Share

Perhatian Akmal

Kayla hanya bisa bersandar di pintu saat mendengar mobil yang dikendarai oleh suaminya telah meninggalkan rumah. Percuma saja. Meskipun ia terus berteriak meminta dibukakan pintu oleh laki-laki itu, dia sudah tidak bisa mendengar teriakannya.

Sambil menghapus air matanya, Kayla segera menuju dapur. Ia membereskan peralatan makan yang tadi dipakai oleh suaminya dan meletakkannya di atas wastafel. Ia segera mencuci peralatan makan kotor tersebut lalu menuju ke kamarnya.

Saat berada di kamar, bayangan saat Akmal menyetubuhinya kembali terbayang. Hal itu membuat Kayla merinding. Perasaannya terasa begitu sakit saat mengingatnya.

"Tenang, Kayla. Jangan kamu ingat-ingat lagi apa yang sudah kamu alami semalam. Kamu harus kuat." Kata Kayla pada dirinya sendiri. Ia mencoba menghela napas panjang beberapa kali demi menenangkan perasaannya.

Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi di ponselnya. Kayla segera membuka notifikasi aplikasi berwarna hijau tersebut. Sebuah pesan dari Akmal.

Aku sudah mengirim uang lima puluh juta ke rekeningmu, Kayla. Kau bisa menggunakannya untuk keperluan kita selama sebulan ini.

Kedua mata perempuan berusia 23 tahun itu terbelalak membaca pesan dari suaminya.

"Li-lima puluh juta?" Tanya Kayla tak percaya. Ia segera membuka aplikasi perbankan miliknya yang ada di ponsel. Ia menghela napas begitu melihat nominal angka yang tertera di rekeningnya.

"Bagaimana mas Akmal bisa mendapatkan nomor rekeningku? Seingatku, aku belum pernah mengatakan nomor rekeningku padanya." Tanya Kayla dengan dahi berkerut.

Sebuah notifikasi kembali muncul di ponselnya. Dari Akmal lagi.

Kartu kredit milikmu baru bisa ku serahkan nanti. Tadi aku lupa.

Kayla segera menekan tombol telepon di nomor sang suami.

"Assalamu'alaikum, mas"

"Kenapa?" Tanya Akmal di telepon.

"Bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor rekeningku? Aku bahkan tidak memberitahumu."

"Aku bertanya pada ibu kemarin."

Oh... Ternyata Akmal menanyakannya pada ibu mertuanya.

"Tapi kenapa mas Akmal memberiku uang?"

"Jelas aku harus memberimu uang. Kau istriku, tanggung jawabku. Kenapa? Apa uangnya kurang?"

"Tidak, mas. Uang ini banyak sekali."

"Tidak usah banyak tanya. Kau bisa menggunakan uang itu sesukamu. Untuk kartu kredit, seperti yang ku katakan dalam pesan...."

"Tidak perlu, mas. Aku tidak ingin menggunakan kartu kredit. Kartu kreditnya Mas Akmal simpan saja."

"Are you sure?" Tanya Akmal Yang langsung mendapat anggukan kepala dari Kayla seolah-olah suaminya itu ada di hadapannya.

"Yes. Aku lebih memilih menggunakan ATM saja dari pada kartu kredit."

"Okay. Bye!"

Kayla menatap ponselnya yang tiba-tiba sudah diputus hubungannya oleh Akmal. Ia menghela napas lagi.

"Dasar! Aku masih mau bicara sudah diputus saja." Sungut Kayla kesal. Ia menaruh ponselnya di atas tempat tidur lalu berjalan menuju tas yang tadi pagi ia kemas. Ia segera membereskan isinya dan meletakkannya kembali ke dalam lemari. Setelah itu, ia mengganti sprei dengan yang baru karena sprei yang semalam sudah terkena darah Kayla.

Kayla mulai mencuci dan membereskan rumah. Setelah beberapa waktu dan seluruh pekerjaannya telah selesai, ia kembali ke kamar dan mengobati luka-luka di tubuhnya. Perempuan itu mencoba menggunakan make-up untuk melihat apakah memar yang ada di dahinya bisa tertutup atau tidak.

"Untuk apa aku melakukan ini? Toh aku tidak akan bisa kemana-mana." Kata Kayla setelah selesai mengenakan make-up. Ia segera menghapus make up yang baru saja dipakainya hingga bersih.

"Lebih baik aku mengubungi ibu." Kata Kayla sambil melangkah menuju ke tempat tidur. Ia segera duduk di tepi ranjang dan menghubungi sang ibu.

