Olivia Gilsa atau yang biasa dipanggil Oliv tersebut tampak berlari ketakutan menerjang kegelapan malam. Bulu kuduknya meremang luar biasa saat ia bertemu dengan seorang nenek tua yang tak dikenalnya tiba-tiba saja menghilang setelah mengatakan sesuatu hal padanya.
Entah nasib sial atau sebuah keberuntungan bagi Oliv hingga bertemu dengan hantu. Ya, Oliv menganggap jika nenek itu adalah hantu. Tapi, hantu baik, mungkin. Sebab nenek itu seperti memberikan sebuah solusi atas masalah yang selama beberapa tahun ini begitu menyiksanya, dan membuat Oliv kehilangan rasa percaya dirinya.
Masalah kutil ini sungguh benar-benar membuatnya frustasi dan juga putus asa. Pernah suatu hari terlintas pemikiran buruk di kepala cantik Oliv untuk melakukan upaya bunuh diri.
Sayangnya Oliv lebih dulu mundur dengan wajah pucat saat melihat silet yang begitu tajam. Ternyata jiwa pengecutnya lebih besar daripada keberaniannya. Oliv membuang silet tajam yang baru dibelinya sejauh-jauhnya.
Niat bunuh diri sirna, dan Oliv kembali di resahkan oleh si kutil-kutil yang tampak menempel nyaman di jari jemari lentiknya.
Huffftt. Kutil sialan!
Setelah berlari cukup lama dan dengan nafas tersengal ngos-ngosan, Oliv memutuskan untuk berhenti. Oliv merasa sepertinya sudah cukup jauh dari tempat ia bertemu dengan nenek tadi.
Astaga!
Kenapa malang sekali dirinya ini, syukurlah untuk menuju ke rumahnya sudah tidak jauh lagi.
Sebenarnya, jarak antara rumah dan toko buku tempatnya bekerja memang tidak terlalu jauh. Jadi Oliv memang sering berjalan kaki, selain untuk berolahraga Oliv juga bisa menghemat ongkos sekalian.
Tapi setelah malam ini sepertinya besok-besok Oliv akan lebih memilih naik sebuah kendaraan untuk pergi dan pulang bekerja. Ya, itu lebih baik dan aman agar ia tidak bertemu lagi si nenek. Walaupun sepertinya baik, tapi tetap saja nenek itu hantu.
Oliv bergidik ngeri bila mengingat kejadian tadi, terus terang saja wajah nenek itu terbayang-bayang di mata Oliv.
Menarik nafas panjang dan membuangnya secara perlahan Oliv mengetuk pintu rumahnya seraya berucap salam. Tak lama pintu rumahnya terbuka dan menampilkan tubuh kekar seorang pria yang tersenyum menatap Oliv.
"Eh, biasa aja dong ngelihatnya. Macam lihat setan aja kau ini, Liv." protes Olano kesal melihat sang adik yang melotot horor ke arahnya.
"Enggak gitu, kaget aja aku. Tumben banget Abang di rumah." cibir Oliv sembari melangkah masuk ke dalam rumah.
"Huum," Olan mengangguk lemah. Disuruh jaga rumah sama Mamak, Bapak."
"Loh, memangnya mereka kemana?"
"Katanya sih tadi pergi jenguk temannya yang sakit."
Oliv manggut-manggut dan beranjak meninggalkan Olano yang duduk sendiri di ruang tamu setelah menutup pintu rumah. Oliv hendak menuju dapur namun ia urungkan dan kembali menghampiri Olano.
"Abang!"
"Apaan?" tanya Olano kesal.
"Temenin aku yok ke dapur."
"Hah?" sontak saja Olano kaget. "Bah, apa pulak pakai minta-minta temenin segala. Lah, biasanya kan kau berani dek."
Oliv nyengir seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, Bang, Oliv takut."
"Ya elah, takut apa? Hantu?"
Meringis, Oliv hanya mampu menganggukkan kepalanya. Ia tak mengelak karena memang benar tadi ia ketemu hantu. Tapi Oliv tak berminat ingin menceritakannya pada Olano yang pastinya tidak akan mempercayai ucapannya.
Buktinya saja saat ini pria itu tertawa seraya berujar. "Janganlah kau percaya yang kayak gituan, Liv. Gak ada tuh hantu-hantuan, udahlah sana ke dapur sendirian."
Oliv terlihat kesal mendengarnya. "Ck! Susah amat yakk dimintai tolong."
Dan Oliv bertambah kesal pada Olano yang tak menggubris ucapannya, pria itu malah sibuk bermain games di ponsel androidnya.
Benar-benar menjengkelkan!
"Pengertian dikit kek, kenapa aku sampai takut dan minta di temenin ke dapur. Ini gak, dasar egois!" omel Oliv yang pada akhirnya melangkahkan kakinya menuju dapur.
Masa bodoh lah! Oliv sudah sangat lapar, jadi untuk sementara waktu ini Oliv mengesampingkan dulu perasaan takutnya.
***
Toko buku hari ini tampak sepi, tidak seperti hari biasanya yang selalu ramai. Tapi syukurlah Oliv jadi bisa sedikit lebih bersantai.
