Home / Rumah Tangga / Setelah Istriku Berkata Lelah. / Awal Mula Kemarahan Amara.

Share

Awal Mula Kemarahan Amara.

Author: Winarsih_wina
last update Huling Na-update: 2024-01-18 23:13:17

Tok ...tok ....

"Mbak Amara, buka pintu cepat!"

Amara bergegas membuka pintu. Karena terburu-buru kakinya sampai menendang kaki kursi, sakit luar biasa tapi dia tak perduli, karena takut terjadi sesuatu pada Bram suaminya.

"A ... Ada apa, ada apa?"

Amara mencari keberadaan suaminya, namun hanya ada kedua adik iparnya yang menatapnya dengan pandangan aneh.

"Mbak sudah gila, Ya. Kenapa keluar dengan keadaan seperti ini? Memalukan, apa tak bisa pakai baju atau handuk, agar tak kelihatan basah semua rokmu." Amara terduduk lemas dia berlari karena kalut. Dia sedang mencuci baju tentu semua bajunya basah, teriakan adik iparnya sungguh membuatnya emosi.

Plak ... Plak ....

Kedua adik iparnya terkejut, saat merasa perih di pipi mereka. Amara memberikan masing-masing satu tamparan. "Apa tak ada otak kalian berdua? Sekolah tinggi-tinggi tapi tak beradab. Apa begini cara bertamu ke rumah orang? Kalian hampir membuatku mati karena terkejut. Apalagi yang kalian inginkan sekarang?!" pekiknya

Amara sudah tak bisa bersabar lagi. Merasa sakit di jempol kaki dan detak jantung yang masih belum normal, ditambah dengan cara kedua adik iparnya bicara membuatnya emosi. "Setan kau mbak, berani sekali menampar kami berdua. Apa tak tau kami siapa?" teriak adik bungsu Bram.

Amara menatap kedua adik iparnya. Entah kenapa dia miris mendengar ucapan kedua gadis itu, kasih sayang suaminya telah menghancurkan kedua adiknya.

"Tentu saja aku tau kalian siapa. Adik kandung mas Bram, memangnya apa lagi yang bisa diketahui tentang kalian selain itu?" Amara berkata dengan nada sinis. Dia segera duduk di lantai, lalu memijit kakinya yang mulai terasa berdenyut.

"Sudahlah percuma kami bicara denganmu. Kami hanya minta jangan serakah dengan menguasai uang mas Bram, dia masih punya tanggung jawab pada kami, jadi jangan coba mengurangi jatah kami hanya karena kau seorang istri." Amara mengangkat kepala lalu menatap kedua adik iparnya. Entah ada apa lagi kali ini, hingga mereka datang dan mulai menyerang harga dirinya.

"Memangnya kapan aku menguasai uang Abang kalian. Seharusnya bicara dengan mas Bram bukan denganku, karena uangnya tak pernah singgah ke tanganku." Amara tersenyum sinis, ternyata kedua gadis itu datang untuk bicara soal uang. Dia bisa mencium aroma pemerasan lagi.

"Kalau begitu jangan melarang mas Bram membelikan kami motor. Ingat jangan coba melarangnya." Amara tertawa dia sudah tau. Pasti ada sesuatu hingga kedua adik iparnya mau datang kerumahnya.

"Kalian minta saja pada mas Bram. Semoga dia masih bisa membelikan kalian motor itu, sebab uang gajinya tak akan cukup untuk uang DP sekalipun mau kredit."

Amara tertawa sinis, lalu memasuki rumahnya untuk melanjutkan mencuci baju. Dia malas jika melayani kedua adik iparnya itu. "Sekarang kalian pulang saja. Percuma tetap di sini, karena tak ada makanan sama sekali."

Amara segera menutup pintu sambil mengomel. Kedua adik suaminya membuat sakit kepala saja. Dia tak perduli lagi, meski kedua gadis itu mengomel dan mencaci-maki dirinya.

Amara menarik napas saat melihat cucian masih menumpuk. Cucian yang lebih banyak pakaian Bram suaminya daripada dirinya. "Kalau terus begini aku bisa gila. Lebih baik beli mesin cuci saja agar lebih mudah," batinnya.

"Ada 3 juta lagi, aku rasa lebih dari cukup untuk membeli mesin cuci." Amara melihat saldo yang tertera di buku tabungannya. Setelah itu dia menyembunyikan lagi buku itu, di bawah alas baju dalam lemari.

"Amara, apa yang kau lakukan pada adik-adikku? Apa kau tak bisa mengalah sedikit saja pada mereka?"

Brak ....

Amara mengebrak meja karena Bram yang tiba-tiba pulang dengan marah-marah, membuat emosi Amara naik lagi. "Apa kau tak bisa masuk rumah mengucap salam? Bukannya masuk seperti pencuri begini. Apa kau dan kedua adikmu tak di ajari sopan-santun?" teriak Amara.