"Assalamu'alaikum, Bu...." Sapa Kayla begitu hubungan tersambung. Tapi terdengar suara berisik di line sang ibu.

"Wa'alaikumussalaam, Kayla." Jawab Bu Tutik setengah berteriak. Suara-suara di sekelilingnya membuatnya harus mengeraskan suaranya.

"Mengapa berisik sekali, Bu?" Tanya Kayla dengan dahi berkerut.

"Iya, Kayla. Ini ibu sedang repot karena banyak tetangga yang membantu pengerjaan renovasi rumah kita."

"Pengerjaan sudah dimulai?" Tanya Kayla tak percaya.

"Iya, nak. Tukang bangunan yang di sewa oleh Akmal sudah datang. Jadi sekarang ibu sedang repot membuatkan makanan untuk mereka."

"Ya sudah kalau begitu, Bu. Lebih baik aku tutup saja teleponnya. Aku tidak ingin mengganggu."

"Maafkan ibu ya, nak. Ibu benar-benar sedang repot. Nanti kalau sudah longgar, ibu akan menghubungimu." Ucap Bu Tutik penuh sesal.

"Tidak apa-apa, Bu. Tenang saja. Ya sudah, Bu. Aku tutup dulu teleponnya. Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalaam..."

Kayla tersenyum memperhatikan ponselnya. Ia bisa membayangkan kerepotan sang ibu yang sedang memasak dengan dibantu ibu-ibu tetangga. Ia segera melangkah meninggalkan kamar menuju ke dapur. Ia ingin menyiapkan makan malam untuk suaminya.

•••

Kayla terdiam di tempat saat netranya melihat sang suami yang pulang ke rumah dengan membawa seorang perempuan yang usianya tak jauh beda dengannya. Sikap suaminya pada perempuan itu biasa saja, tapi sikap perempuan itu sangat menunjukkan kedekatan keduanya. Membuat jantung Kayla berdenyut sakit melihat cara perempuan itu menempel pada Akmal.

"Makan malam sudah siap, mas." Kata Kayla sambil meraih tas kerja milik suaminya.

"Aku akan mandi dulu. Mia, duduklah dulu. Setelah mandi aku akan membawakan berkas-berkasnya." Kata Akmal lalu melangkah ke kamar. Meninggalkan Mia dan Kayla berdua di ruang tamu.

Kayla tidak ingin berurusan dengan perempuan yang dipanggil Mia oleh suaminya. Ia segera meninggalkan ruang tamu menuju ke kamar demi meletakkan tas kerja milik sang suami. Ia juga harus mengambilkan pakaian ganti untuknya.

Setelah itu, Kayla segera kembali ke dapur. Ia membuatkan segelas minuman untuk tamu sang suami dan meletakkannya di atas meja ruang tamu.

"Silahkan diminum. Mas Akmal sebentar lagi selesai." Kata Kayla ramah.

"Terimakasih." Ucap Mia lalu meminum minumannya sedikit.

"So.... What's your name, sweety?" Tanya Mia sambil meletakkan gelas minumannya kembali di meja.

"Kayla."

"Oh, nama yang cantik. Bagaimana kehidupanmu setelah menikah dengan Akmal?" Tanyanya lagi yang membuat Kayla mengerutkan keningnya.

"Ah... Apa yang sudah kutanyakan?" Tanya Mia pada dirinya sendiri kemudian tertawa kecil.

"Sudah tentu kamu bahagia. Iya, kan? Kamu bisa menikmati semua yang dimilikinya. Kamu juga bisa dengan leluasa menyentuhnya dan menikmati tubuhnya." Kata Mia yang membuat Kayla membulatkan matanya.

"Mengapa kamu bicara seperti itu?" Tanya Kayla dengan dahi berkerut. Ia benar-benar tidak suka dengan nada bicara Mia.

"Oh... Tidak apa-apa. Aku hanya membayangkan bagaimana cara Akmal menyentuh atau menciummu. Karena saat dia denganku, dia benar-benar melakukannya dengan lembut." Jawab Mia sambil terkekeh.

Kayla segera bangun dari posisi duduknya di ruang tamu. Ia segera menuju ke dapur dan meminum segelas air putih hingga habis. Jantungnya berdebar-debar mendengarkan ucapan Mia tentang suaminya.

Saat Kayla sedang berusaha menenangkan perasaannya, tiba-tiba netranya menangkap sosok Akmal yang sedang menuruni tangga. Di tangannya ada berkas-berkas yang sepertinya harus ia serahkan pada Mia.

