Share

Bab 5

Author: Rania
Saat Charles sedang tenggelam dalam pikirannya, sepasang tangan hangat menggenggamnya dengan lembut. Dia pun menoleh dan melihat Natalie sedang menatapnya dengan penuh perhatian.

"Charles, kamu sakit? Mau minum sup?"

Charles menggeleng.

Shania menyapa Farhan, lalu dengan tenang menarik kursi untuk duduk. Dia mengabaikan interaksi kedua orang itu. Sebaliknya, Farhan mendengus dengan tampang merendahkan.

Keluarga Fariz selalu menjunjung tinggi peraturan untuk tidak berbicara saat makan. Shania tidak memiliki nafsu makan. Jadi, dia hanya makan sedikit untuk menyenangkan Farhan.

Seusai makan, Farhan menggenggam tangan Shania dan berujar, "Aku sudah dengar soal kamu dan Charles. Jangan khawatir, Nia. Menantu perempuan yang diakui Keluarga Fariz cuma kamu seorang."

Farhan melirik Natalie dan Charles yang ekspresinya agak kaku, lalu memaki, "Kalaupun ada yang harus tinggalkan Keluarga Fariz, itu pasti adalah si pelakor dan pria bajingan yang nggak bertanggung jawab!"

Shania merasa agak canggung.

Sementara itu, Charles mengerutkan kening dan ekspresinya bertambah muram. Natalie yang ada di samping menggenggam tangannya. Air mata menggenang di matanya sehingga membuatnya terlihat kasihan.

Farhan tidak menghiraukan mereka. Dia menepuk-nepuk meja kopi dan menghela napas sebelum berujar, "Aku dan ayahmu itu teman dekat yang nggak pandang usia. Aku bahagia sekali waktu kamu nikah sama Charles. Nia, kalau kamu tinggalkan Keluarga Fariz sekarang, gimana aku bisa tanggung jawab ke ayahmu?"

Charles memijat pelipisnya yang sakit dan menyahut, "Kakek, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tebus kesalahanku pada Shania. Masalah perasaan nggak bisa dipaksakan ...."

Farhan seketika memelototinya dan menggerutu, "Paksa apanya? Kurasa kamu memang buta! Lihat saja wanita macam apa yang kamu sukai itu!"

"Kakek ...."

Melihat Farhan dan Charles akan bertengkar, Shania mengambil alih pembicaraan dengan nada lembut, "Kakek, bukan cuma dia yang mau cerai. Aku juga setuju."

Begitu Shania selesai berbicara, keheningan yang mencekam menyelimuti seluruh ruangan.

Shania menuangkan segelas air hangat untuk Farhan, lalu membiarkan Farhan minum seteguk untuk menenangkan diri sebelum berkata dengan pelan, "Kakek, jangan khawatirkan aku. Semua yang kulakukan sesuai dengan kata hatiku kok, bukan terpaksa. Aku mau cerai karena aku nggak suka sama Charles lagi."

Ekspresi Shania terlihat sangat tenang, seolah-olah dia telah terbebas dari kurungan dan merasakan semacam kedamaian yang unik.

Charles memandangi profil wajah Shania yang cantik dan mulus di bawah cahaya lampu. Raut wajahnya tiba-tiba menjadi suram.

Farhan terdiam lama sebelum menjawab dengan tampang cemberut, "Keluarga Fariz yang bersalah padamu."

Shania terdiam sejenak, lalu tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

Melihat Farhan sudah tenang, Shania pun berpamitan.

Berhubung hari juga sudah larut, Farhan mengangguk setuju. Dia memperhatikan punggung Shania yang menjauh sambil bergumam, "Bagus juga kalian sudah cerai. Lebih baik cerai daripada tinggal bersama bajingan ini."

Farhan menghela napas, lalu langsung pergi ke ruang kerja tanpa peduli pada Charles di sampingnya. Raut wajah Charles pun menjadi makin muram.

Natalie berkata dengan lembut, "Charles, kamu hibur Kakek saja dulu. Dia memang selalu sayang sama Shania dan pasti lagi sedih banget saat ini."

