Share

Bab 3

Bening mengetuk-ngetuk meja kerjanya, apa yang ditakutkannya benar terjadi. Mamanya berkata bahwa jika dia mau meminta maaf dan menjelaskan alasannya kabur dari pertunangan ke keluarga Rain, maka pertunangan itu bisa dilanjutkan.

Memijat kening, meski masih memiliki sedikit perasaan ke Rain tapi Bening tidak yakin pria itu akan mau menerimanya, dia tidak ingin sampai menikah dan hidup seperti berada di dalam neraka karena memiliki suami yang tidak mencintainya.

Menghela napas panjag, Bening memilih untuk keluar menuju rooftop gedung kantornya. Di sana dia berdiri sambil bersedekap dada, membiarkan angin meniup rambut panjangnya yang tergerai. Bening kembali mengingat pertemuannya dengan Embun sang saudara kembar yang sudah kembali ke Indonesia.

Enam tahun yang lalu, Embun keluar dari sekolah yang sama dengannya dan pergi tanpa berpamitan pada orang-orang, termasuk pria bernama Rain yang merupakan pacar Embun pada saat itu.

Semua ini gara-gara Bening, hanya karena cemburu Rain lebih memilih sang saudara dia sampai kehilangan akal dan dengan tega berkata tak sudi memiliki saudara seperti Embun. Bahkan parahnya dia berkata Embun tidak seharusnya lahir karena merupakan anak hasil dari pemerkosaan. Ya, mereka memang kembar tapi memiliki ayah yang berbeda. Kejadian langka tiga belas ribu banding satu ini disebut superfekundasi heteropaternal. Setelah dewasa Bening baru sadar bahwa ini adalah berkah, seharusnya dia menyayangi Embun, bukan memusuhinya seperti itu.

Selama Enam tahun Bening tidak bisa tenang, hatinya diliputi rasa bersalah dan sesal yang teramat dalam. Laki-laki seperti Rain bisa dia cari, mungkin dia malah bisa mendapat yang lebih dari pria itu. Namun, saudara kandung yang bisa saling menyayangi dengan tulus, ke mana dia bisa mencarinya? Dia dan Embun ditakdirkan saling menjaga sejak dalam kandungan. Sekarang demi membalas kesalahannya ke sang saudara, Bening berjanji akan melakukan apa pun asal Embun bahagia.

Masih teringat jelas oleh Bening bagaimana dinginnya sikap Embun di awal-awal pertemuan mereka kembali. Beruntung, hati Embun kini sudah melunak. Bening yakin, saudaranya itu bisa merasakan ketulusan yang dia berikan. Lagi pula jelas Rain dan Embun masih saling menyukai, dia tidak ingin merusak sesuatu, terlebih Embun pernah berkata tidak akan berebut sesuatu dengannya yang jelas-jelas tidak pernah dia miliki.

“Dasar Bubu!” Bening tertawa sendiri, dia menduga bahwa Embun pasti lega karena pertunangannya dan Rain gagal. “Aku hanya bisa membantu sebisaku, lakukan sisanya!” mengembuskan nafas, Bening memutar tumit untuk pergi dari sana.

Namun, saat melewati pantry yang ada di kantornya, samar dia mendengar seseorang mengucapkan selamat pada Zahra-sekretarisnya.

“Wah … selamat ya Ra garis dua.”

“Senangnya baru saja menikah langsung diberi momongan.”

Bening mengintip, melihat sesuatu di tangan staff yang memberikan selamat ke Zahra. Ia pun penasaran dan memberanikan diri bertanya pada Zahra, saat sekretarisnya itu kembali ke tempatnya.

“Apa kamu hamil?”

“Ah … iya itu Bu, sudah lima minggu,” jawab Zahra sungkan. Mungkin karena mereka sebaya dan Bening belum menikah.

“Selamat ya! aku senang mendengarnya. Semoga kamu dan calon bayimu sehat selalu.”

Mata Bening melirik tespek bergaris dua di dekat personal computer meja Zahra. Pikiran licik kembali terlintas di dalam otak Bening, hingga dia berpura-pura meminta sesuatu. “Ra, bisa kamu buatkan aku kopi? Maaf tapi kopi buatanmu selalu enak, aku tidak bisa mendapatkan cita rasa seperti itu saat membuatnya sendiri.”

