Evelyn segera meninggalkan cafe itu sebelum air matanya keluar karena tekanan yang dia terima. Evelyn menghentikan taksi yang lewat di depan cafe untuk segera berlalu dari tempat ini, untunglah cafe ini berada di jalan yang cukup ramai jadi tidak perlu menunggu lama, karena kalau memakai taksi online dia harus menunggu dan dia tidak tahan lagi jika berjumpa kembali dengan Gio Taner.
Didalam taksi Evelyn terisak sedih karena himpitan didadanya tidak sanggup lagi dia tahan, Evelyn terus saja terisak sampai supir taksi itu keheranan.
“Nona, mau diantar kemana?”
Supir itu kini menatap Evelyn dengan rasa penasaran.
“Antar Saya ke taman di pusat kota saja pak,” katanya lagi.
Evelyn mengusap air matanya dengan kasar, karena bagaimanapun dia tidak mungkin pulang ke rumah dengan kondisi seperti ini bukan?
“Putus cinta ya Non, nga
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹 Author ucapkkan Terima Kasih kepada Readers yang telah membaca dan mau memberikan suport dengan memasukkan cerita ini keperpustakaan , dan jangan lupa beri tanda love dan tinggalkan komen ya 🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡
Evelin menatap Gio kembali dengan rasa penasaran, setidaknya dia ingin mendengar penjelasan Gio, mengapa sikapnya bisa berubah. “Kamu masih penasaran?” Gio sengaja ingin melihat sebatas mana rasa ingin tahu Evelyn, tetapi Evelyn pura – pura tidak mengetahuinya. “Untuk apa Aku harus marah Kepada kamu lagi?” senyum Gio kembali. “Kamu sudah di genggamanku bukan? ingat surat perjanjian Kita?” tanya lagi. Suara Gio terdengar sangat licik. Evelyn melengos tidak senang, setidaknya Gio telah membuat dia terusik kembali. “Mengapa Kamu tidak senang?” Evelyn hanya membuang mukanya dan diam membisu, karena kalau dia menanggapinya sudah pasti bakalan muncul masalah baru dan yang pasti perdebatan baru. Evelyn mendengar perkataan Gio merasa sepertinya dia telah masuk dalam perangkap Gio, Evelyn sadar itu.
“Halo Eve, bisa jumpai Mama sore ini tidak?” tanya Sarah melalui telpon selulernya. Evelyn yang melirik jamnya teringat dia masih mengikuti mata kuliah dari Pak Alex, seorang dosen muda yang sangat tampan. Semua bangku di ruang kuliah akan terisi penuh. Pesona Pak Alex telah membius semua mahasiswi untuk mengikuti kuliahnya, termasuk Evelyn dan Lara. Mereka tidak akan pernah meninggalkan mata kuliah yang diampunya. “Tapi Ma, Eve sekarang lagi ada mata kuliah.Mungkin sekitar jam 3 sich Ma. Ini dosennya sudah datang. Kalau sempat Eve akan telepon Mama lagi ya,” pinta Eve dengan sopan. “Baiklah kalau sudah selesai segera hubungi Mama ya.” “Baik Ma.” Alex Wihardjo seorang dosen muda yang banyak digilai Mahasiswinya, selain otaknya yang encer juga sangat pandai membawakan mata kuliah. Tak heran kursi di ruang kuliah semuanya terisi penuh. Semuan
Evelyn yang telah menerima tugas yang akan dibagikan kepada teman – temannya karena untuk mata kuliah itu Alex lebih menyukai Evelyn yang membagikan tugasnya karena Evelyn Mahasiswi yang dapat diandalkan, walaupun mereka memiliki komting pada jurusan itu, komting seperti ketua kelas pada jaman SMU dulu. Evelyn segera pamitan. “Saya pulang dulu ya Pak, Saya akan membagikan tugas ini kepada teman – teman saya. Permisi ya Pak,” pamit Evelyn dengan sopan. “Evelyn, tunggu sebentar Bapak juga akan pulang Bapak antarkan sekalian saja. Mau ya?” tanya Alex. Evelyn ragu menerima tawaran Alex, karena Evelyn tidak mau merepotkan dosennya itu. “Tidak usah ragu, karena tokh Bapak akan pulang juga. Sekalian Bapak menebus kesalahan Bapak karena gara – gara Saya Kamu jadi diganggu Sita cs.” Evelyn sadar jika Alex ternyata mengetahui latar belakang perkelahiannya dengan Si
