Home / Urban / Si Hebat Jack Morland / 7. Aku Tidak Mencuri!

Share

7. Aku Tidak Mencuri!

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-04-10 19:21:14

"Kau akan diperiksa lebih lanjut di sana tentang uang yang kau bawa ini."

Sang petugas menuntun Jack untuk menuju ke arah ruang keamanan. Akan tetapi, sebelum mereka berjalan lebih jauh, seseorang berkata, "Tunggu!"

Dua petugas itu pun berhenti dan menoleh.

"Tuan Muda Gray." Mereka menyapa dengan membungkuk sopan.

Jack tidak menduga akan bertemu dengan orang itu sekarang. Namun, saat dia ingat dia sedang berada di mall milik keluarga Gray, dia pun berpikir bila kemungkinan besar bertemu dengan pria muda yang telah mencuri kekasihnya itu sangatlah besar.

Jack melihat Tobias Gray sedang berjalan bersama Lily dengan tangan tertaut pada lengan Toby. 

"Ada apa ini?" Toby bertanya pada dua satpam itu.

"Anak muda ini adalah pengemis yang mencuri uang, Pak." Salah satu dari penjaga itu menjawab.

LIily melebarkan mata. "Mencuri? Uang milik siapa yang dia curi?"

Jack menghela napas dengan lelah, "Aku tidak mencuri apapun. Uang itu bukan hasil curian."

Tobias menatap Jack dengan tatapan menghina. "Dia memang sangat miskin tapi kalian salah besar kalau menilainya sebagai seorang pengemis."

Satpam yang memiliki kumis tebal itu melongo kaget. "Bukan pengemis? Apa Anda yakin, Pak? Apakah Anda mengenalnya?"

Teman dari si kumis tebal menyikut lengannya dengan cepat. "Apa maksudmu? Tuan Muda Gray tidak mungkin mengenal orang ini. Orang ini-"

"Aku mengenalnya." Tobias menjawab cepat.

Jack seketika menatap Tobias dengan raut penuh tanda tanya. 

"Lepaskan dia!" Tobias memerintah.

Si kumis tebal yang masih menahan lengan Jack itu pun melepaskannya dengan agak bingung.

"Untuk apa kau melakukannya?" Jack bertanya begitu dia sudah bisa berdiri tanpa tangan dipegang.

Lily mendengus, "Apa kau tak bisa mengucapkan terima kasih saja, Jack? Haruskah kau mempertanyakan kebaikan hari Jack?"

Kebaikan hati?

Jack tentu saja tak mempercayainya. 

Tobias Gray berdeham kecil. "Aku tidak peduli kau mau berterima kasih padaku atau tidak. Tapi, yang pasti saat ini kau sedang berada di mall milik keluargaku, sudah sepantasnya aku memperlakukan semua tamu di sini dengan baik."

Mendengar penjelasan itu, Jack langsung saja melihat sekelilingnya. Di sana ada beberapa orang pengunjung yang bahkan sedang mengabadikan momen itu.

Jack pun mulai mendengar beberapa orang yang sedang berbicara mengenai kejadian itu.

"Wah, Tuan Muda Gray sangat karismatik sekali. Tidak hanya tampan tapi juga sangat berkelas."

"Tentu saja. Kau lihat bagaimana dia membela anak muda itu tadi? Sangat heroik."

Seseorang mengangguk setuju, "Padahal anak muda itu berpenampilan menyedihkan tapi Tuan Muda Gray tidak malu mengakui jika dia mengenalnya. Luar biasa."

"Sungguh calon pewaris Gray Mall yang terhebat. Tidak akan ada yang bisa menandinginya."

"Ah, aku paham sekarang. Kau sedang menjaga citramu ya." Jack berkata dengan nada yang begitu sangat pelan hingga hanya Lily dan Tobias yang bisa mendengarkannya.

Saat Tobias menyadari bila Jack sudah mulai memahami situasinya, Tobias pun memasang senyum palsunya. "Sekarang, karena kau sudah di sini. Bagaimana jika kau berkeliling?"

Jack menaikkan sebelah alisnya.

Lily menggertakkan gigi, "Bukankah kau bilang kau ingin mencari sepatu di sini, Jack?" 

Jack tidak tahu mengapa di sana harus ada Lily, gadis yang telah menghancurkan hatinya dan ingin sekali dia lupakan.

"Ya, aku ingin membeli sepatu." Jack pada akhirnya memutuskan untuk tetap berada di tempat itu sampai dia bisa membuat keadaan menjadi terkendali.

