Share

Si gadis kutil
Si gadis kutil
Penulis: Ade Tiwi

Satu

Olivia Gilsa atau yang biasa dipanggil Oliv tersebut tampak berlari ketakutan menerjang kegelapan malam. Bulu kuduknya meremang luar biasa saat ia bertemu dengan seorang nenek tua yang tak dikenalnya tiba-tiba saja menghilang setelah mengatakan sesuatu hal padanya.

Entah nasib sial atau sebuah keberuntungan bagi Oliv hingga bertemu dengan hantu. Ya, Oliv menganggap jika nenek itu adalah hantu. Tapi, hantu baik, mungkin. Sebab nenek itu seperti memberikan sebuah solusi atas masalah yang selama beberapa tahun ini begitu menyiksanya, dan membuat Oliv kehilangan rasa percaya dirinya.

Masalah kutil ini sungguh benar-benar membuatnya frustasi dan juga putus asa. Pernah suatu hari terlintas pemikiran buruk di kepala cantik Oliv untuk melakukan upaya bunuh diri.

Sayangnya Oliv lebih dulu mundur dengan wajah pucat saat melihat silet yang begitu tajam. Ternyata jiwa pengecutnya lebih besar daripada keberaniannya. Oliv membuang silet tajam yang baru dibelinya sejauh-jauhnya.

Niat bunuh diri sirna, dan Oliv kembali di resahkan oleh si kutil-kutil yang tampak menempel nyaman di jari jemari lentiknya.

Huffftt. Kutil sialan!

Setelah berlari cukup lama dan dengan nafas tersengal ngos-ngosan, Oliv memutuskan untuk berhenti. Oliv merasa sepertinya sudah cukup jauh dari tempat ia bertemu dengan nenek tadi.

Astaga!

Kenapa malang sekali dirinya ini, syukurlah untuk menuju ke rumahnya sudah tidak jauh lagi.

Sebenarnya, jarak antara rumah dan toko buku tempatnya bekerja memang tidak terlalu jauh. Jadi Oliv memang sering berjalan kaki, selain untuk berolahraga Oliv juga bisa menghemat ongkos sekalian.

Tapi setelah malam ini sepertinya besok-besok Oliv akan lebih memilih naik sebuah kendaraan untuk pergi dan pulang bekerja. Ya, itu lebih baik dan aman agar ia tidak bertemu lagi si nenek. Walaupun sepertinya baik, tapi tetap saja nenek itu hantu.

Oliv bergidik ngeri bila mengingat kejadian tadi, terus terang saja wajah nenek itu terbayang-bayang di mata Oliv.

Menarik nafas panjang dan membuangnya secara perlahan Oliv mengetuk pintu rumahnya seraya berucap salam. Tak lama pintu rumahnya terbuka dan menampilkan tubuh kekar seorang pria yang tersenyum menatap Oliv.

"Eh, biasa aja dong ngelihatnya. Macam lihat setan aja kau ini, Liv." protes Olano kesal melihat sang adik yang melotot horor ke arahnya.

"Enggak gitu, kaget aja aku. Tumben banget Abang di rumah." cibir Oliv sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

"Huum," Olan mengangguk lemah. Disuruh jaga rumah sama Mamak, Bapak."

"Loh, memangnya mereka kemana?"

"Katanya sih tadi pergi jenguk temannya yang sakit."

Oliv manggut-manggut dan beranjak meninggalkan Olano yang duduk sendiri di ruang tamu setelah menutup pintu rumah. Oliv hendak menuju dapur namun ia urungkan dan kembali menghampiri Olano.

"Abang!"

"Apaan?" tanya Olano kesal.

"Temenin aku yok ke dapur."

"Hah?" sontak saja Olano kaget. "Bah, apa pulak pakai minta-minta temenin segala. Lah, biasanya kan kau berani dek."

Oliv nyengir seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, Bang, Oliv takut."

"Ya elah, takut apa? Hantu?"

Meringis, Oliv hanya mampu menganggukkan kepalanya. Ia tak mengelak karena memang benar tadi ia ketemu hantu. Tapi Oliv tak berminat ingin menceritakannya pada Olano yang pastinya tidak akan mempercayai ucapannya.

Buktinya saja saat ini pria itu tertawa seraya berujar. "Janganlah kau percaya yang kayak gituan, Liv. Gak ada tuh hantu-hantuan, udahlah sana ke dapur sendirian."

Oliv terlihat kesal mendengarnya. "Ck! Susah amat yakk dimintai tolong."