Kemarin Oliv harus lembur sendirian untuk menyusun buku-buku yang sedikit berserakan agar tertata rapi. Sementara teman sejawatnya sudah pergi lebih dulu karena ada urusan penting, sementara bos dinginnya alias pemilik toko buku miliknya bekerja juga jarang datang. Bisa dihitung pakai jari deh.
Meskipun dingin dan terkesan sombong, tetapi Oliv betah bekerja disini. Alasannya, tentu saja karena jarak rumah dan toko buku ini tidaklah jauh dan juga bosnya gak kejam walaupun wajahnya datar.
Oliv punya julukan untuk bosnya itu, yaitu si besar kulkas berjalan. Ya, selain dingin bosnya itu juga memiliki badan besar seperti kingkong. Upss!
Sebenarnya sih bosnya itu meskipun berbadan besar dan dingin seperti kulkas, tapi memiliki wajah tampan bak pangeran kerajaan. Oliv akui itu, meskipun dengan berat hati.
"Woiii!"
Oliv menoleh saat seseorang menyikut lengannya. "Apa?"
"Si bos datang tuh," bisik Rahayu. Teman sejawat Olivia, seraya menunjuk ke arah bos dingin yang kini berdiri menatap keduanya.
Sontak Oliv mengikuti arah jari telunjuk Rahayu. Matanya mendelik horor saat melihat sosok si besar kulkas berjalan.
Busyeettt! Aissh, Kapan datangnya nih orang? Kok main muncul tiba-tiba gini.
Tersenyum kikuk Oliv menyapa bos dinginnya. "Pak."
Tanpa menjawab balasan sapaan Oliv, si kulkas berjalan itu main nyelonong pergi setelah memberikan tatapan tajam dan senyum mengejek.
"Sialan!" umpat Oliv kesal. "Benar-benar kulkas berjalan ya tuh orang!"
Rahayu yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan tertawa. Merasa geli dan lucu apabila Oliv ngomel-ngomel persis seperti emak-emak yang lagi marahin anaknya.
"Nape lo?" tanya Oliv melotot.
"Lucu!" sembur Rahayu yang masih tertawa cekikikan.
"Emang lo pikir lawak?" dan Rahayu pun mengangguk.
"Tau deh, terserah lo. Kesel gue sama tuh orang, dingin dan sombongnya minta ampun."
"Eh, huuss, ingat dia itu bos kita." ucap Rahayu memperingatkan.
"Ya, emang. Gue masih waras kali untuk ingat dia itu siapa. Nih ya, kalau gue udah gila mah ya udah gue maki habis-habisan tuh orang."
Rahayu manggut-manggut kemudian menggelengkan kepalanya. "Lo juga sih, habisnya dari tadi melamun sampai gak sadar kalau si bos nyapa kita."
"Dih, percaya banget gue sama mulut penuh dusta loh."
"Beneran, gue gak bohong. Tadi tuh si bos nyapa kita berdua."
"Ciyus? Mi apaan?"
"Mie ayam bakso!" sembur Rahayu kesal. Ini temannya kok jadi nyebelin gini.
"Halah, gue gak percaya." cibir Oliv kekeh pada pendiriannya.
"Ya sudah, terserah lo dah mau percaya apa kagak. Yang jelas gue ngomong yang sebenarnya. Lagian gue juga kaget kali, karena ini untuk pertama kalinya tuh si bos negur kita."
Oliv mengigit bibir bawahnya, merasa kurang percaya tapi sepertinya tidak mungkin Rahayu berbohong. Karena jelas raut wajah temannya itu menunjukkan keseriusan.
"Jadi, beneran si kulkas berjalan sapa kami berdua?"
Tbc....