Tobias mengangguk senang, "Kalau begitu, silakan melihat-lihat. Kau bisa bertanya pada petugas yang sedang bertugas. Bilang saja sepatu mana yang kau inginkan. Aku ... akan memberimu diskon."

Kata-kata itu memang dikatakan dengan nada yang biasa saja, tapi Jack bisa merasakan bila Tobias hanya ingin membuatnya jengkel atau hanya ingin terlihat seperti orang baik di depan para pengunjung.

"Wah, selain sopan, ternyata Tuan Muda Gray juga memiliki sikap dermawan. Dia tahu temannya itu miskin dan akhirnya memberinya diskon. Ah, aku sangat iri."

"Aku juga mau menjadi teman Tuan Muda Gray."

Sungguh, Jack benar-benar tak mengerti mengapa orang-orang itu bisa dengan begitu mudahnya mempercayai perbuatan Tobias Gray yang hanya merupakan tipuan belaka itu. 

"Oh, begini saja. Karena kita sudah bertemu di sini, mengapa kau tidak menemaniku berkeliling, Toby?" Jack berkata sembari tersenyum palsu pada Tobias.

Bahkan, dengan begitu berani Jack juga memanggil Tobias dengan nama panggilan akrabnya. Padahal, panggilan 'Toby' hanya diperuntukkan bagi keluarga Gray saja atau mereka yang sangat dengan Tobias, termasuk Lily yang diizinkan memanggilnya begitu.

Lily yang juga tahu mengenai hal itu pun meradang, "Kau ... kenapa memanggilnya begitu?"

Suaranya sangatlah pelan sehingga hanya Jack saja yang bisa mendengarkannya saja.

Tobias Gray tentu saja tak suka dengan cara Jack memanggilnya itu, tetapi dia yang sadar saat ini dia sedang diperhatikan oleh banyak orang itu pun mencoba menahan diri.

"Lily, biarkan saja. Dia ... teman satu kampus kita. Tidak masalah dia memanggilku begitu." 

Perkataannya itu tentu saja semakin membuat anak muda tampan itu dipuji oleh banyak orang.

"Ayo ikut aku!" Tobias yang merupakan putra pemilik Gray Mall itu pun menemani Jack.

"Sungguh sangat sombong sekali dan kelewatan. Memang dia pikir dia siapa? Dia tak pantas berdiri di samping Tobias Gray yang tampan."

"Iya, kau benar. Lihatlah bajunya yang lusuh! Sungguh sangat menyedihkan!" Seseorang berkomentar.

Lily yang semula kesal itu sekarang ini mendadak tersenyum. Dia merasa senang dikarenakan pacarnya yang dipuji-puji.

Saat mereka baru berjalan beberapa detik, Tobias berhenti, "Jack. Ini salah satu gerai sepatu kami yang cukup lengkap."

Jack menoleh dan mengamati dari luar. 

Terlihat sekali begitu banyak sepatu bagus terpajang di sana. 

"Kau mungkin akan menyukai salah satu dari koleksi itu." Tobias berkata pelan tapi bisa didengar oleh para karyawan yang menyapanya dengan hormat.

Jack pun memasuki area pertama dan melihat-lihat. Dia mengambil sepatu hitam dengan merk G-3 yang memiliki loko di bagian pinggir kanan. 

Desainnya cukup menarik dan tidak berlebihan sehingga Jack cukup tertarik. Dia lalu melihat label harga dan langsung melotot kaget. 

"$1.500?"

Oh, Jack bukannya merasa tidak bisa membelinya. Namun, Jack hanya merasa harga sepatu itu tidak sebanding dengan kualitasnya. 

"Ya, Tuan." Seorang penjaga mengangguk.

Jack meletakkan kembali sepatu di tempatnya lalu melihat sepatu yang lain. Pandangannya kemudian berhenti pada salah satu sepatu berwarna putih dengan tali pendek yang di pinggirnya terdapat warna perak yang berkilau.

Lagi-lagi, begitu Jack melihat harganya, Jack meletakkan kembali sepatu itu pada tempatnya.

Tobias dan Lily yang sedari tadi memperhatikan itu menahan tawa. 

Lily berbisik pelan, "Dia pasti kaget dengan harganya yang fantastis."

"Dia tidak akan sanggup membelinya," Tobias merasa sudah menang berhasil membuat Jack malu.

Jack akhirnya berhenti di percobaannya yang keempar. "Apa ada toko lain selain ini?"

