Home / Romansa / Jerat Ambisi Penguasa Kejam / Malam Terburuk Dalam Hidupku

Share

Jerat Ambisi Penguasa Kejam
Jerat Ambisi Penguasa Kejam
Author: Si Nicegirl

Malam Terburuk Dalam Hidupku

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2025-03-17 12:16:09

Halwa berdiri di haluan kapal pesiar milik Edzhar, pria itu memintanya untuk datang dan turut serta mencari Tita, tangan Halwa memegang erat tepian kapal hingga buku jarinya memutih, sementara pandangan Halwa terus terarahkan ke air laut di bawahnya, berharap salah satu penyelam menemukan tubuh Tita. .

Tim penyelamat sudah berkali-kali menyelam secara bergantian, tapi hasilnya nihil, Tita belum juga di temukan.

"Tita ... Jangan becanda ini tidak lucu. Kamu di mana?" bisik Halwa lirih. 

"Apa kau senang Tita tidak dapat di temukan?" tanya Edzhar dengan suara dingin, yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya saat ini.

Halwa mengalihkan perhatiannya ke Edzhar, "Apa maksudmu?" tanyanya.

"Kau yang menjebaknya, ya kan? Kau yang mengirim Tita ke para begundal itu!" tukas Edzhar.

"Menjebak apa? Begundal apa? Tolong kamu jelaskan padaku Ed, kenapa Tita bisa bunuh diri? Kamu apakan dia?" cecar Halwa.

"Seharusnya saya yang bertanya, kenapa kamu bisa sejahat itu dengan Tita?" 

"Aku tidak mengerti, Ed! Aku sungguh-sungguh tidak mengerti apa maksudmu itu, jadi tolong jelaskan padaku ... "

Edzhar menatap sinis Halwa, "Oohh, jadi kau mau melihat hasil kejahatanmu itu? Yas bawa ke sini rekamannya! Dan perlihatkan padanya!" 

Dengan sigap Yas menyerahkan tabletnya ke Halwa, dan Halwa mulai memutar rekaman CCTV itu. Napasnya langsung tercekat saat melihat beberapa pria sedang mengerubungi Tita, sementara salah satu dari mereka memperkosanya.

Lalu rekaman beralih ke rekaman lainnya, terlihat Tita berlari lalu menceburkan dirinya ke laut.

"Ya Tuhan!" pekik Halwa sambil menangkup mulutnya, air mata kini mengalir deras di pipinya, melihat nasib tragis sahabat baiknya itu, ia langsung menyerahkan kembali tablet itu ke Yas, sebelum balik badan dan melihat ke perairan di bawahnya,

"Titaaa!" teriak Halwa sambil terisak.

Halwa memekik keras saat Edzhar dengan kasar menarik tangannya,  "Jangan berpura-pura sedih, saya muak melihatnya!" geramnya.

Edzhar menarik Halwa ke dalam kabin utama kapal pesiar itu, dan mendorongnya masuk dengan kasar hingga Halwa jatuh terduduk.

"Aawww!" jerit Halwa.

Tidak berhenti sampai disitu, Edzhar berderap maju dan menarik Halwa hingga berdiri, lalu melemparnya ke atas tempat tidurnya,

"Kau harus membayarnya! Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan padanya! Kau menyakitinya dan saya akan menyakitimu hingga kau akan merasa menyesal karena sudah dilahirkan ke dunia ini!" desis Edzhar sambil mengunci Halwa di bawahnya.

"Ed, dengarkan dulu penjelasanku, bukan aku yang mengajak Tita ke tempat itu, tapi ... "

"Simpan alibimu untuk dirimu sendiri! Tita sendiri yang menelepon saya kalau kau mengajaknya ke kapal pesiar itu!" potong Edzhar dengan nada tajam.

"Demi Tuhan! Aku tidak pernah mengajak Tita ke kapal pesiar, Ed. Bahkan kapal pesiar yang manapun aku tidak tahu!" jelas Halwa sambil terus berontak di bawah kungkungan Edzhar, yang terlihat seperti kesetanan itu.

