“Glenn mesum!” Rebecca berteriak marah sembari melemparkan handuk yang diambil dari kepala.Anehnya, Glenn tidak marah oleh sikap Rebecca. Dia malah tertawa terbahak-bahak setelah berhasil menangkap handuk yang Rebecca lemparkan.“Jangan macam-macam kau ya, Glenn! Jangan lupakan surat perjanjian itu!” bentak Rebecca mengancam dengan nada merendah.“Aku tidak akan macam-macam denganmu, Rebecca. Kau bukan tipeku,” balas Glenn dengan suara rendah yang sama, namun dipandang menjengkelkan karena mengulas senyuman mengejek.“Kalau aku bukan tipemu, kenapa tadi kau sangat agresif menciumku?” cetus Rebecca tanpa sadar karena terbawa emosi.Seketika dia terdiam dan menggigit di dalam bibir bawahnya yang lagi-lagi salah tingkah. Sungguh, Rebecca selalu melakukan kesalahan setiap kali berhadapan dengan Glenn. Glenn seperti rival yang tidak sebanding bagi dirinya, padahal Rebecca selalu bersikap cerdas setiap berhadapan dengan rival-rivalnya.Beruntungnya Glenn mengabaikan pertanyaan yang keliru
Ketika Rebecca membuka mata, Glenn yang sedang memakai dasi menjadi pemandangan pertama ditangkap oleh netra cantiknya. Wanita itu menatap kaku Glenn yang acuh pada keberadaannya di tempat tidur. Jiwanya berdesir kagum pada visual sempurna yang bersinar seperti imajinasi dalam sebuah fiksi.Sekujur tubuhnya merengkuh kesegaran dari tidurnya yang nyaman, lalu matanya yang terbuka disuguhkan pemandangan indah. Sungguh pagi hari yang sempurna.Rebecca ingin mensyukuri pagi indah penuh kedamaian itu. Bersamaan dengan jiwanya yang tersentak sadar, Rebecca mencibir diri yang bisa-bisa hanyut pada pesona Glenn.Meskipun tampan, Glenn tetaplah pria berbahaya yang wajib Rebeca waspadai.Wanita cantik yang masih mengenakan kemeja putih milik Glenn itu ingin segera bangkit, namun tiba-tiba dia membeku menyadari posisinya berada di tengah-tengah tempat tidur, melewati pembatas yang dibuat olehnya sendiri.What the hell?! Rebecca sungguh tidak bisa mengingat apapun yang terjadi selama tertidur. Su
Tujuh hari telah berlalu begitu cepat dirasakan oleh Rebecca. Dia masih saja belum bisa menenangkan jantung yang berdebar-debar gelisah setelah Glenn berani menyentuh tanpa permisi. Sinyal waspada Rebecca selalu menyala setiap kali berdekatan dengan pria berbahaya itu.Apalagi saat itu Rebecca sedang menaiki mobil yang sama dengan Glenn. Pria itu duduk di sebelahnya.Meski tidak melakukan kontak fisik apalagi percakapan, jantung Rebecca masih belum mau berdebar tenang. Jemarinya yang menggenggam buket bunga cantik telah basah oleh keringat dingin–efek dari gugup yang luar biasa.Yeah, it’s the day! Hari di mana Glenn dan Rebecca akan menyatu dalam sebuah janji suci pernikahan.Glenn sudah tampil menawan dalam setelan tuxedo hitam, sementara Rebecca sangat anggun dalam balutan dress putih yang dipilih langsung olehnya.Kedua insan yang memiliki visual sempurna itu akhirnya tiba di teras depan gereja yang biasa Glenn datangi. Sepasang calon pengantin itu disambut oleh keluarga yang lebi
“Jadi, apa yang akan Daddy lakukan pada Kak Rebecca?”Segelas air sengaja Rowena letakkan di dekat tangan Nelson yang mengepal kencang di atas meja. Wanita itu begitu licik mencuri perhatian Nelson, seolah-olah dia sangat peduli pada Nelson yang naik darah. Padahal Rowena ingin memonopoli emosi Nelson untuk menilai bahwa hanya dirinya sosok putri perhatian dan penyayang.Dengan naifnya Nelson terpedaya. Dia sudah tersenyum hangat ketika mata berpadu dengan Rowena yang duduk di depannya. “Aku akan ke London dan menemui anak tidak tahu diri itu.”“Daddy akan ke sana?” suara Rowena setengah menghardik karena tak mempercayai.“Menurutmu aku akan diam saja melihat sikap kurang ajar kakakmu itu?”Geraham Rowena telah berpadu kasar di dalam mulutnya. Wanita itu sangat kesal mendengarkan ucapan Nelson yang dinilai begitu bodoh. Namun, dia tidak menunjukkan kekesalan dikarenakan tidak mau menilai image positif di mata Nelson.“Aku tahu Daddy akan bertindak bijak, tapi Daddy akan mendapatkan ha
