Share

Si gadis kutil
Si gadis kutil
Penulis: Ade Tiwi

Satu

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-29 13:17:47

Olivia Gilsa atau yang biasa dipanggil Oliv tersebut tampak berlari ketakutan menerjang kegelapan malam. Bulu kuduknya meremang luar biasa saat ia bertemu dengan seorang nenek tua yang tak dikenalnya tiba-tiba saja menghilang setelah mengatakan sesuatu hal padanya.

Entah nasib sial atau sebuah keberuntungan bagi Oliv hingga bertemu dengan hantu. Ya, Oliv menganggap jika nenek itu adalah hantu. Tapi, hantu baik, mungkin. Sebab nenek itu seperti memberikan sebuah solusi atas masalah yang selama beberapa tahun ini begitu menyiksanya, dan membuat Oliv kehilangan rasa percaya dirinya.

Masalah kutil ini sungguh benar-benar membuatnya frustasi dan juga putus asa. Pernah suatu hari terlintas pemikiran buruk di kepala cantik Oliv untuk melakukan upaya bunuh diri.

Sayangnya Oliv lebih dulu mundur dengan wajah pucat saat melihat silet yang begitu tajam. Ternyata jiwa pengecutnya lebih besar daripada keberaniannya. Oliv membuang silet tajam yang baru dibelinya sejauh-jauhnya.

Niat bunuh diri sirna, dan Oliv kembali di resahkan oleh si kutil-kutil yang tampak menempel nyaman di jari jemari lentiknya.

Huffftt. Kutil sialan!

Setelah berlari cukup lama dan dengan nafas tersengal ngos-ngosan, Oliv memutuskan untuk berhenti. Oliv merasa sepertinya sudah cukup jauh dari tempat ia bertemu dengan nenek tadi.

Astaga!

Kenapa malang sekali dirinya ini, syukurlah untuk menuju ke rumahnya sudah tidak jauh lagi.

Sebenarnya, jarak antara rumah dan toko buku tempatnya bekerja memang tidak terlalu jauh. Jadi Oliv memang sering berjalan kaki, selain untuk berolahraga Oliv juga bisa menghemat ongkos sekalian.

Tapi setelah malam ini sepertinya besok-besok Oliv akan lebih memilih naik sebuah kendaraan untuk pergi dan pulang bekerja. Ya, itu lebih baik dan aman agar ia tidak bertemu lagi si nenek. Walaupun sepertinya baik, tapi tetap saja nenek itu hantu.

Oliv bergidik ngeri bila mengingat kejadian tadi, terus terang saja wajah nenek itu terbayang-bayang di mata Oliv.

Menarik nafas panjang dan membuangnya secara perlahan Oliv mengetuk pintu rumahnya seraya berucap salam. Tak lama pintu rumahnya terbuka dan menampilkan tubuh kekar seorang pria yang tersenyum menatap Oliv.

"Eh, biasa aja dong ngelihatnya. Macam lihat setan aja kau ini, Liv." protes Olano kesal melihat sang adik yang melotot horor ke arahnya.

"Enggak gitu, kaget aja aku. Tumben banget Abang di rumah." cibir Oliv sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

"Huum," Olan mengangguk lemah. Disuruh jaga rumah sama Mamak, Bapak."

"Loh, memangnya mereka kemana?"

"Katanya sih tadi pergi jenguk temannya yang sakit."

Oliv manggut-manggut dan beranjak meninggalkan Olano yang duduk sendiri di ruang tamu setelah menutup pintu rumah. Oliv hendak menuju dapur namun ia urungkan dan kembali menghampiri Olano.

"Abang!"

"Apaan?" tanya Olano kesal.

"Temenin aku yok ke dapur."

"Hah?" sontak saja Olano kaget. "Bah, apa pulak pakai minta-minta temenin segala. Lah, biasanya kan kau berani dek."

Oliv nyengir seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, Bang, Oliv takut."

"Ya elah, takut apa? Hantu?"

Meringis, Oliv hanya mampu menganggukkan kepalanya. Ia tak mengelak karena memang benar tadi ia ketemu hantu. Tapi Oliv tak berminat ingin menceritakannya pada Olano yang pastinya tidak akan mempercayai ucapannya.

Buktinya saja saat ini pria itu tertawa seraya berujar. "Janganlah kau percaya yang kayak gituan, Liv. Gak ada tuh hantu-hantuan, udahlah sana ke dapur sendirian."

Oliv terlihat kesal mendengarnya. "Ck! Susah amat yakk dimintai tolong."

Dan Oliv bertambah kesal pada Olano yang tak menggubris ucapannya, pria itu malah sibuk bermain games di ponsel androidnya.

Benar-benar menjengkelkan!

