Share

Tangisan Kayla

Kayla terbangun saat suara adzan terdengar berkumandang. Ia bergegas untuk bangun. Tapi gerakannya terhenti saat menyadari sebuah tangan kokoh sedang memeluknya. Kayla menoleh. Terlihat suaminya tidur begitu pulas.

Melihat wajah sang suami, bayangan apa yang telah dialaminya semalam terulang dengan jelas di pikirannya. Kayla memperhatikan tangannya, ada lebam biru tipis di pergelangan tangan kirinya. Ia perhatikan tubuhnya yang hanya ditutupi selimut, begitu banyak bekas ciuman. Kini dia ingat, semalam suaminya mencumbunya tanpa izin darinya. Suaminya juga tega menyakitinya karena dia berusaha menolak.

Air mata Kayla seketika jatuh di pipinya. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa suaminya sendiri telah memperkosanya karena pengaruh alkohol. Harga dirinya kini hancur berkeping-keping.

Kayla bergegas turun dari tempat tidur dengan berbalut selimut demi menutupi tubuhnya. Tapi saat berdiri, ia langsung merosot jatuh ke lantai. Kakinya seolah tak ada tenaga sama sekali. Ia ingat suaminya melakukannya tidak hanya sekali. Laki-laki itu memuaskan nafsunya berulang kali saat Kayla hanya bisa menangis dan memohon ampun kepada suaminya agar menghentikan perbuatannya. Tapi nihil, Akmal sama sekali tak mendengar tangisan yang keluar dari mulutnya.

Dengan kaki yang gemetar, Kayla memaksakan dirinya untuk bangun. Ia harus segera membersihkan diri, melakukan mandi wajib setelah dipaksa berhubungan dengan suaminya. Kayla tahu, melayani suami adalah tugas seorang istri. Sudah kewajibannya untuk memuaskan kehendak suaminya. Tapi, semalam suaminya sedang mabuk berat. Dia tidak mau melakukan hubungan intim saat suaminya sedang dalam pengaruh alkohol. Selain itu, perlakukan kasar suaminya sungguh membuatnya merasa begitu hina.

Kayla menangis dalam siraman air shower. Ia meluapkan rasa sakitnya melalui tangisan itu. Ingin sekali ia melupakan apa yang telah terjadi semalam, tapi hal itu tidak mungkin karena tubuh dan hatinya masih merasakan rasa sakitnya.

Setelah melakukan mandi wajib yang benar, Kayla segera mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk dan berganti pakaian. Ia segera melaksanakan shalat subuh dengan khusyuk di lantai depan lemari pakaian. Ia berdoa dan memohon ampun kepada Allah.

Setelah selesai shalat, Kayla segera turun. Ia harus menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sebelum Akmal bangun, Kayla harus sudah menyiapkan semuanya.

•••

Akmal

Kepalaku rasanya pusing sekali. Badanku juga rasanya berat sekali. Aku mengerjapkan kedua mataku berulang kali sampai kesadaran ku benar-benar pulih. Aku memandang sekeliling. Sepertinya ini kamarku.

Hm? Bagaimana aku bisa sampai di kamar? Lagi pula, kapan aku sampai di rumah? Gila! Untung saja aku selamat sampai rumah. Semalam aku benar-benar mabuk dan nggak sadar sudah mengendarai mobil menuju rumah. Untung saja tidak terjadi sesuatu yang buruk di jalan. Aku meraih segelas air putih yang ada di atas nakas di samping ku. Ku minum airnya hingga habis separuh. Di atas tempat tidur di dekat kaki ku, sebuah kemeja putih, lengkap dengan celana panjang dan juga dasi sudah tersedia dengan rapi. Aku tersenyum. Rupanya Kayla sudah mempersiapkan perlengkapan ku. Boleh juga istriku itu.

Ku sibak selimut yang menutupi tubuhku. Rupanya aku tidak memakai baju. Aku hanya memakai boxer saja di bawah selimut. Aku sama sekali tidak ingat apa yang sudah terjadi saat aku pulang. Aku bahkan tidak ingat dimana meletakkan bajuku setelah aku tiba di rumah.

Aku hendak beranjak dari tempat tidur saat sudut mataku melihat bercak merah di atas sprei. Aku menyentuhnya. Terasa sudah kaku karena kering.

"Apa ini? Ini...?" gumam ku pelan sambil mencoba mengingat-ingat apa yang sudah ku lakukan. Tapi aku sama sekali tidak mengingat apa-apa.

"Aku tidak mungkin melakukannya dengan Kayla kan?" tanyaku pada diri sendiri. Tapi jawaban yang ku cari tidak dapat ku temukan. Artinya aku harus bertanya langsung pada Kayla apa yang sudah terjadi setelah aku pulang.

Aku bergegas membersihkan diriku. Setelah itu aku memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh Kayla. Bergegas aku menuju ke ruang makan di lantai satu. Di sana ku lihat Kayla baru saja meletakkan segelas susu di meja.