Kemarahan wanita itu membuat Bram terkejut. Dia sampai mundur karena terkejut, perlahan dia mendekat dan menyentuh kening istrinya. "Apa yang kau lakukan, Mas? Aku sehat tak sedang sakit."

Amara melempar kain lap begitu saja. Dia tak perduli meski masakan belum siap di atas meja, dia bergegas masuk ke kamar diikuti Bram dari belakangnya.

"Aku minta maaf karena tadi sempat emosi. Baru sampai rumah ibu, sudah mendapat laporan kalau kau membuat kedua adikku marah." Mendengar penjelasan Bram bukannya tenang, justru membuat Amara semakin murka.

"Apa semua laporan adikmu langsung kau tanggapi, tanpa bertanya dulu pada orang yang mereka adukan padamu? Aku lelah dengan hidup seperti ini mas. Kau tak ada menepati satu pun janjimu padaku, untuk membuat hidupku bahagia setelah menikah denganmu."

Bram terdiam, dia tak membuka suaranya. Agar Amara bisa melampiaskan emosinya, dengan begitu kemarahan Amara akan segera mereda. "Sudahlah terserah kau saja. Aku mau istirahat, kalau mau makan masak sediri. Kalau tak mau bisa beli atau pesan online seperti biasa."

Amara menghempaskan tubuhnya dengan keras ke tempat tidur. Terlihat tubuhnya terguncang, Bram tau istrinya sedang menangis. Dia membiarkan saja agar istrinya merasa tenang. Cepat atau lambat dia pasti akan tenang meski tanpa di bujuk, sayang kali ini Bram melupakan rasa sakit yang di simpan istrinya.

Kali ini Amara sepertinya sudah mulai merasa lelah. Tekanan demi tekanan tak hanya berasal dari keluarga suaminya, tapi Bram juga mulai lalai dan mengabaikan sang istri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Berani Menyentuh Keluargaku Rasakan Akibatnya..

    Bagi orang tua hidup sudah lebih dari cukup asal ada anak dan cucu. Setelah memastikan aku dan Ikhram akan membawa anak-anak mengunjungi mereka saat liburan, kakek Ikhram membujuk mama Ikhram agar setuju pergi ke perkebunan teh kami. Meski terlihat tak ikhlas, tapi mama Ikhram akhirnya setuju. Aku dan Ikhram membawa anak-anak mengantar mereka langsung ke perkebunan, awalnya mau menaiki pesawat tapi anak-anak malah mau naik mobil. Alhasil kami membutuhkan tiga hari perjalanan untuk sampai ke perkebunan. Kemudian kami menghabiskan waktu yang tersisa hingga weekend baru kami kembali. Kali ini kami kembali menaiki pesawat, meski tak tega tapi aku menguatkan hati saat meninggalkan kakek dan mama Ikhram. "Mama masih belum menyerah, beberapa hari ini dia mencoba membuatmu merasa bersalah. Untungnya istriku sudah lebih cerdas jadi tidak tertipu lagi, kalau tidak aku akan pusing memikirkan cara menyadarkan mama." Ikhram memelukku, sembari berjalan ke dalam ruang tunggu. Sedangkan di depan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   pembalasan Ikhram.

    Melihat istri dan anak hampir celaka, di depan mata dan tanpa bisa berbuat apa-apa membuat Ikhram trauma. Setiap kali memejamkan mata dia akan bermimpi buruk, hal itu sudah terjadi selama dua hari ini.Merasa tertekan dan tidak beristirahat dengan tenang, semakin membuatnya frustasi. Hasilnya dalam jangka waktu singkat Ibu kota gempar, dua perusahaan besar dan dua keluarga kelas atas jatuh dalam sekejap. ARTAMA grup mengeksekusi perusahaan Sam dan kakek Ikhram. Tentu saja hal itu menambah masalah baru, namun itu justru membuat Ikhram merasa puas. Aku hanya bisa melihat kepuasannya, karena aku tau rasa sakit yang dia rasakan selama ini."Apa kau yakin akan bertarung dengan kakek dan juga ... Mama?" tanyaku lagi saat menemaninya istirahat, di kamar yang ada dalam ruang kerjanya."Jangan lupa ada Sam juga, kalau merasa iba kau bisa mengatakannya sekarang." Ikhram menyentuh daguku, lalu memberi kecupan di bibir dengan lembut. Mendengar nama Sam di sebut membuatku bingung, "Ada hubungan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Hampir Celaka.