"Pengertian dikit kek, kenapa aku sampai takut dan minta di temenin ke dapur. Ini gak, dasar egois!" omel Oliv yang pada akhirnya melangkahkan kakinya menuju dapur.

Masa bodoh lah! Oliv sudah sangat lapar, jadi untuk sementara waktu ini Oliv mengesampingkan dulu perasaan takutnya.

***

Toko buku hari ini tampak sepi, tidak seperti hari biasanya yang selalu ramai. Tapi syukurlah Oliv jadi bisa sedikit lebih bersantai.

Kemarin Oliv harus lembur sendirian untuk menyusun buku-buku yang sedikit berserakan agar tertata rapi. Sementara teman sejawatnya sudah pergi lebih dulu karena ada urusan penting, sementara bos dinginnya alias pemilik toko buku miliknya bekerja juga jarang datang. Bisa dihitung pakai jari deh.

Meskipun dingin dan terkesan sombong, tetapi Oliv betah bekerja disini. Alasannya, tentu saja karena jarak rumah dan toko buku ini tidaklah jauh dan juga bosnya gak kejam walaupun wajahnya datar.

Oliv punya julukan untuk bosnya itu, yaitu si besar kulkas berjalan. Ya, selain dingin bosnya itu juga memiliki badan besar seperti kingkong. Upss!

Sebenarnya sih bosnya itu meskipun berbadan besar dan dingin seperti kulkas, tapi memiliki wajah tampan bak pangeran kerajaan. Oliv akui itu, meskipun dengan berat hati.

"Woiii!"

Oliv menoleh saat seseorang menyikut lengannya. "Apa?"

"Si bos datang tuh," bisik Rahayu. Teman sejawat Olivia, seraya menunjuk ke arah bos dingin yang kini berdiri menatap keduanya.

Sontak Oliv mengikuti arah jari telunjuk Rahayu. Matanya mendelik horor saat melihat sosok si besar kulkas berjalan.

Busyeettt! Aissh, Kapan datangnya nih orang? Kok main muncul tiba-tiba gini.

Tersenyum kikuk Oliv menyapa bos dinginnya. "Pak."

Tanpa menjawab balasan sapaan Oliv, si kulkas berjalan itu main nyelonong pergi setelah memberikan tatapan tajam dan senyum mengejek.

"Sialan!" umpat Oliv kesal. "Benar-benar kulkas berjalan ya tuh orang!"

Rahayu yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan tertawa. Merasa geli dan lucu apabila Oliv ngomel-ngomel persis seperti emak-emak yang lagi marahin anaknya.

"Nape lo?" tanya Oliv melotot.

"Lucu!" sembur Rahayu yang masih tertawa cekikikan.

"Emang lo pikir lawak?" dan Rahayu pun mengangguk.

"Tau deh, terserah lo. Kesel gue sama tuh orang, dingin dan sombongnya minta ampun."

"Eh, huuss, ingat dia itu bos kita." ucap Rahayu memperingatkan.

"Ya, emang. Gue masih waras kali untuk ingat dia itu siapa. Nih ya, kalau gue udah gila mah ya udah gue maki habis-habisan tuh orang."

Rahayu manggut-manggut kemudian menggelengkan kepalanya. "Lo juga sih, habisnya dari tadi melamun sampai gak sadar kalau si bos nyapa kita."

"Dih, percaya banget gue sama mulut penuh dusta loh."

"Beneran, gue gak bohong. Tadi tuh si bos nyapa kita berdua."

"Ciyus? Mi apaan?"

"Mie ayam bakso!" sembur Rahayu kesal. Ini temannya kok jadi nyebelin gini.

"Halah, gue gak percaya." cibir Oliv kekeh pada pendiriannya.

"Ya sudah, terserah lo dah mau percaya apa kagak. Yang jelas gue ngomong yang sebenarnya. Lagian gue juga kaget kali, karena ini untuk pertama kalinya tuh si bos negur kita."

Oliv mengigit bibir bawahnya, merasa kurang percaya tapi sepertinya tidak mungkin Rahayu berbohong. Karena jelas raut wajah temannya itu menunjukkan keseriusan.

"Jadi, beneran si kulkas berjalan sapa kami berdua?"

Tbc....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si gadis kutil    Duapuluhlima

    Ekstra part.Beberapa bulan kemudian....Devan dan Oliv merasa pusing sekali dibuat sepasang kekasih yang tengah sibuk berdebat memilih konsep untuk acara pesta pernikahan mereka nanti.Siapa lagi kalau bukan Dekan dan Rahayu saling tak mau mengalah. Rahayu ingin pesta pernikahan yang paling mewah, berbanding terbalik dengan Dekan yang justru ingin pesta pernikahan yang sederhana."Pokoknya aku mau pesta pernikahan yang megah, pesta pernikahan yang besar-besaran." ucap Rahayu bersikeras."Iya sayang, aku ngerti. Tapi apa gak buang-buang duit banyak kalau pestanya terlalu mewah kali?""Loh, memangnya kenapa? Gak apa-apa dong uang kamu terkuras banyak untuk pesta pernikahan kita. Kan sekali seumur hidup, jadi apa ruginya? Toh, untuk acara kita berdua juga. Benar gak Van, Liv?" tanya Rahayu meminta persetujuan dari pasutri itu yang terlihat kelagapan menjawabnya.