Evelyn tidak tersinggung sama sekali dengan pelayan toko tersebut, karena sudah pasti dia akan menganggap Evelyn hanyalah seorang Mahasiswi yang sedang mencari sumbangan atau sponsor untuk mendanai sebuah even. “Maaf Mbak, Kita tidak meladeni sumbangan Mbak. Semua Mahasiswa yang datang Kita tolak Mbak,” Evelyn hanya tersenyum dan mencoba meluruskan salah pengertian diantara mereka. Dia melihat bed namanya, ternyata nama gadis itu adalah Luna. “Maaf juga Mbak Luna, Saya kesini tidak untuk mencari sumbangan,” “Oh tidak mau minta sumbangan, kalau gitu mau shopping disini ya?” Matanya kini menatap Evelyn dengan khawatir karena penampilan Evelyn tidak meyakinkan. “Sebaiknya tidak dech Mbak. Maaf ya soalnya harganya sepertinya tidak sesuai dengan isi kantong Mbak,” Dia melihat penampilan Evelyn memaka
Evelyn masih memandang gaun biru tua yang berada dalam genggaman Sarah, dia melihat gaun itu terbuat dari bahan beludru halus yang indah. Potongan lehernya membentuk kerah sabrina dengan ukuran midi. Kalau Eve memakainya maka dia akan memperlihatkan bahunya yang telanjang. Sarah juga mempersiapkan sepasang sepatu high heels bertali warna biru dengan tas yang senada. Evelyn yang melihatnya serba salah mau memakainya atau tidak. “Kalau Saya tidak memakainya Ma, bagaimana?” tanya Evelyn dengan lirih. Evelyn menatap Sarah dengan kebingungan bukan karena dia menolak karena modelnya tetapi Evelyn tidak ingin memakainya. “Sayang apa Kamu tidak menyukainya?” tanyanya lagi. “Tapi Eve tidak dapat memakainya,” “Apa Karena trauma itu?” Eve menganggukkan kepalanya dengan sedih. “kam
Evelyn segera memesan taksi online untuk pulang ke rumahnya. Sarah memaksanya untuk mengantarkan dia pulang. Evelyn menolaknya dia tidak ingin akhirnya Key yang akan mengantarkannya pulang. Evelyn ingin mendorong pintu kacanya tetapi Luna pelayan di toko itu segera mendorongkan pintu kaca dan memohon maaf satu kali lagi, Evelyn menenangkannya dengan tersenyum. “Hey Culun, kok lama turunnya. Padahal sudah dari tadi harusnya Kamu turun.” Evelyn memang ke toilet dulu baru dia turun ke lantai satu. “Ayo masuk kedalam mobil.” Evelyn menolaknya dan mengatakan dia sudah memesan taksi online dan menunjuk kearah mobil yang baru saja lewat menghampri mereka. “Tunggu disini.” Kemudian dia menghampiri supir taksi itu dan membatalkannya dan memberikan kompensai serta meminta maaf. Evelyn yang tidak suka akhirny
Evelyn yang terkejut dengan peristiwa yang barusan terjadi, membuat dia hanya bisa diam terpaku. Penolongnya kini berjalan semakin dekat dengannya, dan membuat netra Evelyn mengenali sosok orang yang menolongnya. Kamu? Evelyn terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya. “kamu tidak apa – apa?” Kini penolongnya bisa melihat wajahnya dengan jelas dan matanya menatap mata Evelyn dengan seksama. “Lho Evelyn?” tanyanya dengan terkejut. “Pak Al-ex?” Terdengar suara Evelyn yang terbata, menyebut nama penolongnya. Ternyata Alex Wihardjo lah yang menolongnya. Begitu Alex sadar siapa yang dia tolong membuat dia berhenti berjalan, dia tidak ingin mendekati Evelyn lebih dekat. Kejadian tadi siang mengingatkan Alex untuk memberikan jarak antara mereka berdua, dan ini membuat Alex semakin penasaran. Setidaknya mala mini semua harus terjawab.
“Eve pulang bareng yuk,” Lara menggandeng tangan Evelyn ketika perkuliahan sudah usai. “Memangnya mau kemana Ra?” tanya sambil menguap. Kejadian semalam membuat Evelyn merasakan kelelahan yang luar biasa, dilihatnya waktu masih menunjukkan pukul 11 siang. “Kok Kamu kelihatannya sangat letih? apakah Kamu tidak tidur semalaman Eve?” “Ra, Kita bisa pulang ke kost mu tidak? Saya numpang tidur dulu ya. Soalnya Saya ada janji dengan Mama Sarah. Kalau pulang lagi kejauhan,” “Baiklah, Kita pulang sekarang ya. Tapi janji dulu Kamu harus ceritain kenapa Kamu koq kelihatan lesu?” “Aku janji Ra, tapi tidak sekarang ya. Soalnya tadi malam aku tidurnya hampir subuh.” Setelah Alex mengantarkannya pulang hampir jam 12 malam, Evelyn sama sekali tidak bisa beristirahat. Matanya tidak mau te