    Waktu bersantai bagi seorang wanita yang sudah menikah dan punya anak adalah hal yang paling mewah. Satu atau dua jam untuk menenangkan diri, itu sudah lebih dari cukup bagi mental yang kadang sedikit tertekan. Setelah menyingkirkan Ikhram, akhirnya aku bisa memuaskan diriku dengan belanja dan makan enak. Setelah dua jam menjelajahi jalanan, akhirnya aku pergi ke perusahaan Ikhram dengan membawa satu cup besar boba dan satu kotak besar aneka kue potong. Aneka kue dengan bermacam-macam cream. Ada cream coklat, stroberi dan juga moka, aku tertarik melihatnya jadi membelinya. Siapa sangka ternyata jumlahnya cukup banyak, sebelum Ikhram melihatnya aku akan menyimpannya di pantry saja. Sore baru aku bawa pulang, tentu saja tanpa sepengetahuan suamiku itu. Setelah sampai depan lobby aku celingak-celinguk untuk melihat situasi, jangan sampai kepergok Ikhram yang kadang muncul macam jelangkung itu. Dia kadang bisa muncul kapan saja dan dimana saja, tanpa bau dan tanpa suara pas kan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Dijadikan Pion melawan Ikhram.

    Melihat orang gila di rumah sakit jiwa lebih baik, daripada melihat mertua yang mengila, karena tidak bisa melawan menantunya. Aku hanya diam saat melihat mertuaku menangis seperti anak kecil, melihatnya seperti itu membuatku berpikir, apa aku benar-benar tertipu oleh penampilannya ketika pertama kali bertemu. Saat itu mertuaku itu terlihat begitu menderita, dengan wajah pucat yang seperti kurang darah, namun sekarang penampilannya terlihat berubah drastis. Ibarat Kucing telah berubah menjadi Singa, tatapannya juga lebih tajam dan juga kejam. "Aku mamamu, wanita yang melahirkanmu. Apa pantas kau perlakukan seperti ini, hanya demi wanita yang baru kau nikahi?" tanya mama Ikhram dengan sinis. "Aku sudah lama menikahinya, Ma. Dia juga orang yang berdiri di sampingku saat terpuruk dulu, andai tak ada dia aku tak akan berdiri tegak seperti ini di depan mama saat ini." Ikhram memegang tanganku dengan erat. Aku menepuk punggung tangannya agar dia tenang, saat ini kami benar-benar d

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Tidak Belajar Dari Pengalaman.

    Ujian pernikahan setiap orang berbeda, ada yang diuji dengan anak, suami bahkan dari sang istri. Sedangkan aku, ujian pernikahanku masih sama, baik pernikahan pertama ataupun yang kedua, aku diuji dengan mertua dan wanita kedua. Ujian itu kembali datang, mungkin karena di pernikahan pertama aku gagal mengatasinya. Sedangkan di pernikahan kedua ini, aku bertekad untuk melawan ujian itu, tentu saja dengan dukungan suamiku Ikhram. Sedangkan di pernikahan pertamaku dulu, Bram tidak hanya membantuku mengatasi ujian tersebut, tapi dia justru membuatku putus asa. Sehingga aku menyerah dan memilih bercerai. "Berjuanglah jika memang sudah memilih untuk bertahan, bapak juga setuju jika kau melawan orang yang ingin menghancurkan pernikahanmu. Begitu juga ketika Ikhram tidak lagi mendukungmu, kami bersedia menerimamu kembali pulang," ujar bapak dengan mantap. Ikhram memeluk pinggangku dan berjanji pada bapak dan ibu, bahwa dia tidak akan membiarkan aku berjuang sendiri. Dia bahkan berani

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Ikhram Melihat Kebusukan Ibunya.

    Ketenangan, sepertinya menjadi sebuah hal yang paling berharga, sehingga begitu sulit untuk aku dapatkan. Hanya dalam waktu seminggu akhirnya wanita itu datang tanpa diundang. Dengan wajah angkuhnya dia menatap, rumah yang aku tempati sekarang. Senyum sinis juga terukir di bibirnya, lalu mulutnya pun mulai berkicau dengan nada penuh penghinaan. "Pantas kau begitu percaya diri, saat meninggalkan rumah putraku. Ternyata kau memiliki cadangan, untuk hidup senang dengan menumpang pada seorang pria. Sudah berapa lama kau bersamanya, jangan-jangan kalian sudah bersama ketika masih bersama dengan Ikhram?" tanyanya sinis. "Aku rasa Kau tidak perlu tahu sejak kapan aku bersamanya, sama seperti ketika kau pergi dan melupakan putramu. Waktu yang kau perlukan untuk pergi cukup banyak, tapi mengapa baru sekarang kau kembali. Apa mungkin tiada paksaan saat itu, jangan marah karena kenyataannya hanya kau yang tahu apa yang terjadi saat itu," ujarku tak mau kalah. "Kau benar-benar wanita kura

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status