  • Si gadis kutil    Duapuluhempat

    "Oliv?" panggil Devan gemas, pasalnya gadis itu hanya diam saja. Tak memberi jawaban atas pertanyaannya.Padahal Devan sudah sangat berharap sekali gadis pujaan hatinya ini langsung memberikan jawaban untuknya.Apapun itu, mau diterima atau tidak. Devan sudah menyiapkan dirinya. Ya walaupun dia sangat berharap Oliv menjawab. Ya, aku mau.Tapi, kalaupun tidak, ya sudah tidak apa-apa. Devan akan berusaha berlapang dada menerimanya."Kamu tidak ingin menjawab lamaranku?" goda Devan menyentuh lembut pipi Oliv dan kembali mengecup punggung tangannya."Oliv, aku—""Kamu serius?" sela Oliv balik bertanya. "Devan, kamu serius dengan ucapan kamu ini?""Ya, tentu saja. Kenapa tidak?""Aku takut.""Takut kenapa?" tanya Devan dengan dahi berkerut."Aku takut kalau kamu bukan cinta sejatiku. Uhm, maksudnya, aku t

  • Si gadis kutil    Duapuluhtiga

    Devan kembali memikirkan ucapan si nenek misterius waktu itu. Dimana si nenek memberi saran baik untuknya dalam menjaga serta melindungi Oliv."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia.""Perasaan bimbang dan keragu-raguan?" gumam Devan sedikit bingung dengan dua kata itu.Memang apa sebenarnya yang tengah membebani pikiran Oliv sehingga gadis itu kerap merasa bimbang dan ragu? pikir Devan bertanya-tanya."Apa aku harus tanya langsung aja ya sama Oliv?" ujar Devan bermonolog."Mau tanya apa?"Devan langsung berbalik badan saat mendengar sebuah suara yang sangat dikenalnya. Kedua sudut bibirnya bergerak membentuk sebuah senyuman manis menyambut kedatangan Oliv yang secara

  • Si gadis kutil    Duapuluhdua

    Devan kaget dan bingung dengan reaksi tiba-tiba dari Oliv yang menjerit histeris. Bahkan belum sempat baginya bertanya Oliv malah main nyelonong pergi begitu saja.Saat Devan bergerak hendak menyusul Oliv, si nenek mencekal lengannya. Devan menoleh dengan raut bingung."Jaga dan tetap lindungilah dia, perasaan bimbang dan keragu-raguan itu masih terus membayanginya. Buatlah dirinya untuk terus berpikiran positif dan percaya, karena kedua itulah kunci untuknya bahagia."Devan tak terlalu begitu mendengarkannya dengan jelas. Namun ia tetap menganggukkan kepalanya dan berpamitan pada sang nenek serta meminta maaf atas nama Oliv yang telah bertindak tak sopan."Oliv?!" jerit Devan memanggil Oliv yang entah sudah pergi kemana."Kemana sih dia perginya?" gumam Devan ngomel. Bukannya apa, Devan khawatir pada Oliv yang main kabur gitu aja di tempat baru seperti ini pula.Kan, ini

  • Si gadis kutil    Duapuluhsatu

    Dua minggu kemudian....Hari ini Devan menyempatkan diri untuk datang berkunjung ke rumah Oliv disela-sela kesibukannya yang lumayan padat. Rencananya, hari ini ia ingin mengajak Oliv ke suatu tempat.Namun Devan masih merahasiakan tujuannya, sehingga membuat Oliv menjadi sangat penasaran. Akan dibawa kemanakah fotonya oleh Devan?"Aku semakin penasaran," ucap Oliv menoleh pada Devan yang saat ini tengah fokus menyetir.Devan tersenyum menyeringai, "kenapa? Kamu berpikiran kalau aku ingin menyulik kamu gitu?""Bukan gitu...." elak Oliv memprotes asumsi Devan. "Saya cuma penasaran aja kemana Bapak akan membawa saya.""Hah, formal lagi." gantian kali ini Devan yang memprotes cara gaya bicara Oliv yang kembali formal padanya. "Dan apa itu? Bapak?"Oliv mengangguk, "lalu saya harus panggil anda apa?"Devan melirik kesal Oliv sekilas, "menyebalkan!" cibirnya tak suka. Sementara Oliv mati-mat