Natalie selalu pengertian. Charles menggenggam tangannya dan menyahut, "Aku antar kamu pulang dulu."

Setelah mengantar Natalie pulang, Charles pergi ke ruang kerja dan mendapati Farhan yang sedang menyeduh teh dengan tampang muram.

Charles duduk untuk membantu Farhan, lalu menuangkan secangkir teh hangat untuknya sebelum berujar dengan agak pasrah, "Kakek, Natalie itu calon istriku. Meski Kakek nggak suka sama dia, aku harap Kakek bisa bersikap sedikit lebih baik padanya."

Farhan mencibir, "Itu juga yang kukatakan waktu Nia nikah sama kamu. Dia itu istrimu, meski kamu nggak suka sama dia, kamu seharusnya memperlakukannya dengan baik. Tapi, apa yang kamu lakukan!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 100

    “Aku nggak ingin ke rumah sakit. Cukup makan obat pereda rasa sakit saja,” gumam Shania.Tangan Rayden yang sedang memegang setir mobil semakin erat lagi. “Biasanya sesakit ini?”“Biasanya nggak. Tadi aku minum sebotol bir dingin.”“Apa kamu lupa?” Suara Rayden terdengar berat.Shania terbengong sejenak. “Ingat, hanya saja aku melupakannya karena terlalu gembira.”Mobil telah berhenti di depan pintu rumah sakit. Tidak ada lagi yang mengantre di tengah malam. Hanya ada dokter UGD dan dokter jaga saja.Untung saja dokter jaga hari ini adalah dokter kandungan. Dokter membukakan resep obat dan juga membuka obat pereda sakit.“Ingat, obat herbalnya diminum sehari sekali. Jangan lupa.”Shania mengangguk. “Aku mengerti.”Sebenarnya Shania ingin mengatakan bahwa tidak perlu membesarkan masalah. Biasanya dia tidak akan sesakit ini, hanya saja tadi dia lupa, malah meminum bir.Setelah kembali ke mobil, raut wajah Rayden kelihatan muram. Dia menghentikan mobil di bawah apartemen, kemudian membawa

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 99

    Satu hari sebelum kompetisi dimulai, Shania sedang sibuk di sekolah. Dia bersama anggota departemen acara dan perencanaan sedang sibuk untuk menyusun dekorasi. Bahkan, Wisnu juga merasa tidak tenang hingga ikut memantau hingga larut malam.“Apa soal kompetisi sudah disimpan dengan baik?” tanya Wisnu.Shania mengangguk. “Sudah diletakkan di dalam brankas ruangan konseling. Hanya aku saja yang punya kunci brankasnya.”Wisnu mengangguk. “Baguslah kalau begitu.”Setelah Wisnu pergi, Shania masih merasa tidak tenang. Dia pun mengecek seluruh peralatan di dalam aula.Setelah semuanya sudah diurus dengan baik, waktu sudah menunjukkan pukul 23.30. Shania yang merasa lelah itu menghela napas lega. Apa pun ceritanya, asalkan kompetisi besok bisa berjalan lancar, semua rasa letih itu juga pantas dirasakannya.Shania kembali ke ruangan konseling untuk membereskan barang-barang. Saat belum keluar, dia menerima panggilan dari Yurika. “Yuri?”Terdengar suara perhatian Yurika. “Kak Shania, kenapa kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 98

    “Kata siapa aku nggak akan menghadiri kompetisi pengetahuan psikologi kampus ini?” Terdengar suara yang familier.Mata Shania terbelalak. Dia memalingkan kepalanya dengan syok.Pintu ruangan rektor dibuka. Sandra bersama asistennya berjalan ke dalam.Yasmin menatap kehadiran orang itu dengan tatapan tidak percaya. “San … Sandra!”Sandra langsung mengabaikan mereka, lalu berjabat tangan dengan Latif. “Salam kenal, aku Sandra.”“Bu Sandra, kenapa kamu bisa kemari?” Shania menatapnya dengan terbengong.“Nanti aku akan jelaskan kepadamu.” Sandra menatap Fenny. “Bu, sekarang aku sudah pasti akan menjadi juri dari kompetisi kali ini. Seharusnya nggak tergolong kesalahan?”Raut wajah Fenny kelihatan muram. Dia saling bertukar pandang dengan Yasmin. Kenapa Sandra bisa setuju? Jangan-jangan Rayden diam-diam telah membantu Shania?“Bu Sandra, apa kamu benar-benar setuju untuk menjadi juri kompetisi?” tanya rektor.Sandra mengangguk. “Emm, aku sudah bisa memastikan.”“Mana mungkin? Bukannya kamu

