suara yang familier.Mata Shania terbelalak. Dia memalingkan kepalanya dengan syok.Pintu ruangan rektor dibuka. Sandra bersama asistennya berjalan ke dalam.Yasmin menatap kehadiran orang itu dengan tatapan tidak percaya. “San … Sandra!”Sandra langsung mengabaikan mereka, lalu berjabat tangan dengan Latif. “Salam kenal, aku Sandra.”“Bu Sandra, kenapa kamu bisa kemari?” Shania menatapnya dengan terbengong.“Nanti aku akan jelaskan kepadamu.” Sandra menatap Fenny. “Bu, sekarang aku sudah pasti akan menjadi juri dari kompetisi kali ini. Seharusnya nggak tergolong kesalahan?”Raut wajah Fenny kelihatan muram. Dia saling bertukar pandang dengan Yasmin. Kenapa Sandra bisa setuju? Jangan-jangan Rayden diam-diam telah membantu Shania?“Bu Sandra, apa kamu benar-benar setuju untuk menjadi juri kompetisi?” tanya rektor.Sandra mengangguk. “Emm, aku sudah bisa memastikan.”“Mana mungkin? Bukannya kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 97

    Seharusnya dia adalah psikolog yang dicari Rayden untuk Yurika, yang mana juga merupakan wanita yang menunggunya di depan resepsionis hotel tadi.Di bagian belakang dokumen ini diletakkan selembar prosedur kompetisi pengetahuan psikologi, termasuk isi pertanyaan.Sandra berpikir mungkin seharusnya dia berhubungan dengan mahasiswa generasi baru. Bisa jadi mahasiswa generasi baru itu mendatangkan kejutan untuknya.Setelah Shania pulang ke rumah, dia pun menghadap jendela sembari termenung. Dia merasa omongan Sandra memang benar. Dia telah menempuh studi lanjutan di luar negeri selama bertahun-tahun dan berpartisipasi dalam banyak proyek penelitian psikologi. Dia memiliki pandangan yang sangat unik dalam bidang tersebut.Kepulangan Sandra kali ini bukan hanya untuk membantu para pakar dan akademis psikologi di Kota Narkha saja, melainkan juga demi menganalisis dan membedah satu kasus psikologis khusus. Waktunya sangat berharga.Seandainya kontribusi Shania bisa lebih berharga daripada sem

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 96

    Sandra berkata dengan tersenyum tidak berdaya, “Shania, aku rasa aku sudah bicara dengan sangat jelas. Aku nggak ada waktu dan juga nggak akan menghadiri kegiatan kompetisi.”Asisten menghalangi Shania, lalu berkata dengan raut serius, “Bu, kali ini waktu kepulangan Bu Sandra ke dalam negeri terbatas. Semua kegiatannya sudah diatur sebelumnya. Jadi, kami nggak bisa mengubah jadwal dan mengikuti kompetisi yang kamu katakan.”“Bu Sandra, apa kamu sudah baca dokumen yang aku berikan kepadamu?” tanya Shania dengan harapan.Sandra juga tidak menyangka Shania akan begitu keras kepala. Dia mengangguk. “Aku sudah baca dokumen itu. Nggak dipungkiri, mahasiswa Universitas Arinda memang sangat hebat. Aku merasa ada banyak gagasan mereka yang sangat bagus.”Sandra mengedipkan matanya. “Begini, Shania, aku nggak merasa dokumen-dokumen itu bisa membuatku mengubah jadwalku.”“Kepulanganku kali ini demi mengikuti diskusi dengan para ahli psikologi di Kota Narkha untuk membahas berbagai permasalahan ps

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 95

    “Bu Shania, masalah ini sangat penting. Lebih baik kamu pergi cari kabar dulu, bagaimanapun kompetisi masih tersisa beberapa hari lagi.” Latif merasa ragu.Latif memang adalah rektor, tetapi masih ada para direksi di atasnya.“Aku mengerti, Pak Latif.” Shania kelihatan serius. Perbuatan Keluarga Fariz telah mendorongnya menjadi buah bibir orang-orang. Setelah keluar dari kantor rektor, Shania kembali ke ruangan konselingnya. Yurika pun sedang menunggunya di sana.“Kak Shania, aku sudah tahu semuanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Shania berkata dengan tersenyum getir, “Cuma bisa menghubungi Bu Sandra lagi.”Di antara dokumen yang Shania berikan kepada Sandra, dia juga menyelipkan tesis miliknya sendiri, yang berkaitan dengan arah penelitian terbaru Sandra. Namun, bagaimana kalau Sandra tidak sempat melihatnya?Pada jam tiga sore, Yasmin membaca perbincangan sengit di forum dengan puas. Dia mengganti beberapa akunnya untuk membawakan suasana, supaya semua orang percaya Sandra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status