Ya, Edzhar terus saja merasakan kesedihan yang teramat sangat dalam saat kekasihnya Tita, yang juga sahabat Halwa menyeburkan diri ke lautan lepas, setelah seorang pria memperkosanya di atas kapal pesiar itu, pria yang hingga kini masih belum diketahui identitasnya.

Dan yang membuat Edzhar juga Halwa semakin sedih adalah, hingga saat ini belum juga ditemukan jenazah Tita, meski Edzhar sudah menurunkan ribuan orang untuk mencarinya di sekitar lokasi. Dan pada akhirnya, Edzhar melampiaskan semuanya pada Halwa.

"Saya tahu selama ini kau memendam perasaan pada saya, ya kan? Berkali-kali Tita memberitahukan hal itu pada saya! Tita meminta saya untuk menerima cintamu, dan Tita bersedia meninggalkan saya demi kau! Kau dengar itu? Tita rela berkorban demi kau! Sementara apa yang kau lakukan untuknya? Kau berusaha menyingkirkannya supaya bisa mendapatkan saya! Itu kan tujuan kau menjebaknya?" tukas Edzhar.

Napas Halwa tercekat saat mendengar tuduhan tak berdasar Edzhar itu, ia memang mencintai Edzhar, tapi tidak untuk merebutnya dari sahabatnya sendiri, apalagi harus menyingkirkan sahabat terbaiknya itu demi memdapatkan Edzhar. Tidak sekalipun terlintas di dalam benak Halwa untuk melakukan itu semua.

"Ya Tuhan, Ed. Jahat sekali tuduhanmu itu, apa kamu pikir aku wanita seperti itu?" tanya Halwa lirih.

"Ya! Dan kau harus membayarnya sekarang!" Jawab Edzhar sambil menahan kedua tangan Halwa di atas kepalanya, sementara tangan lainnya berusaha menanggalkan satu persatu pakaian Halwa.

"Apa yang kamu lakukan, Ed? Lepaskan! Tolong lepaskan aku!" jerit Halwa sambil terus berontak, tapi apa daya tenaga Edzhar jauh lebih kuat darinya.

Hingga terjadilah hal yang tidak seharusnya terjadi, Edzhar memaksakan dirinya pada area pribadi Halwa yang tidak pernah tersentuh itu. 

Pria itu mengabaikan pekik kesakitan Halwa, dan terus melakukan keinginannya itu, keinginan menyakiti Halwa seperti halnya Tita yang tersakiti pria lain. 

Halwa menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit yang teramat sangat, sementara air matanya tiada hentinya mengalir deras, membasahi pipi hingga meluncur turun ke bantal yang menopang kepalanya itu.

Ya Tuhan, kenapa aku mendapat hukuman atas dosa yang tidak pernah aku lakukan? 

Halwa terus terisak dan merutuki dirinya sendiri, kenapa ia harus ikut Tita ke negara ini? Seandainya saja ia menolak, hal ini pasti tidak akan pernah terjadi.

Edzhar menjatuhkan tubuhnya di atas Halwa saat pria itu mencapai pelepasannya, lalu langsung bangkit dan berdiri di sisi tempat tidur, matanya menatap tajam ke Halwa lalu turun ke bawahnya, ke noda merah yang mewarnai sprei berwarna putih itu.

Bukti hilangnya mahkota Halwa, yang sudah ia jaga baik-baik selama hidupnya.

"Bagaimana rasanya saat seseorang memperkosamu? Itulah yang di rasakan Tita saat itu! Berhentilah menangis! Baru saya yang melakukannya! Dan saya akan menyuruh kedua anak buah saya di luar sana untuk melakukannya juga padamu!" geram Edzhar sambil menaikkan resleting celananya.

Halwa langsung terduduk sambil menarik selimut hingga ke batas dadanya, "Jangan, Ed. Kenapa kamu sejahat itu padaku? Jangan lakukan itu, please!" rintih Halwa tapi Edzhar tetap memberikan tatapan bengis padanya.

"Kau pilih sekarang? Mau kedua pria itu melakukannya juga denganmu? Atau saya akan menjebloskanmu ke dalam penjara?" tanya Edzhar dengan wajah dingin dan tidak terbacanya itu.