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 97

    Seharusnya dia adalah psikolog yang dicari Rayden untuk Yurika, yang mana juga merupakan wanita yang menunggunya di depan resepsionis hotel tadi.Di bagian belakang dokumen ini diletakkan selembar prosedur kompetisi pengetahuan psikologi, termasuk isi pertanyaan.Sandra berpikir mungkin seharusnya dia berhubungan dengan mahasiswa generasi baru. Bisa jadi mahasiswa generasi baru itu mendatangkan kejutan untuknya.Setelah Shania pulang ke rumah, dia pun menghadap jendela sembari termenung. Dia merasa omongan Sandra memang benar. Dia telah menempuh studi lanjutan di luar negeri selama bertahun-tahun dan berpartisipasi dalam banyak proyek penelitian psikologi. Dia memiliki pandangan yang sangat unik dalam bidang tersebut.Kepulangan Sandra kali ini bukan hanya untuk membantu para pakar dan akademis psikologi di Kota Narkha saja, melainkan juga demi menganalisis dan membedah satu kasus psikologis khusus. Waktunya sangat berharga.Seandainya kontribusi Shania bisa lebih berharga daripada sem

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 96

    Sandra berkata dengan tersenyum tidak berdaya, “Shania, aku rasa aku sudah bicara dengan sangat jelas. Aku nggak ada waktu dan juga nggak akan menghadiri kegiatan kompetisi.”Asisten menghalangi Shania, lalu berkata dengan raut serius, “Bu, kali ini waktu kepulangan Bu Sandra ke dalam negeri terbatas. Semua kegiatannya sudah diatur sebelumnya. Jadi, kami nggak bisa mengubah jadwal dan mengikuti kompetisi yang kamu katakan.”“Bu Sandra, apa kamu sudah baca dokumen yang aku berikan kepadamu?” tanya Shania dengan harapan.Sandra juga tidak menyangka Shania akan begitu keras kepala. Dia mengangguk. “Aku sudah baca dokumen itu. Nggak dipungkiri, mahasiswa Universitas Arinda memang sangat hebat. Aku merasa ada banyak gagasan mereka yang sangat bagus.”Sandra mengedipkan matanya. “Begini, Shania, aku nggak merasa dokumen-dokumen itu bisa membuatku mengubah jadwalku.”“Kepulanganku kali ini demi mengikuti diskusi dengan para ahli psikologi di Kota Narkha untuk membahas berbagai permasalahan ps

  • Setelah Cerai, Aku Bangkit dan Bersinar   Bab 95

    “Bu Shania, masalah ini sangat penting. Lebih baik kamu pergi cari kabar dulu, bagaimanapun kompetisi masih tersisa beberapa hari lagi.” Latif merasa ragu.Latif memang adalah rektor, tetapi masih ada para direksi di atasnya.“Aku mengerti, Pak Latif.” Shania kelihatan serius. Perbuatan Keluarga Fariz telah mendorongnya menjadi buah bibir orang-orang. Setelah keluar dari kantor rektor, Shania kembali ke ruangan konselingnya. Yurika pun sedang menunggunya di sana.“Kak Shania, aku sudah tahu semuanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang?”Shania berkata dengan tersenyum getir, “Cuma bisa menghubungi Bu Sandra lagi.”Di antara dokumen yang Shania berikan kepada Sandra, dia juga menyelipkan tesis miliknya sendiri, yang berkaitan dengan arah penelitian terbaru Sandra. Namun, bagaimana kalau Sandra tidak sempat melihatnya?Pada jam tiga sore, Yasmin membaca perbincangan sengit di forum dengan puas. Dia mengganti beberapa akunnya untuk membawakan suasana, supaya semua orang percaya Sandra

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status