  • Si gadis kutil    Duapuluh

    "Apa? Kutil?" pekik Devan kaget. Beberapa saat yang lalu Oliv sudah mengatakannya pada Devan mengenai rahasia yang selama ini ia tutupi."D-dimana?" tanya Devan ingin tahu pasti letak keberadaan kutil-kutil di tangan Oliv."Ini!" Oliv memperlihatkan telapak tangannya pada Devan serta menunjuk dimana saja letak kutil-kutilnya."Lumayan banyak ya," ucap Devan menatap lekat kutil-kutil di jari jemari tangan Oliv yang terlihat lebih menonjol daripada yang di telapak tangannya."Susah berapa lama ini?" tanya Devan antusias dan juga penasaran."Beberapa tahun yang lalu."Devan mengangguk, "memang apa saja yang kamu makan selama ini?""M-maksudnya? Ya, makan nasi sama sayur mayur dan juga lauk pauk." sahut Oliv sewot. "Memang Bapak mikirnya saya makan apa? Ya kali saya makan besi dan baja gitu?""Memang kalau makan besi dan baja beneran bisa jadi kutilan kayak gitu?" Devan balik bertanya dengan begi

  • Si gadis kutil    Sembilanbelas

    Devan tak bisa mengalihkan perhatiannya ketika suara langkah-langkah kaki memasuki ruang tamu dan mendekat padanya. Matanya begitu terfokus menatap wajah cantik Oliv yang harusnya tersenyum menyambut kedatangannya, namun wajah Oliv justru cemberut seakan tak suka dengan kedatangannya.Mama Oliv tersenyum manis pada Devan seraya menarik sedikit Oliv agar lebih mendekat padanya."Kalian berdua mengobrolah, Tante mau ke dapur dulu buat minum." ucap mama Oliv berusaha mendudukkan sang anak agar duduk di sofa dekat Devan.Oliv ingin memprotes apa yang dilakukan mamanya, tapi dengan cepat sang mama mengedipkan sebelah matanya seraya tersenyum manis dan setelahnya berlalu pergi menuju dapur.Oliv berdeham sekali dan membuang pandangannya ke arah lain, kemana saja asalkan bukan ke arah Devan yang saat ini justru terlihat bingung.Ia tatap Oliv yang enggan menatapnya, Devan tau itu tapi ia memilih

  • Si gadis kutil    Delapanbelas

    Rahayu mengigit bibir bawahnya cukup kuat nyaris berdarah jika saja Dekan tak mengentikannya."Kamu tenang dulu ya, kita berdua akan menjelaskannya pelan-pelan sama Devan. Dia pasti ngerti kok."Rahayu menggeleng lemah, "gak akan bisa dimengerti untuk orang yang keceplosan beb.""Ya, tapi masa Devan akan marah-marah terus pecat kamu hanya gara-gara masalah ini." protes Dekan tak terima. Rahayu memang salah karena secara tak sengaja sudah keceplosan memberitahukan misi keduanya pada Oliv. Tapi, itu kan karena keceplosan yang tidak disengaja.Eh, terus kalau Rahayu yang bercerita padanya mengenai masalah ini termasuk keceplosan juga gak ya?"Kamu juga awalnya gak tau mengenai ini, tapi karena aku yang kelewat panik terus ngadu ke kamu pada akhirnya juga ceritain masalah ini ke kamu." Dekan mengangguk lemah, "itu artinya sudah dua orang yang tau rencana kami berdua ini. Kamu dan Oliv." Dekan kembali mengangguk lemah."Hu

  • Si gadis kutil    Tujuhbelas

    Ternyata Oliv tidak main-main dengan ucapannya kemarin pada sang abang. Ia benar-benar Mengundurkan diri dari tempatnya bekerja."Kenapa tiba-tiba begini?" tanya Devan terlihat marah dan tak terima.Sebisa mungkin Oliv bersikap santai, tak mau sedikitpun terbawa suasana dan emosi. "Karena saya ingin membuka usaha sendiri, Pak.""Usaha sendiri?" Oliv mengangguk. "Usaha sendiri seperti apa?""Jualan online."Devan memijit pelipisnya, ini terlalu mendadak sekali untuknya. Kenapa tiba-tiba begini Oliv mengundurkan diri."Saya ada salah ya sama kamu?""Tidak sama sekali, Pak.""Lalu kenapa kamu mendadak mengundurkan diri seperti ini, Liv?""Maaf Pak. Tadi saya sudah menjelaskan alasan saya berhenti bekerja. Jadi, saya tidak akan mengulanginya lagi.""Baik," Devan menganggukkan kepalanya. "Saya terima surat peng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status