"Shen Xiao, cepat pergilah." Ji Shu mendesak Shen Xiao untuk segera pergi dengan mendorongnya bersama Zhang Cheng. "Kau bawa Shen Xiao pergi dengan cermin pemindah, secepatnya," pintanya pada Zhang Cheng.Zhang Cheng menatap Shen Xiao seraya mengatakan. "Cepat ikut denganku.""Aku bukan pria pengecut yang akan meninggalkan wanita sendirian di sini."Langkah yang akan diambil Zhang Cheng terhenti. "Hei, jangan bersikap lunak, kau sekarang sedang ditolong Nona Shu, jangan menyia-nyiakannya.""Aku akan tetap di sini," kata Shen Xiao tetap teguh pada keputusannya. "Haha ... ternyata wanita jalang ini masih memelihara pria lagi. Tapi standar pria yang kau pelihara kenapa menjadi rendah begini? Dia cacat lagi ... haha!" Seorang pria datang bersama rombongannya yang sepertinya itu anak buahnya.Ji Shu membalasnya ketus, "Dia bukan pria peliharaan ku.""Kau siapa?" tanya Shen Xiao dengan pandangan mata memicing tak senang mendengar perkataan pria itu asal menuduhnya pria peliharaan Ji Shu.P
Atas tindakan Ji Shu. Wang Chun dan para anak buahnya dibuat berjalan pulang tanpa memakai pakaian, sampai mereka merasa sudah tidak punya muka lagi, hidup mereka sudah berakhir dan Wang Chun sendiri merasa sangat marah. Walaupun ia kini merasa malu dipandang jijik orang-orang bahkan sampai ada yang melemparinya kotoran. Wang Chun masih sempat-sempatnya memikirkan balas dendamnya kepada Ji Shu dan dua pria yang bersamanya.Jika saja tidak adanya Zhang Cheng, mungkin Wang Chun sudah membunuh Ji Shu. Wang Chun sangat marah, ia ingin segera mengadu pada ayahnya atas perbuatan Ji Shu yang sudah kelewatan batas padanya. Sedangkan Ji Shu sendiri di lain sisi terlihat sangat bahagia sampai ia mengajak Zhang Cheng dan Shen Xiao berpesta meminum arak bersama. Shen Xiao dan Zhang Cheng jadi ikutan gembira bila arak yang dikeluarkan Ji Shu. Sebelumnya Shen Xiao akan beranjak dari tempat ini menjadi terhenti ketika Ji Shu memberikan tawaran arak padanya."S
Terlalu banyak minum arak membuat Shen Xiao merasa kesulitan berjalan. Berkali-kali ia hampir terjatuh kesandung kakinya sendiri atau kesandung tongkat bambu yang menjadi sanggahannya berjalan. "Menari di antara bintang-bintang~ terbuai dalam kenangan~ hati ini nan bimbang~ terdiam penuh kesedihan~ ha'ah~ hoo~ "Mulutnya berkomat-kamit mengomel tak jelas dan kadang ia bersenandung. Untung suaranya merdu, sampai yang mendengarnya terhanyut dengan suaranya, sampai itu membuat seorang gadis yang tengah sibuk berlatih menghentikan aksi latihannya.Tebasan pedang terarah tepat pada kepala beberapa orang-orangan jerami yang berada di tempat pelatihan atas perbuatan gadis itu. Gadis yang mengenakan penutup mata hitam tanpa melihat secara langsung sasaran yang dituju. Ia menghelakan napasnya gusar sembari membuka penutup matanya. Latihannya kali ini berhenti sangat cepat dari biasanya. Suara senandung seseorang membuatnya menjadi tak fokus pada latihannya. Suara itu amat mengganggunya padaha
Tabib tua itu merasa bergidik sendiri melihatnya. Terpaksa dengan keringat yang mengucur deras ia memeriksa tubuh Shen Xiao dan sampai di kaki kiri Shen Xiao yang tampak menghitam, pria itu bergumam, "Kutukan Naga.""Apa yang Anda katakan?" Shen Xiao mengernyitkan dahinya berkata cukup sopan."Hm?" Pria tua itu turut bingung."Coba ulang yang Anda katakan tadi?" desak Shen Xiao merasa penasaran kembali dengan sesuatu yang didengar nya tadi."Soal kutukan Naga?" tanyanya yang diterima anggukan Shen Xiao. "Saya memperkirakannya ini sebuah Kutukan dan terbesit dalam ingatan saya jika itu dari Naga.""Siapa Anda pak tua?" tanya Shen Xiao selidik. Ia merasakan kecurigaan dari tabib tua itu padahal ia yakini, tak ada yang tahu menahu mengenai sesuatu yang dideritanya, kecuali ... dia mungkin orang yang bersangkut-pautkan atau dia memang sudah mengetahui sebagian besar tentang dunia ini.Tabib tua itu menjelaskan melihat kecurigaan di mata Shen Xiao, "Saya seorang tabib yang sangat senang mem
"Cepat keluarkan dia!" desak seorang pria paru baya yang memiliki perut buncit dan tubuhnya gemuknya hampir menyamai Li Juan. Pria itu seorang saudagar yang merupakan saingan bisnis keluarga Li, dia adalah Gu Ping. Pria itu juga sampai secara kasar mendorong Li Juan.Li Juan hampir limbung ke belakang dan membuat kedua gadis yang merupakan adik-adiknya itu melihatnya melotot kaget."Kakak!"Tepat saat itu, seorang pemuda datang menahan tubuhnya dengan satu tangannya menghentikan Li Juan yang disengajakan di dorong terjatuh oleh pria bernama Gu Ping."Hampir saja, Tuan seharusnya tidak perlu melindungi saya selalu." Shen Xiao menunjukkan senyum khasnya yang dapat membuat hati siapapun tergerak melihatnya. Li Juan sampai menatapnya tak enak hati, merasa luluh melihat bagaimana lembutnya sikap pemuda itu yang jelas tak ia ketahui kebenarannya. "Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungi siapapun mereka yang berada di kediamanku," kata Li Juan sungguhan. Li Juan seorang saudagar ber
"Kamu mau kemana Shen Xiao?!"Shen Xiao mendengus kesal. Padahal tadi ia sudah bersembunyi agar tidak ketahuan Xin Xin pergi keluar dari kediaman keluarga Li. Tapi, tetap saja gadis itu bisa menemukannya. "Jalan-jalan," balas acuh Shen Xiao mengabaikan Xin Xin yang sudah berjalan mengimbangi langkahnya."Kau lupa sedang sakit ya? Baru saja kau muntah darah," omelnya."Terus? Apa aku harus bertingkah seperti orang sakit yang lemah? Kau menyukaiku seperti itu?"Xin Xin memegangi keningnya pusing. Shen Xiao jika diberitahu yang baik-baik balasannya pasti tak begitu mengenakan. "Bukan begitu. Tuan Shen, orang sakit itu jarang yang seperti mu. Kau itu terlalu banyak tingkah untuk dikatakan sakit.""Maka itu jauh lebih baik. Aku tidak ingin dianggap sakit. Buat apa sakit itu diperlihatkan? Tidak ada gunanya. Sama saja itu menyiksa diri," timpal Shen Xiao tak sedikit pun mau mengalah."Aish~ terserah kau saja," pasrah Xin Xin menahan rasa kesal."Hm."Mereka berdua saling diam sepanjang jala
"Kau sudah tidak waras ya, Teng Fei?!"Shen Xiao cukup terkesima sesaat sebelum matanya menatap ke bawah tak ingin melihatnya. Seorang laki-laki yang memiliki penampilan begitu rapi dan cukup menawan dengan pakaian biru muda bercorak bunga plum, Chan Fan. Ia salah seorang murid suatu Perguruan atau Sekte besar yang di kenal di suatu kota besar yang hampir setara dengan Ibu Kota Kekaisaran. Chan Fan seorang murid dalam yang dikenal teladan dan beretika baik saat di dalam Sekte, tapi ketika di luar dia akan bersikap jauh lebih tegas dan memiliki ambisi besar dan dinilai sangat licik. Sampai kadang kala sikap Chan Fan itu membuat teman-temannya pada menjauh darinya. Chan Fan berjalan dengan langkah ringan. Jelas, itu menuju pada seorang pria yang menjadikan Shen Xiao tawanannya."Berikan barang itu padaku jika kau tidak ingin pria ini mati di tanganku." Dia tetap nekat mengancam laki-laki tersebut dengan Shen Xiao sebagai tawanannya. Ia Teng Fei, pria yang merupakan rekan perjalanan Chan
Sebenarnya Shen Xiao berada di rumah bordil hanya untuk menemui Ji Shu karena penasaran dengan sesuatu yang kini tengah ia pikirkan. Lembah Tanpa Batas, Shen Xiao berpikir mengenai itu ketika tanpa sadar mendengar perkataan pria bernama Teng Fei yang menjadikannya tawanan saat tadi."Kau bertanya itu padaku?" Ji Shu mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Shen Xiao yang terlontar seusai pemuda itu duduk berhadapan di antara meja bundar tepat berada di ruangan pribadinya. Shen Xiao menganggukkan kepala sambil menyesap perlahan teh hangat buatan Ji Shu yang beraroma bunga begitu harum terhirup dan nyaman saat diminum. "Shen Xiao, aku tanya pada mu, kau mengetahui itu dari siapa?" Ji Shu berkata setengah berbisik dengan mata lebih dahulu menatap sekeliling memastikan sekiranya aman dahulu. "Ada seseorang yang tadi secara tidak sengaja kudengar dia berbicara soal itu." Meletakkan kembali secangkir teh hangat yang baru ia minum, Shen Xiao mengatakannya tenang."Tempat itu berbahaya, t