Devan sadar sepenuhnya kalau hal itu bukanlah urusannya. Oliv mau bertemu dengan siapa saja itu bukanlah urusannya. Tapi, kenapa ia begitu sangat penasaran dan ingin tahu siapa pria yang tengah bersama Oliv saat ini?
Keduanya juga terlihat asyik mengobrol dan tak berhenti saking menatap satu sama lain. Dan disaat yang bersamaan itu juga Devan merasakan dadanya sesak, serasa panas terbakar.
"Aneh!" gumamnya tersenyum geli.
Mungkin Devan perhatian pada Oliv karena gadis itu bekerja di toko buku miliknya. Meskipun terkesan sombong, dingin dan juga cuek. Tapi bukan berarti Devan tidak memperhatikan para pekerjanya. Hanya saja ia tidak kelihatan terlalu mencolok menunjukkan sikap perhatiannya. Dan jujur saja, Devan memang lebih sering memperhatikan Oliv ketimbang Rahayu.
Setiap satu minggu sekali Devan memang datang mengunjungi toko buku miliknya. Niatnya sih memang ingin melihat perkembangan usahanya, juga sekaligus melihat Oliv dan segala tingkah gadis itu.
Menurut Devan, Rahayu lebih heboh daripada Oliv. Tapi entah kenapa yang terlalu mencolok di mata Devan adalah Oliv.
Devan mulai terbayang-bayang dan selalu memikirkan Oliv beberapa waktu belakangan ini. Meskipun dari awal Oliv bekerja disini Devan memang sudah terngiang-ngiang akan sosoknya.
Oliv yang selalu memakai pakaian panjang sampai telapak tangannya pun ikut tenggelam mencuri perhatian Devan yang sejak awal sangat penasaran. Terkadang juga gadis itu memakai sarung tangan rajutan jika tidak memakai baju panjang.
Tak peduli cuaca sedang panas atau tidak Oliv tetap memakainya. Devan menebak sepertinnya ada sesuatu di tubuh Oliv yang memang sengaja Oliv sembunyikan. Tapi, entah apa itu.
Devan mengerjap dan tersadar dari lamunannya kala pria yang bersama Oliv tampak bangkit berdiri dari duduknya dan setelahnya pergi meninggalkan Oliv sendirian.
Beberapa saat berlalu hanya Oliv habiskan duduk termenung di tempatnya. Raut wajah gadis itu terlihat sedih dan merasa kecewa.
Tunggu, apa Oliv habis diputuskan oleh pacarnya? Atau mereka tengah bertengkar hebat karena si cowok atau Oliv ketahuan selingkuh? Atau juga karena orangtua yang mungkin saja tak merestui hubungan mereka sehingga Oliv dan kekasihnya kompak memutuskan berpisah?
Dan, masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya. Eh, sebentar, kenapa jadi Devan yang pusing memikirkannya?
Devan menggelengkan kepalanya sekali seraya mendengus geli. Tak habis pikir kenapa bisa ia malah memikirkan masalah orang lain.
Dekan dan Adel saling melirik bingung melihat tingkah Devan yang aneh. Dan lebih aneh lagi ketika Devan tiba-tiba mengajak pulang.
Meski bingung, namun Dekan dan Adel menurut saja untuk pulang. Karena sebenarnya mereka juga sangat lelah seharian ini.
Devan berjalan dibelakang dekan dan Adel, melirik sebentar Oliv saat ia melewatinya. Oliv sendiri masih belum ingin beranjak dari posisinya.
Pikirannya kembali teringat ke beberapa saat yang lalu. Sebuah penolakan yang kembali ia terima setelah ia menunjukkan salah satu kekurangannya pada pria yang menjadi teman kencan butanya lewat suatu aplikasi pencarian jodoh.
Oliv pikir, kali ini ia pasti akan mendapatkan pasangan yang mau menerimanya apa adanya. Nyatanya pria yang tadi langsung bergidik jijik saat Oliv menunjukkan jari-jarinya yang penuh dengan kutil.
Detik itu juga tubuh Oliv merasa lemas, niat untuk menemukan cinta sejatinya ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan.
Benar. Banyak yang pastinya jijik melihat kutil-kutilnya. Bahkan Oliv saja kadang masih merasa jijik melihat kutilnya sendiri.
***
Wajah Oliv dan Devan sama-sama memerah menahan malu dengan posisi mereka saat ini. Perlahan Devan melepaskan tubuh Oliv yang berada dalam dekapannya.
Tadi, beberapa saat yang lalu Devan berusaha menolong Oliv yang hampir terjatuh dari tangga kecil kayu. Syukurlah Devan berhasil menangkap tubuh mungil Oliv tepat waktu.