Mendengar perintah dari sang atasan, Zahra langsung berdiri. Ia meminta Bening menunggu di ruangannya sedangkan dia akan ke pantry untuk membuatkan kopi. Dan di saat punggung Zahra tidak nampak lagi, Bening mengambil tespek itu dari meja dan menggenggamnya. Ia gemetaran karena baru pertama kali dalam hidupnya mencuri, terlebih yang dia curi adalah tespek bekas.

Langsung memasukkan tespek itu ke dalam tasnya. Bening berencana berpura-pura hamil agar pertunangannya dan Rain benar-benar tinggal kenangan. “Aku harus melakukan ini! harus.”

🥛🥛🥛

Sementara itu Glass nampak kesal ke teman-temannya. Di kantin kampusnya dia mencoba meminta penjelasan. Terlebih pada Dimas yang sejak tadi menatapnya dengan mimik wajah ketakutan. Teman yang begitu dia percaya malah menjualnya ke wanita gatal.

“Kami semua pulang lebih dulu dan hanya kamu dan Dimas yang masih berada di sana.”

Glass menatap tajam Dimas, dia tidak perlu bertanya karena temannya itu langsung memberikan alasan.

“Aku ke toilet Glass, aku meninggalkanmu di kursi karena tidak mungkin aku buang air sambil memapah atau menggendongmu, tapi saat kembali kamu sudah tidak ada. Aku bingung mencari-carimu tapi tidak ketemu,” jawab Dimas panjang lebar, berharap bahwa Glass tidak akan bertanya lagi. “Kenapa? apa seuatu yang buruk terjadi?”

Glass terdiam, tidak mungkin juga dia bercerita bahwa sudah tidur dengan wanita asing ke teman-temannya. Cowok itu menggeleng sebelum berucap, “Aku pulang bersama kakakku, kebetulan dia juga berada di klub.”

Dimas merasa lega, bersyukur bahwa Glass tidak mencurigainya. Ia terpaksa ingin menjual temannya sendiri karena terdesak kebutuhan. Di antara teman-temannya yang lain memang hanya dia dan Glass lah yang berasal dari keluarga biasa.

“Dua hari lagi akan ada turnamen basket lagi, lumayan hadiah juara satunya uang tunai lima juta.”

“Glass kita ikut ‘kan?” tanya Bayu salah seorang teman Glass. Ia bahkan harus mengguncang pundak karena Glass terlihat melamun.

“Ya … tentu saja kita harus ikut,” jawab Glass mengiyakan ajakan temannya. Mereka sadar bahwa Glass adalah bintang. Setiap kali tim basket mereka bermain, pasti akan banyak yang menonton. Ini karena daya tarik yang dimiliki oleh seorang Ananda Glassio. Wajahnya yang sangat tampan, bentuk badan proporsional membuat banyak gadis-gadis menggilainya.

“Sekarang kita bagi uang hadiah dari pertandingan kemarin, ini sudah aku potong dengan biaya makan dan minum-minum di klub kemarin,” ucap Bayu.

“Kenapa tinggal lima puluh ribu?” tanya temannya yang lain.

“Heh … apa kamu pura-pura bodoh? minuman yang kita minum di sana mahal bro, sepering kentang saja harganya tiga puluh delapan ribu belum pajak.”

Glass sama sekali tak menyahut, sejak tadi dia masih terdiam menatap Dimas. Memikirkan kemungkinan bahwa temannya itu sengaja meninggalkannya. “Jika sampai benar kamu melakukan itu, aku tidak akan memafkanmu,” gumamnya di dalam hati.

***

Bening menggerakkan ke kanan dan ke kiri kursi kerjanya. Gadis itu diam-diam meminta seseorang menyelidiki dan mencari tahu tentang Glass secara rinci. Ia tersenyum melihat surat elektronik yang masuk dan terpampang pada layar laptopnya berisi biodata lengkap cowok itu.

“Ternyata kamu seorang pebasket, pantas badanmu bagus.”

Setelah mengucapkan itu Bening melotot, dia merutuki dirinya sendiri yang seperti orang bodoh. “Ayolah Be, dia itu berondong. Bukankah pangeran impianmu itu dewasa dan pengertian? Rain saja kamu coret sejak lama. Apa lagi bocah ini.”

Pundak Bening mengedik berkali-kali, hingga dia menggigit bibir bawahnya dan kembali bergumam. “Maaf, sepertinya aku akan memanfaatkanmu, tapi tenang saja aku akan memberimu banyak uang dan kemewahan.”

Komen (12)
goodnovel comment avatar
zaza zaza
brondong lebih menggoda be
goodnovel comment avatar
Rewana M
wessss...teler
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
apa be akan bayar glass biar mau sama dia ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status