Share

Dua Pihak Memisahkan

"Apa begini caramu membalas kebaikan kami semua, Smith Carlos?" Lontar sang kakek, mengawali persidangan panas.

Carlos terdiam. Ia mematung, memandangi satu persatu wajah anggota keluarganya.

Lengkap. Semua anggota keluarga hadir. Terkecuali para keponakan, termasuk Diego Marvel.

Lalu, pandangan Carlos berhenti pada sang ibu. Wanita bergaun putih tulang yang dihiasi brokat itu seolah sedang sesak nafas. Wajahnya merah, matanya nyaris keluar. Dan semenjak Carlos datang, ia terus mengipasi wajahnya dengan kipas mewah keluaran desainer terkenal asal Amerika.

Carlos merasa bersalah telah membuatnya malu, kemarin. Ia pun tidak berani memandang mereka lagi. Ia tertunduk menahan segala perasaan dalam dadanya.

"Duduklah!" Perintah sang kakek yang bernama Krunoslav Marion

Mulanya Carlos ragu, tetapi dengan menatap kedua mata sang kakek, maka keraguannya pun menguap.

Di samping sang kakak perempuan bernama Oliver, ia duduk menunduk.

"Ibumu sudah menjelaskan semuanya. Dan kini, aku butuh penjelasanmu," pinta Krunoslav.

Carlos menyatukan jari-jarinya. Sesekali ia memainkan bibir. Kadang digigit, kadang dilipat ke dalam. Sampai merah merekah bibir pria itu.

"Carlos!!" tegur Krunoslav, pertanda agar Carlos segera menjelaskan sebelum pria itu mengangkat senjata api andalannya.

Pelan tapi pasti, akhirnya pandangan Carlos terangkat. Meski sedikit, ia mulai punya keberanian menatap semua orang. Terutama sang kakek.

"Aku …" Carlos berhenti sejenak. Semua orang menunggu sambil menahan nafas, tegang.

"Ya, aku membuat ibu malu. Aku meninggalkan kediaman Johannes secara tidak hormat," ungkapnya dalam sekali tarikan nafas.

Ahhh, rasanya terlalu berat.

"Apa alasanmu?" Tanya Krunoslav kembali.

Carlos memainkan bibirnya lagi. Itu bentuk dari kegugupan sekaligus ketakutan yang ia tanggung seorang diri di hadapan semua orang yang saat ini menyidang dirinya.

"Aku … aku mencintai seorang gadis. Gadis dari keluarga biasa."

"Tidak!!!" Mendadak Yolanda membantah. Dengan mata berkilat-kilat, ia menambahkan. "Dia bukan hanya gadis biasa, tetapi gadis kelas bawah yang sangat menjijikkan!"

"Bu!!" Sang kekasih disebut demikian, Carlos tidak terima. "Elinoure tidak seperti itu." Kentara sekali, Carlos menaruh seluruh hatinya pada Elinoure.

Yolanda membuang wajahnya. Ia hampir ingin menangis kalau mengingat kejadian memalukan kemarin sore. Sungguh, rasanya ia ingin mati saja.

"Jadi nama kekasih kotormu Elinoure," sambung Krunoslav.

Tangan Carlos tanpa sadar mengepal. Ia naik pitam manakala kekasih tercintanya dicap terlalu buruk.

Sang kakek menyadari kepalan tangan Carlos. Kemudian pria itu berkata dengan santai tapi sukses membuat Carlos kalang kabut.

"Tom, gadis itu sering pergi ke padang rumput, bukan? Besok kau lihat lagi, jika ada kesempatan, kau lenyapkan dia. Dan akan aku beri kau banyak hadiah."

Carlos terbelalak. Spontan kepalanya menggeleng cepat disusul duduk bersimpuh di bawah kaki Krunoslav.

"Jangan, Kakek, jangan lakukan itu!" Pinta Carlos, memohon.

Krunoslav mengusap pundak Carlos. "Kau tumbuh menjadi pria gagah dan kuat, nak. Dengan kegagahan mu ini, kau bisa mendapatkan wanita tersohor dari kalangan manapun. Tapi kenapa, kau memilih gadis murahan, nak? Kenapa?"

Carlos meyakinkan. "Kakek, meskipun Elinoure bukan berasal dari keluarga berada seperti kita, tetapi ia adalah gadis baik. Lantas, apa salahnya jika aku mencintai Elinoure, kakek, kenapa?" Carlos malah tanya balik.

Hal itu sukses membuat Krunoslav dan semua orang geram.

Tak tanggung-tanggung, Krunoslav berani menampar cucu kesayangannya itu.

Plakkk

Wajah Carlos sempat berpaling. Ia dengar, suara tamparannya lumayan keras. Namun, ia tidak merasakan sakit sekelumit pun karena rasa sakit di hatinya lebih besar.

"Aku akan membiarkan Elinoure hidup. Tapi kau harus memenuhi satu syarat ku!" Tegas Krunoslav.

Carlos paham. Ini bukan sesuatu yang baik. Hanya saja, sekarang ia harus menjadi pendengar yang baik.

"Menikahlah dengan Ivory Johannes, maka Elinoure bisa berumur lebih lama lagi. Bagaimana?"

Carlos tersentak. Ia tidak berpikir panjang. Ia menggeleng cepat.

Dalam hatinya, sumpah demi apapun, ia tidak sudi jika harus menjadi suami Ivory Johannes.

"Baiklah. Artinya keputusan mu hanya satu, yakni kematian Elinoure," pungkas sang kakek dengan sudut bibir terangkat, mengerikan.

"Tidak! Jangan! Jangan, kakek! Jangan!" Mohon Carlos.

Krunoslav tidak memperdulikan. Pria itu meminta Tom membawa Carlos pergi dari hadapannya. Dan Tom membawa Carlos enyah, dibantu kedua pelayan lain.

"Tidak!!!" Carlos berteriak menolak. Krunoslav sama sekali tidak peduli.

***

"Pria itu datang lagi," bisik Larissa tepat pada daun telinga Elinoure.

Bagai ditarik paksa dari kenyataan, Elinoure berjingkrak bangun dari tidurnya. Ia duduk dengan mata mengerjap-ngerjap.

Larissa mengulas senyum.

Tampak kekesalan di wajah Elinoure. Ia menguap disertai tatapan sinis.

"Bersihkan dirimu, ayo!"

Elinoure menolak.

"Bu, aku tidak mau menikah dengannya," lirih Elinoure.

Baru dikata begitu, wajah Larissa serta merta merah akibat naik pitam.

"Maksudmu, kau hanya ingin dinikahi pria bangsawan itu, hah!!" geram Larissa.

Elinoure tertunduk. Seperti kata orang-orang. Ia hanyalah pungguk yang merindukan bulan. Hati kecilnya menginginkan Carlos, tetapi situasi memustahilkan.

"Aku tidak bermaksud begitu." Hanya itu kata-kata yang ia keluarkan.

"Sudahlah. Lupakan bangsawan itu. Kau tidak mungkin bisa duduk bersanding dengannya. Jangankan duduk, mencapai jarak satu meter pun, sekarang kau tidak akan bisa. Paham!"

Elinoure tetap tertunduk. Sakit sekali, memiliki cinta dibatas kelas sosial.

"Cepatlah keluar. Pria itu membawakanmu hadiah mahal," ulang Larissa. Kali ini dibarengi bola mata berbinar-binar. Bukan karena ia matre, melainkan bangga sang anak diarah pria kaya tanpa meminta.

Sungguh, Elinoure enggan keluar. Akan tetapi, demi melegakan hati sang ibu, wanita itu terpaksa unjuk diri.

Ia cantik menggunakan gaun kemarin. Tubuhnya indah tercetak. Hampir-hampir, ia disebut sempurna. Dan semua orang setuju akan pendapat itu.

Melihat penampilan Elinoure yang luar biasa indah. Tentu pria asing itu jatuh cinta untuk kali keduanya. Bak terhipnotis, ia mengeluarkan kalung batu Ruby seharga ratusan dollar New Zealand.

Ia beranjak dari duduknya. Berjalan, menghampiri Elinoure. Sedang yang dihampiri, tampak ketakutan, memundurkan langkah. Tapi segera Larissa tahan pundak wanita itu.

"Kau sungguh ciptaan yang terlalu indah, Elinoure," puji pria tersebut.

Elinoure biasa mendapat pujian serupa dari Carlos. Saat mendengarnya, hati Elinoure akan berbunga-bunga bagai musim semi. Tapi tidak sekarang.

"Rupamu memancarkan aura yang membuat siapapun ingin memilikimu," tambahnya lagi seraya mengangkat helaian rambut Elinoure.

Lantas, sigap Elinoure tepis tangan pria asing itu

Bukannya kapok. Pria itu malahan mencium bekas tepisan tangan Elinoure.

Dengan wajah khas playboy cap gagak, ia menghirup aroma wangi Elinoure yang menempel di tangannya.

"Hummm, aromamu sangat memikat jiwa."

Elinoure merinding mendengar kalimat itu. Terlintas penyesalan, karena memakai parfum pemberian Carlos.

Kemudian pria asing itu mengedipkan matanya ke arah Larissa.

Larissa maksud. Pelan-pelan tangannya menjauh dari pundak Elinoure. Dan saat itu juga, si pria asing memasangkan kalung Ruby tadi pada leher Elinoure.

Beberapa kali, tangan pria itu menyentuh kulit leher dan punggung Elinoure. Rasanya dingin, menyakitkan. Tanpa disadari, Elinoure sudah mencengkram kain gaunnya lantaran takut.

"Selesai," bisik pria serupa. Elinoure sukses terperanjat. Sementara pria itu tersenyum menyaksikan keindahan kalung Ruby di leher Elinoure.

"Jadi, Elinoure sayang. Anggap itu adalah bentuk lamaran ku untuk mu. Dan bulan depan, kita bisa melangsungkan pernikahan."

***

Penasaran sama kisah Elinoure dan Carlos selanjutnya? Yukkk. Pantengin terus buku othor yang satu ini, yah. Jangan lupa tambahkan ke rak, juga review kamu biar othor semakin semangat. Thank you 💞

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status