Sebenarnya insiden ini bukanlah kesalahan Oliv sepenuhnya. Sebab Devan sendirilah yang mengagetkan Oliv sehingga membuat gadis itu tersentak kaget dan nyaris hampir jatuh.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Devan kikuk. Namun tak dapat menutupi kekhawatiran dalam nada bicaranya.
Oliv menggelengkan kepala dengan gerakan kikuk. "Terima kasih, Pak. Sudah menolong saya."
Devan mengangguk sembari berdeham, "kamu tadi mau ngapain memangnya? Sampai pakai naik itu segala?" tanya Devan seraya menunjuk tangga kayu kecil tersebut.
Gantian Oliv yang menunjuk ke arah rak buku yang paling atas. "Mau ambil buku."
Devan mengangguk mengerti, "buku yang mana yang mau diambil?" tanya Devan mengangkat sebelah tangannya bersiap mengambil buku yang tadinya ingin diambil Oliv. Dan Oliv pun lantas menyebutkan judul bukunya.
Oliv takjub dengan kemampuan Devan yang dengan mudah menjangkau rak paling atas dan berhasil mendapatkan buku tersebut.
"Yang ini?" tanya Devan. Oliv mengangguk senang.
"Terima kasih, Pak." Devan mengangguk.
"Makanya kamu tuh lebih tinggi dikit, seperti Rahayu."
Wajah Oliv yang tadinya tersenyum senang kini berubah menjadi kesal. "Ya maunya saya juga gitu, Pak. Jadi gak ngerepotin orang lain segala."
Devan terdiam mendengar ucapan Oliv, sebenarnya ia bicara seperti bukan untuk bermaksud menghina diri Oliv yang mungil. Candaannya dianggap serius oleh Oliv, dan Devan merasa sangat menyesal.
"M-maksud saya bukan begitu Oliv—"
"Iya kok, Pak, saya ngerti." sela Oliv tersenyum. Meski terpaksa, karena sungguh ucapan Devan tadi sedikit melukainya.
Siapapun pasti menginginkan kesempurnaan, tak ada yang mau kekurangan dalam dirinya. Tapi jika Tuhan memang sudah memberikannya seperti itu, maka manusia harus bisa menerimanya dengan segala rasa syukur. Dan bukannya mengeluh.
"Oliv, saya minta maaf."
"Iya Pak." sahut Oliv sekali lagi tersenyum.
Sejenak keadaan menjadi hening, keduanya terlihat sama-sama kikuk hingga Oliv tidak tahan dan bermaksud untuk segera menyudahinya.
Tapi, baru saja Oliv ingin membuka mulutnya namun terhalang oleh suara Devan yang lebih dulu bicara.
"Kemarin, siapa?"
"Maaf? Maksudnya?"
"Pria yang di cafe kemarin?" Devan merutuki dirinya sendiri yang sudah kelepasan bertanya.
Sejak tadi ia berusaha menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang membuatnya sangat penasaran setengah mati, dan akhirnya keluar juga dari mulutnya. Shitt!
Oliv terbelalak mendengarnya, ingatannya kembali berputar tentang di cafe kemarin.
"Bapak memperhatikan saya ya?"
"A-apa? Memperhatikan?" Oliv mengangguk.
"Tentu tidak. S-saya kebetulan ada di cafe itu bersama teman-teman saya. Dan ya, saya gak sengaja lihat kamu disana." jelas Devan membela diri.
"Lagian kamu juga tau kan saya ada disana? Kan, kira secara gak sengaja saling tatapan sebentar." sambung Devan mengingatkan semalam jika ia Dan Oliv sempat terlibat saling menatap walau sebentar. Merasa tak bisa mengelak Oliv pun mengangguk malu.
"Nah, jadi, siapa pria semalam?"
"Uhm, itu...." Oliv melirik ke segala arah. Mencoba mencari celah untuk keluar dari situasi ini. Karena jujur saja Oliv tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada Devan.
Namun jika Devan terus memaksa dan semakin memojokkan Oliv untuk menjawab, maka sepertinya Oliv harus terpaksa mengatakannya dengan berat hati. Yang artinya sama saja jika Oliv juga akan mengatakan mengenai kutil-kutilnya.