"Makan malam dulu, mas." Kata Kayla mengingatkan.

"Aku harus memberikan berkas-berkas ini pada Mia lebih dulu." Jawab Akmal sambil terus melangkah menuju ke ruang tamu. Ia segera memberikan berkas-berkas yang dipegangnya pada Mia. Mereka berbicara sebentar sebelum keduanya berdiri.

Mata Kayla seketika membulat saat ia melihat Mia tiba-tiba mencium Akmal di bibirnya. Membuat matanya seketika berkaca-kaca karena tidak tahan dengan apa yang baru saja dia lihat. Gadis itu memilih untuk masuk ke kamarnya.

"Apa yang kamu lakukan, Mia?" Tanya Akmal marah saat Kayla sudah tidak terlihat di dapur.

"Menciummu." Jawab Mia sambil tersenyum.

"Jika kamu melakukannya lagi, aku akan benar-benar memecatmu." Umpat Akmal sambil mengusap bibirnya.

"Aku tidak akan melakukannya lagi hari ini. Tenang saja!" jawab Mia sambil terkekeh yang membuat Akmal berdesis.

"Aku pulang, ya." Kata Mia lalu melangkah keluar dari ruang tamu. Akmal tak menjawab. Ia hanya melambaikan tangannya, membiarkan sekertarisnya itu pergi meninggalkan rumahnya.

Setelah menutup pintu, Akmal menuju ke dapur. Tapi ia tidak menemukan Kayla di sana. Ia segera naik ke lantai dua, ia mencari istrinya di kamar.

"Kayla?" Panggil Akmal sambil membuka pintu. Ia melongokkan kepalanya di kamar dan mendapati Kayla sudah berbaring dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Ia segera masuk ke kamar dan mendekati sang istri. Diraihnya selimut yang menutupi tubuh istrinya itu hingga terbuka.

"Biarkan aku tidur, mas!" Pinta Kayla sambil kembali menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang ditarik oleh suaminya.

"Makan malam dulu!" Seru Akmal sembari meraih selimut yang menutupi tubuh istrinya sekali lagi.

"Mas Akmal saja. Aku tidak usah." Ucap Kayla tanpa memandang sang suami.

"Kayla! Jangan membuatku mengulangi ucapanku!" Tandas Akmal sambil menahan geram.

"Mas tidak usah pura-pura peduli. Mas makan saja dengan Mia. Aku yakin dia pasti mau jika mas Akmal mengajaknya makan bersama." Ucap Kayla sambil menatap sang suami, tapi ia justru terkesiap karena sosok suaminya itu ternyata telah menatapnya dalam jarak dekat. Tubuhnya berada di atasnya dengan kedua tangan berada di sisi kepala Kayla.

"Mengapa tiba-tiba kamu membicarakan tentang Mia? Ada hubungan apa antara Mia dengan acara makan malam kita?" Tanya Akmal lirih dengan suara beratnya. Membuat Kayla tergagap karena napas suaminya yang menyentuh kulitnya.

"Apa kau cemburu pada gadis itu?" Tanya Akmal lagi. Ia berbisik di telinga sang istri.

"C-cemburu? A-aku tidak cemburu. Aku hanya..." Ucapan Kayla terhenti saat Akmal tiba-tiba mengecup bibirnya sekilas.

"Temani aku makan malam! Jika tidak, jangan salahkan aku jika aku memakanmu sekarang juga. Hm?" Seru Akmal yang segera mendapat anggukan kepala dari Kayla. Ia mengulurkan tangannya dan membiarkan istrinya itu meraih genggaman tangannya. Bersisian, ia dan Kayla melangkah menuju ke dapur untuk makan malam bersama-sama.

Sepi, tidak ada yang bersuara selama makan malam. Baik Akmal atau pun Kayla, keduanya memilih untuk makan dalam diam. Merasa tidak nyaman, akhirnya Kayla membuka suara. Ia mencoba untuk membuka percakapan dengan suaminya.

"T-terima kasih." Ucap Kayla lirih.

"Untuk?" Akmal bertanya dengan ketus.

"Mas Akmal sudah membantu keluargaku."

"Tidak perlu dipikirkan. Aku hanya membantu sedikit." Ucap Akmal lalu kembali memakan makanannya.

"Ah, apa kau benar-benar tidak membutuhkan kartu kredit? Aku bisa memberikan kartu kreditmu kapan saja." Tanya Akmal lalu meminum air minum yang tersedia di dekatnya.