Saat melihatku, Kayla cepat-cepat berpaling dan menyembunyikan wajahnya dariku. Aku menatapnya tanpa mengatakan apapun. Aku langsung duduk dan memakan nasi goreng buatannya yang masih hangat. Ternyata masakannya enak juga. Aku cukup menikmati sarapanku kali ini.

"Kenapa kamu tidak makan?" tanyaku setelah menyelesaikan sarapanku.

"A-aku nanti saja." jawabnya lirih. Suaranya terdengar serak.

"Kemari lah!" panggilku.

"A-aku di sini saja." jawabnya tanpa menoleh sekalipun. Membuatku jadi tidak sabar dan segera mendekatinya.

"Kamu kenapa?" tanya ku yang membuatnya terkejut saat aku sudah berdiri di belakangnya. Aku tidak suka jika dia tidak memandangku saat berbicara. Aku ingin melihat ekspresi wajahnya saat menatapku.

"Aku tidak apa-apa!" jawabnya lagi tanpa menoleh. Membuatku menjadi kesal sekali.

Ku raih tangan kirinya dan menariknya supaya berbalik ke arahku. Tapi saat jariku menyentuh pergelangan tangannya, Kayla merintih kesakitan.

"Sakit..." desisnya lirih yang membuatku tiba-tiba mendengar jeritan Kayla di kepalaku.

Barusan apa itu? Kenapa aku tiba-tiba mendengar jeritan Kayla di kepalaku?

"Kenapa dengan tanganmu?" tanyaku ingin tahu. Kayla yang masih belum membalikkan tubuhnya menggeleng. Kerudung birunya terlihat bergerak saat ia menggeleng.

"Aku tidak apa-apa..." jawabnya lirih sambil menarik tangan kirinya dari genggaman ku. Tapi sebelum tangan Kayla benar-benar terlepas dariku, aku segera menariknya kembali dengan tarikan yang cukup kuat. Kayla kembali merintih, tapi kali ini ia menoleh walau hanya sebentar.

Meskipun hanya sebentar, aku bisa melihat lebam di wajahnya. Dan tentu saja itu membuatku terkejut. Kemarin saat ku tinggalkan dia baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba dia jadi terluka seperti ini? Jika orang-orang melihat hal ini, bisa-bisa aku dikira melakukan KDRT pada istriku.

Aku meraih dagu Kayla dan membawanya agar menoleh padaku. Ada memar di dahi kanan dan memar di pipi kirinya. Sudut bibir kirinya juga terluka. Aku memperhatikan tanganku yang memegangi pergelangan tangan kiri Kayla. Dua kali ia merintih saat aku menariknya. Segera ku singkap lengan bajunya hingga siku, di sana ada memar yang mulai membiru.

Aku segera memegangi bahu Kayla menggunakan kedua tanganku. Dan lagi-lagi Kayla merintih saat tanganku menyentuhnya. Aku segera menyingkap kerudungnya demi melihat apa yang terjadi pada tubuhnya. Tapi saat aku menyentuh bajunya, Kayla seketika berjongkok dan melindungi dirinya dengan kedua tangan mendekap erat bajunya.

"Aku tidak apa-apa! Aku mohon biarkan aku sendiri!" ucapnya tanpa mengubah posisinya.

Kenapa reaksinya begitu? Aku hanya ingin melihat apa masih ada luka lain di tubuhnya. Itu saja.

"Aku hanya ingin memeriksa bahu mu, Kayla! Kamu tadi kesakitan saat ku sentuh kan?" aku bertanya sambil berjongkok di hadapannya. Tapi Kayla tak menjawab.

"Kayla!!" panggilku sedikit keras. Ku paksa Kayla agar ia menatapku.

Aku terkejut melihat Kayla yang menangis. Ekspresi wajahnya terlihat begitu ketakutan. Saat melihat ekspresi itu, tiba-tiba bayangan Kayla yang sedang menangis muncul dalam pikiranku.

Apa itu? Apa Kayla pernah menangis seperti ini sebelumnya? Kenapa dalam pikiran ku tiba-tiba terbayang wajahnya yang sedang menangis ketakutan?

"Perlihatkan lukamu padaku! Jangan sampai aku marah karena sikap keras kepalamu ini!" ucapku ketus. Kayla segera mengangkat kepalanya. Ia menggeleng dan berdiri.

"Aku akan menurut. Tapi jangan apa-apakan aku!" jawab Kayla dengan air mata menetes di pipinya. Ucapannya benar-benar membuatku sangat terkejut. Memangnya ingin ku apakan dia?

"Kalau begitu cepat buka!!" ucapku lagi. Kayla menunduk.

"A-aku malu." ucapnya lirih. Aku menghela napas masygul. Ku tarik tangannya dan membawanya ke kamar.

Perlahan, Kayla membuka bajunya. Sambil berusaha menutupi bagian dadanya, Kayla memperlihatkan kulitnya yang terdapat banyak kiss mark. Di bahu kirinya juga ada memar membiru.