Dan Oliv bertambah kesal pada Olano yang tak menggubris ucapannya, pria itu malah sibuk bermain games di ponsel androidnya.

Benar-benar menjengkelkan!

"Pengertian dikit kek, kenapa aku sampai takut dan minta di temenin ke dapur. Ini gak, dasar egois!" omel Oliv yang pada akhirnya melangkahkan kakinya menuju dapur.

Masa bodoh lah! Oliv sudah sangat lapar, jadi untuk sementara waktu ini Oliv mengesampingkan dulu perasaan takutnya.

***

Toko buku hari ini tampak sepi, tidak seperti hari biasanya yang selalu ramai. Tapi syukurlah Oliv jadi bisa sedikit lebih bersantai.

Kemarin Oliv harus lembur sendirian untuk menyusun buku-buku yang sedikit berserakan agar tertata rapi. Sementara teman sejawatnya sudah pergi lebih dulu karena ada urusan penting, sementara bos dinginnya alias pemilik toko buku miliknya bekerja juga jarang datang. Bisa dihitung pakai jari deh.

Meskipun dingin dan terkesan sombong, tetapi Oliv betah bekerja disini. Alasannya, tentu saja karena jarak rumah dan toko buku ini tidaklah jauh dan juga bosnya gak kejam walaupun wajahnya datar.

Oliv punya julukan untuk bosnya itu, yaitu si besar kulkas berjalan. Ya, selain dingin bosnya itu juga memiliki badan besar seperti kingkong. Upss!

Sebenarnya sih bosnya itu meskipun berbadan besar dan dingin seperti kulkas, tapi memiliki wajah tampan bak pangeran kerajaan. Oliv akui itu, meskipun dengan berat hati.

"Woiii!"

Oliv menoleh saat seseorang menyikut lengannya. "Apa?"

"Si bos datang tuh," bisik Rahayu. Teman sejawat Olivia, seraya menunjuk ke arah bos dingin yang kini berdiri menatap keduanya.

Sontak Oliv mengikuti arah jari telunjuk Rahayu. Matanya mendelik horor saat melihat sosok si besar kulkas berjalan.

Busyeettt! Aissh, Kapan datangnya nih orang? Kok main muncul tiba-tiba gini.

Tersenyum kikuk Oliv menyapa bos dinginnya. "Pak."

Tanpa menjawab balasan sapaan Oliv, si kulkas berjalan itu main nyelonong pergi setelah memberikan tatapan tajam dan senyum mengejek.

"Sialan!" umpat Oliv kesal. "Benar-benar kulkas berjalan ya tuh orang!"

Rahayu yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan tertawa. Merasa geli dan lucu apabila Oliv ngomel-ngomel persis seperti emak-emak yang lagi marahin anaknya.

"Nape lo?" tanya Oliv melotot.

"Lucu!" sembur Rahayu yang masih tertawa cekikikan.

"Emang lo pikir lawak?" dan Rahayu pun mengangguk.

"Tau deh, terserah lo. Kesel gue sama tuh orang, dingin dan sombongnya minta ampun."

"Eh, huuss, ingat dia itu bos kita." ucap Rahayu memperingatkan.

"Ya, emang. Gue masih waras kali untuk ingat dia itu siapa. Nih ya, kalau gue udah gila mah ya udah gue maki habis-habisan tuh orang."

Rahayu manggut-manggut kemudian menggelengkan kepalanya. "Lo juga sih, habisnya dari tadi melamun sampai gak sadar kalau si bos nyapa kita."

"Dih, percaya banget gue sama mulut penuh dusta loh."

"Beneran, gue gak bohong. Tadi tuh si bos nyapa kita berdua."

"Ciyus? Mi apaan?"

"Mie ayam bakso!" sembur Rahayu kesal. Ini temannya kok jadi nyebelin gini.

"Halah, gue gak percaya." cibir Oliv kekeh pada pendiriannya.

"Ya sudah, terserah lo dah mau percaya apa kagak. Yang jelas gue ngomong yang sebenarnya. Lagian gue juga kaget kali, karena ini untuk pertama kalinya tuh si bos negur kita."

Oliv mengigit bibir bawahnya, merasa kurang percaya tapi sepertinya tidak mungkin Rahayu berbohong. Karena jelas raut wajah temannya itu menunjukkan keseriusan.

"Jadi, beneran si kulkas berjalan sapa kami berdua?"

Tbc....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status