Kayla menggeleng. "Tidak usah, mas. Aku lebih memilih menggunakan kartu ATM saja. Aku tidak ingin boros." Jawab Kayla sambil menyilangkan sendok dan garpu yang ada di piringnya. Menandakan bahwa ia telah selesai makan.

"Oh, okay. Katakan saja padaku jika uangnya kurang. Aku akan langsung mengirimkannya padamu." Kata Akmal sambil berdiri. Kayla mengangguk. Ia juga ikut berdiri dan membereskan piring kotor yang tadi dipakai dan membawanya ke wastafel. Ia segera mencuci piring-piring kotor itu dan meletakkannya dalam rak piring.

"Kamal dan Kemal senang sekali bisa mendapatkan sepeda darimu, mas. Kemarin mereka mengatakannya padaku." Ucap Kayla sambil mengelap kedua tangannya yang basah menggunakan serbet.

"Aku sudah menerima surat yang mereka tulis. Syukurlah jika mereka senang."

"Aku tidak tahu harus bagaimana menunjukkan rasa terima kasihku. Mas sudah membuat seluruh keluargaku bahagia. Ayah, ibu dan kedua adikku benar-benar bersyukur padamu. Aku..."

Ucapan Kayla terhenti saat wajah sang suami tiba-tiba sudah berada di dekatnya. Ia berada tepat di hadapan Kayla dengan kedua tangan berada di kedua sisinya.

"Jika kamu ingin berterima kasih, maka lakukan apa yang ku minta darimu." Ucap Akmal lirih. Tatapannya memandang lekat ke arah mata Kayla dalam-dalam.

"A-apa?" Tanya Kayla gugup. Tatapan laki-laki di hadapannya ini memang sangat pandai membuat napasnya tercekat.

"Biarkan aku memilikimu seutuhnya." Kata Akmal yang membuat Kayla terdiam. Setelah itu ia mendorong tubuh suaminya begitu saja.

"Untuk apa mas meminta jika mas sudah merenggutnya dengan paksa semalam?" Tanya Kayla yang membuat laki-laki itu menatapnya dengan bingung.

"Huh? Apa maksudmu?" Tanya Akmal tak mengerti.

Kayla menarik lengan bajunya, menunjukkan bekas luka di tangannya pada Akmal.

"Ini!" Serunya lalu kembali menunjukkan bekas luka yang ada di bahu kirinya pada sang suami.

"Ini!" Terakhir ia menunjuk bekas luka di dahinya menggunakan telunjuk tangan kirinya.

"Dan juga ini. Semua luka-luka yang ku dapatkan ini adalah perbuatan mas Akmal semalam." Kata gadis berusia 23 tahun itu dengan mata berkaca-kaca.

"A-aku?"

"Iya. Mas Akmal semalam pulang dalam keadaan mabuk. Mas Akmal merenggut kehormatan ku dengan paksa. Meskipun aku memohon dan meminta ampun, Mas Akmal sama sekali tidak peduli." Ucap Kayla dengan mata berkaca-kaca.

Akmal sama sekali tidak percaya. Tapi saat ia memikirkan bagaimana reaksi Kayla padanya tadi pagi, ia yakin ada sesuatu yang terjadi. Ia sama sekali tidak mengingat apa-apa.

Laki-laki berusia 27 tahun itu menatap sang istri. Air mata yang mengalir dari wajah Kayla tiba-tiba mengingatkannya pada kejadian yang terjadi kemarin malam. Jantungnya berdebar sangat kencang saat mengingat apa yang telah ia lakukan. Bagaimana cara ia memperlakukan sang istri, semuanya ia ingat dengan jelas.

"Sekarang mas sudah mengingatnya?" Tanya Kayla dengan air mata yang semakin deras di wajahnya. Akmal kehilangan kata-kata.

"Aku tahu pernikahan ini bukan seperti yang kamu inginkan, mas. Tapi bukan berarti kamu bisa bertindak seenaknya. Aku istrimu, bukan pelacurmu." Kata Kayla lalu berlari menuju ke kamar. Meninggalkan Akmal sendirian dengan pikiran dan rasa bersalah yang dimilikinya.

Kayla menyadari, menangisi apa yang telah terjadi sama sekali tidak ada gunanya. Kini ia sudah mulai berjalan, namun di atas duri yang menyakitkan.

@@@

Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya ya? Silakan tunggu di bab berikutnya (◠‿・)

.: 26 Juni 2021 :.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status