Halwa tertunduk lesu, tidak cukupkah Edzhar merusak masa depannya, dan sekarang meminta Halwa untuk memilih melakukan itu dengan kedua anak buah Edzhar, atau penjara. 

"Cepat pilih!" raung Edzhar membuat Halwa kembali tersentak kaget.

Halwa mengarahkan pandangannya ke Edzhar, matanya bertemu mata dengan pria yang ia cintai itu, Halwa sama sekali tidak menyembunyikan kesedihannya di dalam tatapannya itu, ia sangat berharap pria itu mau mempercayainya.

"Kamu begitu mempercayai, akulah penyebab hilangnya Tita, ya Kan?" tanya Halwa dengan suara parau.

"Ya!" jawab Edzhar penuh keyakinan.

Halwa menghela napas panjang sebelum menentukan pilihannya dan berkata dengan suara rendah, 

"Aku lebih baik membusuk di penjara, daripada harus menyerahkan tubuhku." 

"Hah! Baiklah kalau itu memang maumu! Membusuklah di penjara!" Seru Edzhar, lalu berteriak ke arah pintu,

"Yas!" teriaknya.

Tidak lama seseorang membuka pintu, lalu bergegas menghampiri Edzhar, Halwa langsung menggenggam erat selimutnya.

"Ya, Tuan."

"Jebloskan wanita itu ke dalam penjara! Dan pastikan dia bersenang-senang di dalamnya!" Perintah Edzhar sebelum beranjak keluar dari kamarnya.

Punggung kaku Edzhar yang terakhir kali Halwa lihat, sebelum anak buahnya membawa Halwa ke dalam penjara.

Kabut sunyi perlahan mulai merayap di hatinya, ia yang selama ini mencintai pria itu dalam diam, kini harus menanggung konsekuensinya.

Ya, Halwa baru mulai menyadarinya sekarang, dosa yang sudah Halwa lakukan hanyalah mencintai pria yang menjadi kekasih sahabatnya itu, pria yang seharusnya terlarang untuknya.

Ya, mungkin inilah hukuman yang diberikan Tuhan untuknya..

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aisha
Ada d sini k' Nice...semangat berkarya...kangen sama Edzhar...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Iblis Berwajah Malaikat

    Dua bulan kemudian ..."Tuan, wanita itu di rawat di rumah sakit!" seru Yas pada Edzhar, yang sedang fokus melihat layar laptopnya."Wanita mana?" tanya Edzhar tanpa mengalihkan perhatiannya."Nona Halwa," jawab Yas."Kenapa bisa masuk rumah sakit? Saya sudah bilang kasih wanita itu pelajaran, tapi tidak perlu sampai masuk rumah sakit!" geram Edzhar."Nona Halwa hamil, Tuan." jelas Yas."Hamil? Wanita sialan itu hamil?”"Ya, Tuan."Apa Halwa sedang mengandung anakku? Halwa masih suci saat itu, dan aku langsung menjebloskannya ke dalam penjara, jadi tidak mungkin dia bersama dengan pria lain."Perintahkan untuk menghentikan sementara menyiksa batin wanita itu, sampai saya benar-benar yakin anak yang dikandungnya itu adalah benar anak saya!""Baik, Tuan.""Segera siapkan mobil, sudah saatnya saya melihat wanita itu!”Sejurus kemudian mereka sudah sampai di bangsal rumah sakit, terlihat Halwa dengan wajah pucat dan di penuhi dengan memar itu tengah tertidur pulas. Sesekali terdengar rint

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Penyelamat

    "Kenapa menamparku?!" tanya Halwa sambil memegang pipinya.Alih-alih menjawab wanita lainnya kembali menampar Halwa, kali ini mendarat di pipi kirinya."Apa salahku pada kalian?" tanya Halwa lagi, matanya sudah mulai kabur akibat dua tamparan keras di pipinya.Ketiga wanita itu hanya tertawa, Halwa berteriak minta tolong sambil memegang jeruji besi itu, tapi tidak ada satupun yang peduli dan menolongnya.Hingga pukulan demi pukulan ia terima dari ketiga wanita itu, hingga Halwa jatuh terduduk, ia menatap nanar ketiga wanita itu, wanita yang menyiksanya, yang ia yakini atas suruhan Edzhar.Hanya pria itulah yang mampu melakukan semua ini, tidak ada yang mampu melawan perintahnya, mau seperti apapun Halwa berteriak minta tolong, semua pasti akan tetap diam, bahkan anginpun akan ikut membisu.Air mata Halwa kembali mengalir, ia kembali terisak sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Ia tidak pernah membayangkan akan berada di dalam situasi seperti ini.Merenggut kehormatannya s

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Halwa Bebas?

    "Ya, kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk meneleponku, kau lihat ponsel di atas meja itu ... "Halwa mengalihkan perhatiannya ke atas meja kecil di samping tempat tidurnya, terlihat di sana sebuah ponsel keluaran terbaru, dan Halwa langsung mengangguk sambil kembali menatap Victor."Ada nomor ponselku di sana. Jangan ragu-ragu untuk meneleponku, Ok?" "Iya, terima kasih, Vic.""Ah, ya. Jangan menghubungi orang tuamu dengan ponsel itu, takutnya Edzhar nanti akan melacaknya saat dia tahu kamu sudah bebas dan keluar dari Turki.""Iyaa ... ""Dan jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Edzhar," ujarnya seolah mengerti apa yang sedang di khawatirkan Halwa saat ini."Terima kasih," ucapnya lagi"Istirahatlah, aku tidak akan lama ... " Dan setelah Halwa mengangguk, Victor kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Halwa tidak dapat menghentikan air matanya, ia terharu dengan kebaikan Victor yang mau membebaskannya dari neraka itu, juga menyelamatkan nyawanya dan ju

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Cinta Pada Pandangan Pertama

    Setahun yang laluHalwa dan Tita duduk di barisan kursi terdepan, mereka terpisah dari teman-teman satu fakultasnya, untuk memudahkan prosesi wisuda, karena mereka termasuk wisudawan berprestasi.Tepat pukul delapan, rektor dan jajaran rektorat masuk dan duduk di tempat yang sudah disiapkan untuk mereka.Setelah semua rektor dan jajarannya sudah menempati posisi mereka masing-masing, pemimpin paduan suara keluar dari barisannya, disusul dengan suara MC yang meminta seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama.Hingga akhirnya nama-nama wisudawan yang berprestasi dari tiap fakultas, dipanggil satu persatu untuk naik ke atas panggung, untuk menerima ijasah langsung dari rektor.Tempat duduk mereka yang berada di barisan terdepan dekat panggung, membantu prosesi berjalan sangat cepat dan mulus, hingga akhirnya MC menyebut nama Halwa."Aira Halwatuzahra!" "Semangat!" seru Tita sambil meremas tangan Halwa sebelum ia berdiri dan naik ke atas panggung.Dengan arahan

    Last Updated : 2025-03-17
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kosong

    Turki, negara transkontinental, satu negara seribu rasa. Negara yang penuh dengan kekontrasan, tempat bertemunya tradisi Timur dan Barat, dimana pemandangan reruntuhan dan bangunan kuno bersanding dengan dunia modern, serta kehidupan sekuler dan religius yang berjalan berdampingan. Negara yang ingin sekali Halwa kunjungi, itu makanya ia tidak menolak saat Tita mengajaknya ke negara ini, untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Edzhar. Kini, nyaris tiga bulan Halwa berada di negara ini, dan sekarang adalah malam terakhirnya di negara ini.Halwa menatap ke luar jendela kamarnya, menatap nanar ke pemandangan kota Istanbul ini, yang pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan ibu kota Turi, Ankara. Satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua. Hanya dengan menaiki kapal ferry, kita sudah bisa berpindah dari Benua Asia ke Benua Eropa."Kamu sudah siap?" tanya Victor.Halwa balik badan menghadap pria yang sudah menyelamatkannya itu, "Ya," jawabnya, lalu melangkah mundur saat Vic

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Depresi

    Halwa sudah membayangkan kalau pertemuannya dengan kedua orang tuanya akan mengharu biru. Tapi ternyata lebih dari itu.Kini Halwa terduduk di lantai, dengan kepalanya yang ia rebahkan di atas pangkuan mamanya, dengan papanya yang duduk di sebelahnya, yang tangan tuanya kini sedang mengusap lembut kepala Halwa.Segala kepahitan dan penderitaan hidupnya selama tiga bulan ini, Halwa curahkan semuanya kepada kedua orang tuanya itu, sambil sesengukan ia menceritakan semuanya, tidak ada satupun yang ia sembunyikan."Aku sudah hancur sekarang, Ma, Pa. Pria itu sudah menghancurkan masa depanku," isak Halwa, airmatanya masih terus membasahi celana pajang mamanya.Orang tua mana yang tidak akan bersedih mendengar nasib malang yang menimpa putrinya, tidak terkecuali dengan mama dan papanya Halwa.Halwa dapat merasakan tetesan air mata mamanya yang jatuh ke kepala Halwa, tapi Halwa tetap bergeming, ia tetap merebahkan kepalanya di atas pangkuan mama

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kenangan Yang Berbahaya

    "Kenapa aku harus ke Psikiater?" tanya Halwa keesokan harinya. Mama merangkul pundak Halwa, "Untuk membantumu supaya lebih cepat pulih dari trauma itu, Sayang. Dan bukan di sini, kamu akan memulai konsultasi saat sudah berada di Spanyol nanti," jawabnya. "Dimana Victor? Aku belum melihatnya pagi ini?" tanya Halwa. "Dia dan Papa sedang mengurus dokumen kepindahan kita. Beruntung kamu menemukan pria sebaik dia Aira," jawab mama sambil merapikan rambut Halwa, "Mau Mama kuncir?" tanyanya dan Halwa menganggukkan kepalanya. Kini ia tidak bisa mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bahkan hanya sekedar untuk mengikat rambutnya. Akibat dari tendangan keras di bahunya hingga menyebabkan tulang lengan atas bergeser dari soket bahunya. "Tunggu sebantar, Mama ambil sisir dan ikat rambut dulu," ujar mamanya sambil berdiri, lalu melangkah ke dalam kamar Halwa. Bosan hanya duduk-duduk saja sejak tadi, Halwa melangkahkan kakinya dengan pelan ke halaman rumahnya. Desanya ini berada d

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jebakan

    Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini. Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk. Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya. "Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat." Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa. "Besok Victor akan men

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Setelah Kamu Pergi

    "Kamu bicarakan dulu berdua sama Edzhar, yaa ... " bujuk Victor setelah menceritakan niat Edzhar tadi."Tapi, Vic ... ""Ay ... Bagaimanapun juga kalian harus tetap membahas masalah pengasuhan Edson dan Vanessa. Daripada terus menundanya lebih baik kalian selesaikan sekarang, biar kalian sama-sama enak."Halwa mendesah pelan, ia melirik Edzhar yang tengah berbincang serius dengan anne Neya, sementara Vanessa sedang disuapi suster Mia."Aku takut Edzhar akan membujukku lagi seperti semalam, Vic.""Ya, Edzhar sudah mengatakannya padaku. Dan kamu tenang saja, niatnya sudah bulat untuk tidak mengusik hubungan kita, dan bersedia menyerahkan hak asuh penuh anak-anak padamu.""Benarkah?" tanya Halwa, dan Victor menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah aku percaya padamu.," ujarnya.Setelah matanya bertemu mata dengan Edzhar, lewat isyarat matanya, Halwa meminta pria itu untuk ikut ke balkon bersamany

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dua Wanita Kesayangan

    "Apa yang ingin kau bicarakan, Ed?" tanya Victor sesampainya mereka di Balkon.Sahabatnya itu terlihat sangat kacau, tidak Edzhar yang selama ini ia kenal, yang selalu terlihat rapi dan penuh percaya diri. Malam ini, pria itu jauh lebih kacau dari saat di Villa tadi.Kedua tangan Edzhar berpegangan pada pagar balkon, sementara matanya menatap nanar ke arah Menara Eiffel, yang menampakkan cahaya warna-warni. Efek jingga keemasan yang sangat indah terlihat dari tigaratus tigapuluh enam lampu sorot natrium yang dipasang di struktur menara itu.Ya, itulah Paris ... Terlihat jauh lebih indah dan romantis saat malam hari. Romantis bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tapi terasa hampa bagi Edzhar, pria yang akan menyerahkan dua orang wanita yang paling ia cintai itu pada sahabatnya, Victor."Ed ... " panggil Victor lagi.Dengan enggan Edzhar mengalihkan perhatiannya dari icon Paris itu ke sahabatnya, ia menguatkan dirinya saat mengatakan deng

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dilema

    "Bisa kita bicara di kamarmu, Neya?" tanya mommy Rycca.Anne Neya melirik sekilas Edzhar yang masih termenung di balkon sambil melihat icon Paris itu, sebelum akhirnya mengangguk."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya setelah menutup pintu kamarnya."Aku yang telah membocorkan pertunangan Halwa denganputraku pada Edzhar," aku mommy Rycca sambil duduk salah satu sofa santai yang berada di dalam kamar itu.Sambil mengerutkan keningnya, anne Neya bergegas menghampiri dan duduk di sofa sebelahnya,"Jadi kamu yang mengirim pesan itu? Kenapa?" tanyanya lagi.Mommy Rycca mengurut keningnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa, ia pun masih tidak habis pikir dengan tindakan impulsifnya itu,"Entahlah ... " hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya."Jangan bilang kamu sebenarnya tidak merestui hubungan putramu dengan Halwa?" tebak anne Neya sambil menyipitkan kedua matanya.Melihat sahabatnya yang tida

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Apa Aku Egois?

    Kontak skin to skin, dan dekapan lembut Halwa itu memiliki efek psikologis menenangkan, dan memberikan rasa nyaman pada Vanessa, hingga putrinya itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya.Ibu dan anak itu sama-sama tertidur lelap hingga Halwa terbangun karena sentuhan tangan lembut seseorang di pipinya,"Anne ... " sapa Vanessa saat Halwa membuka kedua matanya.Selama ini Vanessa hanya bisa melihat foto-foto Halwa yang terpajang di rumahnya saja. Dan saat bisa melihat Annenya itu secara langsung, membuat anak itu terlihat ragu-ragu, antara Halwa nyata ada atau hanya ia bermimpi seperti biasanya saja.Kedua bola matanya seketika berkaca-kaca saat melihat senyum hangat Halwa,"Hai, cantik ... " sapa Halwa dengan suara parau, dan seketika itu juga tangis Vanessa pecah,"Anne ... Anne ... " isaknya sambil memeluk erat Halwa, seolah-olah takut kalau ia melepasnya Halwa akan kembali menghilang."Iya, Sayang. Ini Anne ... " ujar

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Tolong Beri Satu Kesempatan Lagi

    Edzhar menahan pintu kamar tempat Vanessa tertidur, dengan plester kompres demam yang menempel pada keningnya. Dengan langkah pelan dan kedua mata yang sudah dibanjiri air matanya itu, Halwa mendekati putrinya yang entah kenapa terlihat rapuh itu,"Vanessa ... " gumamnya lirih.Halwa nangis sesengukan sambil berlutut di samping tempat tidur Vanessa, tangannya yang gemetar meraih tangan mungil putrinya itu, yang terlihat jauh lebih kecil dari tangan putranya, Edson."Vanessa, putriku ... " desahnya sambil menciumi punggung tangan putrinya itu yang masih terasa hangat.Ia menempelkannya di pipinya, merasakan hawa panas yang mengalir dari telapak tangan Vanessa ke pipinya. Sementara tangan lainnya membelai lembut rambut putrinya itu.Tadi di sepanjang jalan Halwa sudah menyiapkan dirinya untuk tidak nangis, untuk terus terlihat kuat saat bertemu dengan putrinya nanti. Karena seorang anak bisa merasakan juga kesedihan ibunya, terutama anak ba