Tobias yang masih menjaga akting terbaiknya itu mengangguk pelan, "Tentu saja ada. Ayo, aku akan membawamu ke toko lain. Di sana, kau mungkin akan menemukan sepatu yang kau cari."

Mereka pun berpindah tempat dan masih ada beberapa orang yang tampak mengikuti mereka seakan memang sengaja ingin tahu tentang apa yang sedang terjadi.

Dengan sengaja, Tobias membawa Jack ke toko sepatu kedua yang harga barang-barangnya malah mencapai dua kali lipat lebih mahal dibandingkan harga sepatu di toko yang sebelumnya.

"Silakan pilih yang kau suka!" Tobias berkata sambil tersenyum mengejek.

Tapi, sebelum Jack memasuki area toko itu, Tobias menahan lengan Jack. "Kau bisa pilih yang mana saja, nanti aku akan memberimu diskon yang besar. Jangan khawatir!"

Jack kini membalas ucapan Tobias dengan senyuman. "Tidak perlu khawatir! Aku bisa membelinya, hanya saja ... aku sangat pemilih sehingga tak mudah menemukan apa yang cocok untukku."

Tobias mencibir, "Oh, begitu. Padahal aku sudah berniat baik."

"Tak masalah." Jack pun masuk ke dalam area toko itu dan beberapa kali melihat-lihat sepatu yang harganya sangat mahal dan bahkan sebagian besar diproduksi dalam jumlah terbatas.

Lily berujar jengkel, "Aku sudah mulai bosan."

"Tenanglah! Setelah ini dia akan lelah sendiri." Tobias masih mengamati Jack yang sedang memilih sepatu.

Tiba-tiba saja Jack mengambil sebuah sepatu kerja warna hitam yang bisa juga dipakai untuk bersantai. Desainnya terlihat sangat elegan dan terkesan mewah. 

"Saya mau yang ini." Jack menyerahkan sepatu itu pada seorang karyawan cantik.

Sang karyawan pun terkejut, "Tuan, Anda yakin? Harga sepatu ini $200.000."

Tobias dan Lily melongo kaget. Kedua orang itu segera saja berjalan mendekat ke arah Jack dengan ekspresi bingung.

"Ya, saya yakin." Jack lalu menyebutkan ukuran sepatunya.

"Di mana saya harus membayar?' Jack bertanya dengan santainya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Hebat Jack Morland    131. Saya Sedang Tidak Bercanda!

    Tidak bisa. Tobias bertekad akan membuat Jack memaafkannya. Namun, untuk hal itu, dia perlu memikirkan sebuah rencana.Maka, pemuda itu memilih untuk meninggalkan daerah itu dan segera menuju ke bagian kantin guna menjernihkan otak. Dia memesan kopi dan berdiam di salah satu sudut kantin dengan kepala dipenuhi oleh berbagai ide.Sementara itu, di Restoran Luxen, tepatnya di bagian lantai bawah dekat dengan penerima tamu, di mana terdapat layar berukuran besar di sana, banyak sekali karyawan yang sedang berkumpul di sana yang menyiarkan berita secara langsung di sebuah stasiun televisi.Hanna Morris bahkan juga ikut menonton bersama dengan Matthew Flint. Mereka duduk di dekat kursi resepsionis."Pak, saya tahu saya memang benar. Namun, mengetahui hal itu diumumkan secara resmi seperti ini ternyata membuat saya lega," Hanna berkomentar.Matthew mengangguk setuju, "Meskipun sulit dipercaya tapi ... begitulah faktanya. Aku sungguh merasa beruntung, Hanna."Hanna menoleh pada sang bos, "Be

  • Si Hebat Jack Morland    130. Kau Mengenalnya!

    "Tentu saja, kenapa tidak? Aku juga berasal dari keluarga terhormat seperti dia," Tobias menjawab dengan penuh percaya diri.Annelisse manggut-manggut, masih dengan menahan senyumnya dia berkata, "Tapi, sepertinya dia yang tidak mau berteman denganmu, Tuan Muda Gray."Tobias malah menyeringai mendengar hal itu, "Jangan berbicara omong kosong, Nona Goldman. Dia tidak mungkin tidak mau berteman denganku. Aku pewaris Gray Mall. Kami-"Annelisse menguap, membuat Tobias kesal menatap gadis itu. Astaga, bagaimana bisa dia jatuh cinta pada gadis yang tidak memiliki etika seperti Annelisse? Dia rasa dia sudah gila.Salah satu teman Jack, yang tidak Tobias tahu namanya berkata, "Kau sepertinya tidak melihat berita di internet ya, Tuan Muda Gray?"Tobias Gray menaikkan alis, tampak bingung."Kalau kau sudah melihat berita tentang Tuan Muda Morland di internet, aku yakin kau pasti langsung mengerti kalau sangat tidak mungkin dia mau berteman denganmu. Apalagi, setelah mengingat semua yang perna

  • Si Hebat Jack Morland    129. Kau yang Lucu!