"Dari mana kamu mendapatkan kiss mark itu? Kamu tidak membawa pulang laki-laki saat aku tidak ada kan?" tanyaku penasaran yang membuat Kayla seketika menatapku tajam. Air matanya menetes di wajahnya.

Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi kiri ku. Tidak kencang memang, tapi cukup membuatku terkejut. Aku menatap Kayla yang sedang menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. Sudah dua kali dia menampar wajahku.

Kayla melangkah mendekati lemari dan mengambil tasnya. Ia segera memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. Sambil sesekali menghapus air matanya, Kayla membetulkan pakaiannya yang berantakan.

Aku memeganginya saat ia berdiri dan hendak melewati ku sambil membawa tasnya.

"Mau kemana kamu?" tanyaku dingin.

"Aku mau pulang!!" jawab Kayla yang membuat dahi ku berkerut.

"Dengan kondisimu yang seperti ini? Apa kata orang tentang ku nanti saat melihat kondisimu yang begini??" tanyaku dengan suara keras.

"Apa peduliku?? Mas Akmal sendiri yang sudah membuatku terluka seperti ini!!" jawab Kayla sambil menatapku tajam. Tas yang dipegangnya jatuh ke lantai.

"Huh? Aku? Kapan aku....?"

"Mas Akmal benar-benar tidak punya hati! Setelah mendapatkan apa yang Mas mau, dengan mudahnya mas Akmal melupakan segalanya!!" jerit Kayla sambil menangis. Kedua tangannya memukuli dadaku berulang kali.

"Kamu ini bicara apa?" tanyaku tak mengerti.

"Aku tahu mas Akmal tidak mencintaiku, tapi jangan perlakukan aku seperti sampah jalanan yang bisa dengan mudah mas injak-injak. Aku punya hati, Mas! Aku punya perasaan!!" katanya sambil menangis. Kedua tangannya berhenti memukuliku. Ia menunduk tanpa menjauhkan kedua tangannya dari dadaku.

Aku benar-benar tidak paham dengan apa yang Kayla bicarakan. Aku melupakan apa?

"Kenapa mas Akmal harus menyakiti ku seperti ini? Apa ini bentuk dari kebencian mas Akmal terhadapku? Karena mas Akmal sudah dipaksa untuk menikah denganku?" tanya Kayla sambil menatap mataku. Kepalanya mendongak karena posisi wajahku lebih tinggi darinya.

"Enough!" ucapku keras sambil memegangi bahu Kayla dengan kedua tanganku. Dengan sedikit dorongan, aku menjauhkannya dariku.

"Kita hentikan pembicaraan ini! Aku pusing. Dengar baik-baik, Kayla! Aku tidak akan pernah mengijinkan mu meninggalkan rumah ini. Kamu suka atau tidak, kamu tetap akan hidup bersamaku. Aku tidak peduli meskipun kamu menangis atau terluka karena aku."

"Tega sekali kamu, mas!" jerit Kayla saat aku membuka pintu kamar. Aku menatap wajah istriku itu sambil tersenyum miring lalu setelah itu ku tutup pintu kamarku setelah aku keluar. Bisa ku dengar jeritan frustasi Kayla saat aku menuruni tangga.

Aku tidak peduli. Melihatnya frustasi ternyata membuatku merasa begitu senang. Ekspresi marah dan sedihnya begitu menarik perhatianku.

Jujur saja aku masih penasaran dengan ucapannya tadi. Aku benar-benar tidak mengingat apa yang sudah ku lakukan padanya. Apa mungkin aku sudah menidurinya saat sedang mabuk? Entahlah. Aku tidak ingin ambil pusing. Lagi pula, apa salahnya jika aku berhubungan intim dengannya? Toh, dia adalah istri ku. Sudah kewajibannya untuk memenuhi kebutuhanku kan?

Tidak ingin ambil pusing, aku segera meraih tas kerjaku yang tadi sudah disiapkan oleh Kayla. Aku segera meninggalkan ruang tamu dan mengunci pintu utama rumahku dari luar.

Setelah memperhatikan jam di pergelangan tangan kiri ku, aku segera menuju ke mobil kesayanganku yang terparkir di halaman rumah. Sesaat sebelum aku masuk mobil, aku bisa mendengar jeritan Kayla yang memintaku untuk membuka pintu rumah. Tak ku hiraukan jeritannya dan segera ku nyalakan mesin mobilku. Aku memang sengaja menguncinya, aku tidak ingin dia nekat meninggalkan rumahku saat aku tidak ada. Biarkan saja dia menangis. Itu lebih baik daripada dia kabur disaat pernikahan kami baru berusia seminggu.

Aku tak ingin memikirkan hal ini. Meskipun sebenarnya tidak tega, akhirnya aku melajukan mobilku meninggalkan halaman rumah dan pergi menuju ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan. Termasuk menghubungi tukang bangunan yang ku suruh untuk memperbaiki kediaman mertuaku.

@@@

Okay. Ini bab ke 3. Sampai jumpa di bab selanjutnya ya.

.: 25 Juni 2021 :.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status