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pertemuan Halwa dan Vanessa

    "Membicarakan apa? Menjelaskan apa?" tanya Halwa bingung."Vanessamu dan Edzhar masih hidup, Ay ... "Halwa mengerutkan keningny, ia merasa sangat bingung, luar biasa bingung. Ia menatap penuh mata tunangannya itu,"Vic, jangan becanda ini tidak lucu!" keluhnya.Meski bibirnya mengeluarkan keluhan itu, jantungnya mulai berdebar dengan sangat cepat selama ia menunggu balasan dari tunangannya itu."Apa aku terlihat tengah becanda, Ay? Apa aku pernah becanda jika menyangkut orang yang aku kasihi? Yang kamu sayangi?" tanya Victor dengan nada lembut, tidak sedikitpun ia marah dengan kecurigaan Halwa padanya.Halwa menggelengkan kepalanya, ia munduru beberapa langkah ke belakangnya,"Itu tidak mungkin ... Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri vanessaku itu sudah tidak bernapas, Vic!" sangkalnya, ia menangkup mulutnya dengan kedua mata yang membola,"Itu tidak mungkin ... " lanjutnya, air mata mulai membasahi kedua

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Vanessamu dan Edzhar Masih Hidup

    "Poppa ... Aku punya dedek!" pekiknya dengan riang dan Victor mengangguk, ia pun menghapus air mata di sudut matanya. Ia dan juga sahabatnya yang lain, sama terharunya saat melihat pertemuan ayah dan anak itu yang mengharu biru. Edson kembali ,mengalihkan perhatiannya ke Edzhar, "Jadi kapan aku bisa ketemu sama dedek Vanessa?" tanyanya dengan nada tidak sabar. "Secepatnya ... " jawab Edzhar. Ia tidak bisa menjanjikan kapannya, karena ia juga belum tahu Halwa bersedia bertemu dengannya atau tidak. Tapi seandainya pun Halwa tidak mau bertemu dengannya, ia akan tetap mempertemukan Edson dengan saudarinya, meski putranya itu tidak mengetahui kalau Vanessa adalah adik kandungnya. Edzhar mengangkat dan menggendong Edson, lalu beralih menatap Victor, "Apa Halwa bersedia bicara denganku?" tanyanya. "Satu-satu, Ed. Membawa Edson padamu saja sudah membuatku d

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pelukan pertama

    Edson baru akan menghampiri Victor ketika Halwa menggendongnya, dan tanpa repot basa-basi lagi, ia langsung membawa putranya itu kembali masuk ke dalam Villa. "Aku akan bicara dengan Aira sebentar!" seru Victor lalu berdiri dan segera menyusul tunangannya itu. "Ay, tunggu Ay!" Halwa menghentikan langkahnya, ia memberikan tatapan dongkolnya pada Victor, "Kenapa pria itu masih berada di sini? Kenapa kamu bersikap baik padanya?" cecarnya. "Kalian di sini rupanya? Tamu-tamu sudah mencari kalian, ayo ke belakang lagi!" seru mama sambil menarik lengan Halwa. "Poppa ... " rengek Edson mengangkat kedua tangannya minta digendong Victor. "Berikan Edson padaku, kamu temani tamu-tamu saja terlebih dahulu yaa," bujuk Victor. "Sebentar, Ma. Ada yang ingin aku bicarakan pada Victor dulu," ujar Halwa sambil melepaskan lengannya dari genggaman mamanya itu. "Tapi tamu-tamu ... "

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kenapa Merahasiakannya?

    "Jadi insiden kapal pesiar itu sengaja direncanakan Tita untuk menjebak Aira?" tanya Victor setelah Edzhar selesai menceritakan semuanya.Tragedi itulah awal dari penderitaan Halwa. Ia lolos dari perangkap jahat Tita, tapi malah jatuh ke dalam jerat Edzhar. Victor yakin betul, saat mengetahui semua kebenaran itu, pasti Edzhar tersiksa oleh rasa bersalahnya.Bagaimana tidak? pria itu dengan kejam telah melakukan hal buruk pada Halwa, membuat Halwa tersiksa lahir dan batin, menjadikan dua bulan hidup wanita itu laksana berada di dalam neraka."Ya ... Kalian pasti menertawakan kebodohanku, ya kan? Tertawa dan hina saja aku, kalian tidak salah, aku memang terlalu mudah dibodohi wanita itu," desah Edzhar sambil menatap sendu satu-persatu sahabatnya itu."Tidak ada satupun dari kami yang akan menertawakanmu, Ed. Di banding orang lain, kami yang paling tahu betapa pandai dan cakapnya kau dalam hal apapun, ya kecuali dalam hal asmara. Kau pintar dengan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status