    Akan tetapi, Eve tidak membalas ucapan Melysa. Wanita itu hanya terlalu kaget sampai tak mampu berpikir untuk sekedar memberi tanggapan, meskipun hanya sepatah dua kata saja."Eve, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kalau kita nanti dipecat?" Melysa merengek. Wanita itu sudah terlihat pucat karena ketakutan."Oh, andai aku tahu, aku tak mungkin berani mengganggunya. Apa yang sudah aku lakukan?" Melysa yang sudah lemas itu pun merasa badannya merosot sampai dia terduduk di lantai.Beberapa orang terlihat tak peduli, tapi sebagian teman kerjanya yang berasal dari divisi umum terlihat mengerti akan apa yang sedang terjadi pada Melysa.Ini karena mereka pun juga sama cemasnya dengan Melysa. Pada intinya, siapapun yang pernah mengganggu Jack dulu, saat ini pasti sedang merasa sangat kacau dan gelisah.Melysa menggelengkan kepala lalu menampar mulutnya sendiri dengan agak kera, "Dasar bodoh kau, Melysa! Bagaimana bisa kau mengatakan hal-hal buruk itu?"Dia mendesah sedih dan mulai mena

  • Si Hebat Jack Morland    128. Aku Pasti Salah!

    Jack bukan tidak mau menjawabnya, hanya saja pertanyaan itu adalah pertanyaan yang rasanya tak perlu dijawab sehingga Jack memilih untuk mengabaikannnya.Sayangnya, sang wartawan tidak terima diabaikan. Dia berusaha melesat ke depan dengan mendorong pria di depannya. Akibat tindakan pria berkacamata tebal itu, beberapa orang terlihat hampir terjatuh.Namun, para pengawal dan security begitu cepat menangani hal itu sehingga kejadian itu tak sampai menjadi ricuh. Jack pun kembali diarahkan ke dalam dan dikawal oleh begitu banyak pengawal dengan George yang selalu berada di sampingnya.Sementara itu, para wartawan tak berhenti mengambil gambar dan merekam video sang pewaris tunggal yang telah membuat begitu banyak orang terkesima dengan karismanya.Gideon Miles yang sudah sampai terlebih dulu di Morland Group segera mendekati Jack dan membungkuk hormat sebelum kemudian berjalan di samping kanan Jack."Wah! Sangat tampan!""Bagaimana bisa

  • Si Hebat Jack Morland    127. Ini Gila!

    ''Oh, Eric. Kau tidak perlu menyiapkan apapun. Pergilah ke sana dan temui dia lalu bicara kepadanya." Annelisse menatap sang kakak dengan tatapan bosan.Eric menggeleng tidak setuju, "Mana mungkin aku menemuinya tanpa membawa apapun. Apa kau sudah gila?"Annelisse mendesah pelan, "Eric, aku sangat mengenal Jack dengan baik. Dia bukan orang yang suka menerima hadiah. Dia malah akan berpikir kau sedang menyuapnya jika kau datang dengan hadiah."Eric terlihat bimbang, tapi Mary segera berujar, "Dengarkan saran adik perempuanmu. Dia pasti lebih tahu apa yang diinginkan oleh Jack."Vincent juga mengangguk setuju, "Aku juga menilai bila pemuda itu bukan pemuda yang haus akan kemewahan. Katakan saja niatmu dengan tulus, dia pasti akan mengerti."Eric pun menatap satu per satu anggota keluarganya dan akhirnya memutuskan, "Baiklah, aku akan datang ke sana tanpa membawa apapun.""Itu keputusan yang bagus, Kakakku yang tampan," Annelisse menanggapi sem

  • Si Hebat Jack Morland    126. Kecemasan Seorang Kakak

    Tobias memandang kedua orangtuanya secara bergantian dan dia tahu sekarang bahwa beban itu ada di pundaknya.Hm, apa yang bisa aku lakukan sebagai anak tunggal mereka? Tobias berpikir dalam hati."Ya, Ibu. Aku akan mendekatinya demi perusahaan kita," Tobias mengangguk setuju karena dia tidak punya pilihan lain.Claudia tersenyum lebar kepada putranya, "Itulah anak laki-laki Ibu.""Kau benar-benar keturunan keluarga Gray." Raymond merasa lega karena putranya mau memikirkan perusahaan mereka."Lagipula, kau akan segera lulus dari universitas. Sudah saatnya kau belajar lebih serius tentang bisnis perusahaan kita," tambah Raymond.Claudia mengambil sendok kecilnya lagi dan mulai menyantap makanan penutupnya.Tobias sebenarnya sudah tidak berselera makan, tapi dia tidak mungkin meninggalkan ruang makan karena orang tuanya tidak mengizinkannya.Jadi, dia memaksakan diri untuk terus makan.Raymond kemudian berkata lagi, "Besok

  • Si Hebat Jack Morland    125. Berita Apa?

    Raymond Gray benar-benar kesal karena memiliki seorang pewaris tunggal yang malas untuk memantau berita-berita besar.Dengan menggeram marah dia pun berkata, "Buka ponselmu sekarang dan lihatlah portal website Morland Group.""Morland Group? Ada apa dengan perusahaan itu lagi, Ayah?" Tobias menatap bingung ke arah sang ayah.Belum sempat Raymond Gray memberi sebuah jawaban, Tobias sudah berkata lagi, "Aku sudah muak dengan perusahaan satu itu. Kita mencoba untuk bekerja sama dalam bidang yang lain tapi nyatanya mereka tak pernah menanggapi proposal baru kita.""Lalu, untuk apa kau memintaku untuk melihat berita di website mereka, Ayah?" Tobias berkata dengan begitu malasnya.Kesal karena rupanya putra tunggalnya yang amat dia manjakan itu bodoh, dia pun mencoba untuk bersabar lalu berkata sekali lagi, "Baca sendiri berita itu dan nanti kita bicarakan saat makan malam."Raymond tidak kata apa-apa lagi dan segera meninggalkan putranya itu yang terlihat kebingungan sekaligus kesal.Bukan

  • Si Hebat Jack Morland    124. Dasar Bodoh!

    Annelisse melihat kemarahan yang tercetak di wajah Tobias Gray.Namun, dia sungguh tidak peduli karena Tobias yang menghina dirinya terlebih dulu.Tobias juga yang selalu mengganggunya padahal dia sudah berusaha untuk menjauhi laki-laki muda itu."Kau ... apa bagusnya pemuda miskin itu sampai kau masih membelanya? Hei, Lily. Tidakkah kau ingat perkataanmu dulu itu?" Tobias tersenyum miring dan menatap gadis itu dengan tatapan menghina.Lily masih berusaha menahan diri agar tidak meledak lagi sehingga dia hanya berkata lagi, "Aku sudah selesai denganmu dan tak ingin berbicara denganmu lagi jadi sekarang kembalikan ponselku. Aku ingin pulang sekarang."Tobias sama sekali tidak berniat mendengarkan ucapan Lily dan dia malah berkata lagi, "Kau bilang pacarmu itu terlalu miskin dan bahkan tidak mampu membelikanmu makanan di restoran kelas menengah. Ah, apa lelaki seperti itu yang kau bela itu?""Apa pantas laki-laki yang bahkan tidak memiliki uang untuk membeli makanan untuk kekasihnya mas

  • Si Hebat Jack Morland    123. Itu Bukan Urusanmu!

    Tobias mengernyit jijik, "Apa kau bilang tadi? Kau memanggilku dengan nama panggilanku?"Lily terdiam karena terkejut dengan tatapan yang menurutnya benar-benar menyakiti hatinya itu.Tobias yang dulunya mengagumi kecantikannya dan menatapnya dengan penuh cinta itu pun kini sudah tidak ada lagi.Saat ini dirinya hanya dianggap sebagai seorang sampah yang tidak berarti bagi Tobias dan dia bahkan seakan ingin disingkirkan oleh pemuda itu."Hei, Lily. Kau tidak berhak lagi memanggilku dengan nama itu. Jangan membuatku jijik karena aku pernah berhubungan denganmu," Tobias berkata sambil mengedikkan bahu.Lily berusaha untuk menguatkan hatinya dan kini mencoba untuk berani menatap ke arah pemuda yang telah meninggalkannya itu."Kalau kau memang jijik padaku, mengapa kau masih menggangguku dengan mengambil ponselku?" Lily berkata dengan dagu terangkat seakan dirinya masih memiliki sebuah kehormatan di depan Tobias. Tobias tertawa nyaring tapi lebih pada tawa yang mengejek untuk menanggapi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status