Hari weekend seharusnya menjadi surga bagi para pekerja, karena pada hari itu para pekerja dapat libur dan beristirahat. Tapi tidak untuk Oliv dan Rahayu yang tetap bekerja di hari sabtu dan minggu.Si bos dinginnya tak memberikan libur untuk mereka, minimal satu hari saja di hari minggu pun tidak. Benar-benar pelit!"Bete gue!" keluh Rahayu."Kurang piknik," cibir Oliv meledek."Dih, kayak situ gak aja."Dan Oliv pun meringis, "plus kurang belaian juga.""Ishh! Jijik gue dengernya, frontal amat neng.""Hahaha," Oliv tergelak mendengarnya.Sejenak suasana kembali hening, Rahayu yang lebih memilih sibuk dengan ponsel androidnya sementara Oliv yang sibuk memperhatikan jari jemari tangannya.Tatapan Oliv lekat memperhatikan kutil-kutil yang tumbuh merambat banyak di jari jemari lentiknya. Menghela nafas kasar Oliv kembali sed
Olivia merasakan dadanya berdebar tak karuan. Bukan berdebar karena ungkapan cinta melainkan panggilan si kulkas berjalan yang ingin membicarakan sesuatu hal.Batin Oliv bertanya-tanya, ada apa gerangan bos dinginnya itu memanggil dirinya untuk bicara?Sejauh yang Oliv ingat, si kulkas berjalan itu jarang bicara alias irit bicara dan juga irit ekspresi. Bahkan sapaan semalam pun adalah yang pertama kalinya ia dan Rahayu dapatkan dari Devan, nama bos mereka yang super dingin.Oliv menarik nafas perlahan sebelum mengetuk pintu, dan membuka pintu itu perlahan setelah mendengar titah masuk dari bosnya."Saya mendapat komplen dari pelanggan.""Hah?" Oliv terhenyak kaget.Bosnya ini apa tidak bisa menyapa dulu apa? Baru juga Oliv masuk sudah main nyerocos saja.Untuk menghilangkan sikap begonya Oliv pun nyengir, namun nyatanya ternyata tindakan itu justru membua
Devan sadar sepenuhnya kalau hal itu bukanlah urusannya. Oliv mau bertemu dengan siapa saja itu bukanlah urusannya. Tapi, kenapa ia begitu sangat penasaran dan ingin tahu siapa pria yang tengah bersama Oliv saat ini?Keduanya juga terlihat asyik mengobrol dan tak berhenti saking menatap satu sama lain. Dan disaat yang bersamaan itu juga Devan merasakan dadanya sesak, serasa panas terbakar."Aneh!" gumamnya tersenyum geli.Mungkin Devan perhatian pada Oliv karena gadis itu bekerja di toko buku miliknya. Meskipun terkesan sombong, dingin dan juga cuek. Tapi bukan berarti Devan tidak memperhatikan para pekerjanya. Hanya saja ia tidak kelihatan terlalu mencolok menunjukkan sikap perhatiannya. Dan jujur saja, Devan memang lebih sering memperhatikan Oliv ketimbang Rahayu.Setiap satu minggu sekali Devan memang datang mengunjungi toko buku miliknya. Niatnya sih memang ingin melihat perkembangan usahanya, juga sekaligus melihat Oliv dan se
Oliv meringis karena tidak bisa keluar dari situasi ini. Bahkan bos dinginnya kini menuntut jawaban darinya.Menghela nafas sejenak akhirnya Oliv pasrah mengatakan semuanya pada Devan yang awalnya sempat syok. Namun kembali tenang sembari tetap mendengarkan ucapan Oliv."Jadi, hal apa yang membuat pria itu mundur?"Mila gelagapan, menelan kasar air liurnya sendiri. "I-itu karena....""Apa, Liv? Kok kamu dari tadi gugup dan ngomongnya gagap gitu?""E-enggak kok, Pak." Oliv menggeleng."Itu buktinya, k—" ucapan Devan terhenti begitu mendengar suara Adam Levine yang mengalun merdu.Lantas dengan cepat Devan merogoh saku celananya, menatap sebuah nama dilayar ponselnya."Sebentar ya," ucap Devan meminta waktu sebentar pada Oliv yang mengangguk.Devan memunggungi Oliv seraya mengangkat panggilan tersebut. Oliv menatap pun
Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua."Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali.""Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"
Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya.Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana.Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia ken
Ketika pagi tiba Oliv yang sudah terbangun dari tidurnya nyenyaknya langsung bangkit dari ranjang. Melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin milik Rahayu."Wow!" satu hal yang membuat Oliv berdecak kagum adalah kebiasaan Rahayu yang pembersih dan rajin berbelanja untuk kebutuhan isi kulkasnya yang tak pernah kosong.Rahayu terlihat bar-bar dan berantakan diluar, tapi aslinya siapa yang menyangka? Oliv mengambil beberapa macam bahan makanan yang akan ia olah untuk sarapan ini.Semua bahan tersebut ia potong-potong sesuai selera. Yap, Oliv akan membuat sarapan yang simpel saja. Salad sayur, dan sandwich saja.Selesai membuat sarapan Oliv membersihkan peralatan masak yang kotor kemudian membangunkan si kebo yang tidur di sofa ruang tamu."Bangun!" Oliv membangunkan dengan cara menepuk-nepuk bahu abangnya.Namun sayangnya Olano sama sekali tak terusik tidurnya. Oliv
Devan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab segala pertanyaan yang akan Oliv lontarkan. Bagaimanapun juga pastilah wanita di depannya ini merasa curiga soal insiden tadi malam.Begitu sigapnya Devan langsung membawa sang adik tercintanya dan juga sepupu gesreknya keluar dari club malam. Yang tentu saja itu menimbulkan kecurigaan bagi Oliv.Devan baru tahu jika pria yang bersama Rahayu adalah abangnya Oliv. Dan Devan juga baru tahu kalau Olano adalah kekasih dari adiknya, Adel alias Ade Tiwi.Aishh, betapa tak sukanya Devan dengan nama pena sang adik.Dekan yang memberitahukan informasi itu padanya. Hal itu pun Dekan dapatkan dari Adel yang sempat memarahinya karena Dekan yang suka sekali menjahili Oliv dan Rahayu. Tentu saja Adel marah jika Oliv ikut kena imbas kejahilan Dekan, padahal gadis yang Dekan sukai adalah Rahayu. Jadi Rahayu saja yang seharusnya Dekan jahili dan bukannya calon adik iparnya,