Oliv meringis karena tidak bisa keluar dari situasi ini. Bahkan bos dinginnya kini menuntut jawaban darinya.Menghela nafas sejenak akhirnya Oliv pasrah mengatakan semuanya pada Devan yang awalnya sempat syok. Namun kembali tenang sembari tetap mendengarkan ucapan Oliv."Jadi, hal apa yang membuat pria itu mundur?"Mila gelagapan, menelan kasar air liurnya sendiri. "I-itu karena....""Apa, Liv? Kok kamu dari tadi gugup dan ngomongnya gagap gitu?""E-enggak kok, Pak." Oliv menggeleng."Itu buktinya, k—" ucapan Devan terhenti begitu mendengar suara Adam Levine yang mengalun merdu.Lantas dengan cepat Devan merogoh saku celananya, menatap sebuah nama dilayar ponselnya."Sebentar ya," ucap Devan meminta waktu sebentar pada Oliv yang mengangguk.Devan memunggungi Oliv seraya mengangkat panggilan tersebut. Oliv menatap pun
Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua."Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali.""Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"
Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken
Ketika pagi tiba Oliv yang sudah terbangun dari tidurnya nyenyaknya langsung bangkit dari ranjang. Melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin milik Rahayu."Wow!" satu hal yang membuat Oliv berdecak kagum adalah kebiasaan Rahayu yang pembersih dan rajin berbelanja untuk kebutuhan isi kulkasnya yang tak pernah kosong.Rahayu terlihat bar-bar dan berantakan diluar, tapi aslinya siapa yang menyangka? Oliv mengambil beberapa macam bahan makanan yang akan ia olah untuk sarapan ini.Semua bahan tersebut ia potong-potong sesuai selera. Yap, Oliv akan membuat sarapan yang simpel saja. Salad sayur, dan sandwich saja.Selesai membuat sarapan Oliv membersihkan peralatan masak yang kotor kemudian membangunkan si kebo yang tidur di sofa ruang tamu."Bangun!" Oliv membangunkan dengan cara menepuk-nepuk bahu abangnya.Namun sayangnya Olano sama sekali tak terusik tidurnya. Oliv
Devan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab segala pertanyaan yang akan Oliv lontarkan. Bagaimanapun juga pastilah wanita di depannya ini merasa curiga soal insiden tadi malam.Begitu sigapnya Devan langsung membawa sang adik tercintanya dan juga sepupu gesreknya keluar dari club malam. Yang tentu saja itu menimbulkan kecurigaan bagi Oliv.Devan baru tahu jika pria yang bersama Rahayu adalah abangnya Oliv. Dan Devan juga baru tahu kalau Olano adalah kekasih dari adiknya, Adel alias Ade Tiwi.Aishh, betapa tak sukanya Devan dengan nama pena sang adik.Dekan yang memberitahukan informasi itu padanya. Hal itu pun Dekan dapatkan dari Adel yang sempat memarahinya karena Dekan yang suka sekali menjahili Oliv dan Rahayu. Tentu saja Adel marah jika Oliv ikut kena imbas kejahilan Dekan, padahal gadis yang Dekan sukai adalah Rahayu. Jadi Rahayu saja yang seharusnya Dekan jahili dan bukannya calon adik iparnya,
Diantara ketiga pria ini sepertinya yang paling heboh cuma pria menyebalkan ini. Oliv menggeram kesal, seheboh-hebohnya Olano tetapi tidak sebising Dekan. Ah iya, Oliv baru ingat namanya.Seakan tak merasa lelah mulut Dekan terus bicara, menyerocos tak jelas hingga membuat Oliv dan Rahayu merasa muak."Diamlah Dekan. Kau membuatku mereka berdua merasa bosan." titah Devan ikut kesal melihat tingkah sepupunya. Mulut bawelnya yang terlalu banyak bicara itu sedikit banyaknya membuat orang bosan dan muak."Loh, apa iya aku ngebosenin dan bikin kesal?" tanya Dekan begitu percaya dirinya. Lalu, ia mencolek lengan Rahayu yang kebetulan duduk di sampingnya. "Aku ngebosenin ya?" tanyanya pada Rahayu yang nyengir kemudian dengan terpaksa menggelengkan kepala."Nah, enggak tuh. Iya kan, Oliv?" Dekan meminta pendapat Oliv yang duduknya persis di samping Rahayu.Sama seperti Rahayu, Oliv pun masih menjaga perasaan dengan menghargai
Pagi hari Olano sudah membuat heboh seantero rumah hanya karena habis membaca balasan chat dari Adel, kekasihnya.Sedari bangun tidur tadi bahkan Olano sudah merecoki Oliv yang pembawaan dirinya selalu terlihat tenang. Namun kali ini ketenangan dalam dirinya seakan lenyap begitu saja gara-gara kebisingan sang abang."Dia juga merasakan hal yang sama sepertimu," beritahu Olano sebelum Oliv sempat bertanya."Ini," dengan penuh semangat Olano menunjukkan layar ponselnya pada Oliv yang menganga saat membaca ruang chat antara abangnya dan Adel yang rupanya membahas antara ia dan Devan."Apa-apaan ini?" lirih Oliv tak percaya. Sementara Olano asyik menggodanya dengan kedua alis yang naik turun secara bergantian.Merasa tindakannya ini adalah hal yang benar dan mulia Olano pun merasa sangat bangga pada dirinya. Tak tahu bagaimana perubahan wajah Oliv yang malu sekaligus kesal."Kalian berdua keterlaluan!" hardiknya tak
Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken