"Jadi, Elinoure sayang. Anggap itu adalah bentuk lamaran ku untuk mu. Dan bulan depan, kita bisa melangsungkan pernikahan."
Kalimat itu sukses membuat Elinoure terbelalak. Spontan ia menarik kalung yang baru saja dikenakannya secara paksa.
"Akhh."
Wanita itu memekik kesakitan. Kulit di lehernya sedikit tergores.
"Elinoure! Apa yang kau lakukan?" bentak Larissa. Sementara pria pemberi kalung itu sudah melotot tajam, siap memuntahkan amarah.
Elinoure tidak berpikir panjang. Kalung batu Ruby itu ia lemparkan begitu saja di wajah pria pemberinya.
"Aku tidak sudi menikah denganmu!" Tolaknya mentah-menta
Memikirkan rencana Kakeknya, Carlos tidak bisa tertidur. Pria itu berjalan mondar-mandir mencari cara supaya pernikahan tersebut tidak terjadi, karena jika Kakeknya sudah berencana maka semuanya akan berjalan cepat.Tok! Tok! Tok!Pintu kamar pria itu tiba-tiba diketuk.Carlos spontan mengarahkan matanya ke jam dinding, dan keningnya seketika berkerut. "Siapa yang tengah malam masih terjaga?"Tok! Tok! Tok! Ketukan berlangsung lagi.Karena penasaran, Carlos membuka perlahan pintunya dengan kepala tertunduk lalu terangkat dan …"Bibi Anne!" Rupanya asisten rumah tangga pria itu yang datang semalam ini.Sambil memastikan tidak ada orang melihat, Anne bertanya pelan. "Apa saya diperbolehkan masuk, Tuan muda?"Carlos membuka pintunya lebih lebar. "Silahkan."Anne segera masuk kemudian Carlos menutup pintunya sesegera mungkin."Ada yang harus saya sampaikan, Tuan muda," ungkap Anne serius."Katakan," suruh Carlos pun tak kalah serius. Anne mendekatkan kepalanya pada telinga Carlos untuk
Begitu sampai rumah, Carlos mendapati kuda hitam legam gagah milik Krunoslav Marion; sang Kakek, tengah asyik memakan jerami.Perasaan Carlos tak enak. Pria itu berinisiatif tidak langsung memasuki rumah, melainkan berjalan mengendap-endap dari pintu belakang menuju tembok perbatasan ruang tamu dengan ruang belakang."Tu—" Melihat Carlos, Anne selaku Pelayan bagian dapur nyaris bersuara. Bagus wanita itu sadar Carlos sedang menghindari sesuatu, jadi mulutnya lekas dibekap rapat-rapat.Melalui tembok pembatas, Carlos mengintip apa yang sekarang Kakek dan Ibunya lakukan.Meski mereka terlihat duduk normal seperti biasanya, tetapi wajah mereka terlihat serius apalagi saat Tom ikut andil.Sayangnya, suara mereka tidak berhasil sampai ke telinga Carlos. Pria itu balik badan menghela nafas menyayangkan."Apa Tuan muda ingin aku menghampiri mereka?" tawar Anne.Kelopak mata Carlos membuka lebar bersemangat. "Ya! Kalau bisa."Anne menunjuk baki berisi satu set teko keramik putih. Berdasarkan
Sampai di rumah, Larissa sudah berdiri di depan pintu masuk seperti penjaga. Berhubung Carlos ada di antara mereka, Larissa langsung berkacak pinggang siap memarahi."Apa-apaan ini, Andrew! Kalian …" Larissa berpikir bahwa Andrew sengaja mendekati Elinoure supaya Carlos lebih gampang menjumpai gadis tersebut.Andrew segera menjelaskan, "Tidak seperti yang Bibi Larissa duga."Larissa mengernyitkan kening dengan kepala sedikit miring.Andrew melanjutkan, "Carlos menyusul kami ke danau."Karena fakta, Carlos tak mengelak. Dia bahkan membenarkan ucapan Andrew. "Benar, aku yang menyusul mereka. Bukan Elinoure yang mendatangiku atau kami yang sengaja ketemuan."Di antara dua pria itu, Elinoure tak beraksi; menundukan kepala.Kemudian Larissa menarik tangan Elinoure, serta memposisikan gadis itu di belakangnya. "Terima kasih telah menjaga Elinoure, Andrew. Sekarang silahkan bawa Tuan muda bangsawan ini pergi dari hadapanku!"Dari nada bicara Larissa, jelas sekali tidak ada kebaikan sedikitpu
Elinoure berdiri di tepi danau. Nafasnya berulang kali diembus kasar."Untukmu." Andrew tiba-tiba memberikan sekuntum mawar merah. Elinoure melirik pelan seraya menerima sekuntum mawar tersebut. "Terima kasih.""Kamu sama seperti mawar merah itu," puji Andrew.Setiap kelopak mawar Elinoure perhatikan secara seksama. Detik berikutnya, dia tersenyum getir. "Keindahan mawar ini tidak bisa dibandingkan denganku."Andrew menggeleng dengan tatapan melarang. "Bahkan bunga pun akan malu bila bertemu kamu.""Kenapa?" Tampak berkerut halus kening Elinoure.Andrew lebih mendekatkan posisi lalu menjawab, "Karena kecantikanmu mengalahkan keindahan mereka."Elinoure tersenyum tertahan tapi akhirnya terkekeh singkat. "Berlebihan sekali."Andrew ikut terkekeh sambil mundur beberapa langkah. "Aku tidak bohong. Kamu sungguh cantik. Kalau tidak, mana mungkin kita saling memperebutkanmu."Kening Elinoure kembali berkerut. "Kita?"Andrew berkedip satu sisi. "Aku dan Carlos."Nama Carlos langsung mengheni
Di lain sisi.Guna mengusir Elinoure dari perasaan Carlos, Yolanda mendatangkan gadis yang konon paling cantik di desanya, sekaligus dikenal sebagai Nona muda keluarga ternama.Gadis itu diminta duduk, sementara Yolanda pergi membujuk Carlos turun."Kamu tidak bisa terus seperti ini, Carl," ujar Yolanda, "kamu tidak pernah melihat gadis selain Elinoure, jadi perasaanmu masih bisa berubah kalau melihat gadis lain."Carlos tersenyum satu sisi. "Dalam urusan cinta, ibu pikir aku sebodoh itu?"Yolanda menggeleng. "Bukan, tetapi tindakan kamu selama ini memang seperti kebodohan. Kamu harus merubahnya."Carlos menggeleng tak habis pikir pada pola pikir ibunya."Carl! Turun dan lihatlah gadis lain. Ibu menjamin, kamu akan dibuat terpesona oleh kecantikannya yang melebihi kecantikan Elinoure."Carlos melotot tidak terima lantaran kecantikan kekasihnya dibanding-bandingkan."Carl! Ayolah!" bujuk Yolanda, setengah memaksa.Carlos memutar bola matanya kesal, hingga akhirnya dia beranjak tanpa me
"Andrew!" Tom langsung menegur kemudian minta maaf pada Yolanda. "Maafkan kelancangan Putraku, Nyonya."Yolanda tersenyum satu sisi sambil mengisyaratkan Andrew mendekat.Walau tidak yakin Yolanda bisa mengikuti keinginannya, tetapi Tom tetap menghampiri.Begitu Andrew jauh lebih dekat menghadap Yolanda, pria itu diminta mengulurkan tangan.Andrew tidak melihat Yolanda membawa uang, dan Tom melihat cambuk di belakang kursi Yolanda.Tom berpikir, Yolanda akan menghukum Andrew dengan mencambuk tangannya, sehingga Ayah pria itu memilih memejamkan mata."Berapa yang kamu butuhkan?" tanya Yolanda membuat Tom mengerjap lebar.Andrew membalas, "Sekali lagi, aku bukan orang kaya, Nyonya. Selain harga makanan pokok, aku mana tahu harga barang bagus. Aku pikir Nyonya yang lebih paham, jadi terserah padamu hendak memberi berapa."Setiap ucapan Andrew selalu dianggap memuaskan oleh Yolanda. Baginya, meski secara tidak langsung tapi Andrew jelas merendah sekaligus meninggikan Yolanda. Wanita itu t