Hawaii–menjadi destinasi bulan madu bagi Glenn dan Rebecca. Mereka langsung bertolak menuju bandara untuk melakukan penerbangan yang memakan waktu hampir delapan belas jam.Rebecca sendiri memilih tidur sepanjang perjalanan yang memakan waktu. Tubuhnya sangat lelah setelah melewati sederet acara pernikahan, pun kondisinya yang sedang mengandung membuat Rebecca sedikit rapuh.Apalagi Rebecca sempat diserang rasa mual yang luar biasa di tengah-tengah penerbangan. Beruntungnya Eric sudah mempersiapkan segala keperluan Rebecca dengan teliti. Sehingga Rebecca tidak khawatir saat menderita sesaat akibat rasa mual itu.Dan ketika membuka mata, Rebecca mendapati keberadaannya di atas ranjang dari sebuah private vila.Glenn pasti yang membawa Rebecca sewaktu tertidur pulas. Namun, di mana pria itu sekarang?Kamar itu sangat sepi. Sepanjang mata Rebecca meraba-raba ke sekeliling ruangan tidak ditemukan keberadaan Glenn. Bahkan ketika dia beranjak turun dari ranjang dan menelusuri ke kamar mandi
Ujung bibir Glenn menyungging sedikit ke atas melihat Rebecca bersemu merah. Pria itu tampak senang Rebecca tidak melontarkan penolakan, baik itu secara lisan maupun gestur tubuh.Hal itu menarik kesempatan bagi tangan Glenn untuk menyentuh sesuka hati. Satu tangannya merayap turun melintasi bahu–merosot lembut di sepanjang lengan yang membuat bulu-bulu Rebecca bergidik akibat rabaan tangan panas Glenn.Sementara itu di wajah Rebecca, bibir Glenn sudah bergeser dari sudut bibir Rebecca. Dia mengecup-ngecup sisi wajah Rebecca seolah terlebih dahulu menikmati menu pembuka sebelum beralih ke menu utama.Rebecca dibuat bingung oleh Glenn yang mengganggu dengan sengaja. Sejak Glenn meminta izin, Rebecca terkesiap di dalam hati mengenai pria itu. Glenn selalu bertindak sesuka hati terhadap Rebecca. Glenn yang meminta izin dinilai Rebecca sebagai sikap impulsif Glenn yang sangat mustahil ditunjukkan.Rebecca sudah berniat ingin mendorong Glenn, pun pikirannya sudah menemukan alasan terbaik u
Perkataan itu digantung begitu saja oleh Glenn yang memilih keluar dari kamar tidur pengantin di vila itu. Pria itu memutuskan untuk menggunakan kamar lainnya yang tersedia dengan membawa serta koper miliknya yang tadi ditendang oleh Rebecca.Glenn bertelanjang lalu mengguyur sekujur tubuh di bawah kedinginan air dari shower yang menyala, menjernihkan pikirannya yang kusut dari perkataan Rebecca yang memukul keras kesadarannya.Glenn juga merasa bingung. Dia tidak mengerti pada dirinya sendiri yang selalu saja tidak bisa mengontrol perasaan. Ada senyar aneh yang menghasut jiwa setiap kali berhadapan dengan Rebecca, sehingga Glenn sering bertindak impulsif yang menurunkan harga diri.Mungkin memang benar, keberadaan Rebecca mulai mempengaruhi kehidupan Glenn.“Fokuslah pada tujuanmu, Glenn,” gumamnya yang mensugesti diri sendiri.Kegiatan mandi berakhir saat Glenn merengkuh kesegaran baru pada tubuhnya. Dengan dibalut dengan handuk putih Glenn beranjak dari kamar mandi. Kopernya yang m
Mata Glenn memicing tajam pada Rebecca yang bergerak-gerak di balik gorden, rasa penasarannya semakin meningkat pada Rebecca yang tidak bersuara.“Rebecca! Apa yang kau lakukan di sana?” Glenn mengulangi pertanyaan sembari meraih gorden di mana Rebecca bersembunyi.“Berhenti!”Seketika tangan Glenn membeku atas suara Rebecca yang menghardik tegas, padahal kelima jemarinya telah berhasil meremas gorden yang ingin ditarik. Namun, Glenn mengabaikan ucapan Rebecca.Apalagi ketika Rebecca merampas balik bagian gorden yang Glenn remas, pria itu semakin ingin tahu apa yang Rebecca lakukan di sana. Glenn berakhir meraih kembali gorden itu tanpa memedulikan Rebecca.Glenn tercengang, matanya sudah melebar sementara mulutnya yang terbuka kecil tidak bisa berkata-kata atas apa yang dilihat oleh mata. Di hadapannya, Rebecca sedang mendengkus kesal menatapnya sembari menyilangkan kedua tangan–tepat di dadanya.Tetapi bukan itu yang membuat Glenn tidak bisa berkata-kata. Melainkan kemeja putih mil