Share

BAB 03

Siapa Sebenarnya Suamiku

BAB 03

Malam hari Mas Herman baru pulang diantar Bobi.

"Dek. Gimana cocok sama bodyguard perempuan it? "tanya Mas Herman sambil mengecup keningku.

"Iya Mas..."jawabku singkat tapi lembut.

"Mas kekamar dulu iya mau mandi. "ucapnya sambil berlalu kearah kamar.

Lalu aku menuju dapur membantu Mbok Sannah menyiapkan makan malam untuk kami.

"Aduh Bu jangan nanti Pak Herman marah jika Ibu kedapur."ucapnya ketika melihatku memasuki dapur.

"Udahlah Mbok. Bapak lagi mandi. "Jawabku sambil membawa piring untuk ditata dimeja.

"Tapi Bu..."ucapnya.

"Sudah, ayo siapkan makanannya. Sebentar lagi Bapak selesei mandi. "jawabku sedikit menekan.

Mbok Sannah tidak membatah lagi, kami menyiapkan semua menu makanan dimeja.

Setelah semua selesei. Aku duduk dimeja makan sambil menunggu Mas Herman keluar kamar.

Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit. Mas Herman keluar dan langsung duduk dikursi meja makan. Kami pun makan tanpa ada pembicaraan.

Selesei makan ku ajak Mas Herman duduk dikursi taman belakang.

"Mas... Bolehkah aku tahu tentang rahasia yang Kamu sembunyikan dariku? "tanyaku lembut takut memancing emosi Mas Herman.

"Tidak ada yang Mas sembunyikan. "jawabnya dengan lembut sambil menarik kepalaku agar bersandar dibahunya.

"Bohong! Jika tidak ada yang Mas sembunyikan mengapa aku tidak tahu apapun tentang Mas."ucapku lagi.

"Semua yang Mas lakukan semata-mata untuk melindungimu Dek. "jawabnya dengan mengusap rambutku.

"Mengapa sich Mas. Selalu seperti itu jawaban Mas!"ucapku sedikit kesal.

Mas Herman tidak menjawab lagi. Dia diam entah apa yang dipikirkannya.

Aku teringat ketika aku harus menikah dengan Mas Herman.

Waktu itu sudah terlalu larut malam tiba-tiba terdengar suara pintu rumahku diketuk.

tok.. tok.. tok.. tok.. tok....

Lama aku baru membukakan pintu. Jujur waktu itu, Aku takut karena tidak mungkin orang bertamu selarut ini. Ditambah lagi Bu Susan sedang tidak dirumah.

Aku beranikan untuk membuka pintu karena ketukkan pintu itu tak kunjung berhenti.

Ketika aku buka pintu. Aku terkejut ada seorang laki-laki berdiri membelakangiku.

"Maaf Bapak cari siapa?"tanyaku

"Boleh saya menumpang untuk membuang air kecil?"ucapnya.

Awalnya aku ragu dan takut, namun setelah memastikan kepadaku jika Dia orang baik-baik akhirnya aku mengijinkan Dia masuk.

Naas bagiku. Belum juga sepuluh menit laki-laki itu didalam rumah, tiba-tiba pintuku digedor oleh beberapa pemuda kampung.

Aku sangat terkejut dengan kedatangan mereka.

"Ada apa kalian rame-rame kerumah Ku?"tanyaku bingung.

"Alah Nadia. Jangan pura-pura tidak tahu!!"Jawab salah satu pemuda yang aku sendiri tidak pernah melihatnya dikampungku.

"Maksud mu apa???"Tanyaku.

"Kami tahu. Kamu memasukkan laki-laki kedalam rumah."Ucap pemuda itu lagi.

"Iya... Memang ada seorang laki-laki didalam rumahku, namun aku tidak mengenalnya. Dia hanya mau menumpang kekamar mandi."jawabku pada mereka, namun entah mengapa tidak ada yang percaya kepadaku.

Tiba-tiba, laki-laki itu keluar.

"Nah kan keluar juga."Ucap beberapa pemuda.

"Tunggu ada apa ini?"tanya laki laki itu.

"Halah!!! Sudah jangan banyak ngomong! Ayo kita bawa kepada Pak Rt. "ucap pemuda yang sedari tadi banyak bicara.

Lalu, kami dibawa kerumah Pak Rt.

Setelah dirumah Pak Rt. Aku mencoba menjelaskan semuanya, namun Pak Rt dan para Pemuda itu tidak ada yang percaya.

Mereka menuduhku berbuat Zina dirumahku. Aku sangat marah dengan tuduhan mereka.

"Saya akan menikahi gadis ini besok. "ucap laki-laki yang sejak tadi diam.

"Tunggu!!! Kita kan tidak saling mengenal mengapa kita harus menikah?" jawabku tidak setuju.

"Karena hanya itu satu-satunya cara untuk menghilangkan tuduhan mereka. Apapun yang akan Kamu jelaskan, mereka tidak akan percaya."tutur laki-laki itu dengan santai.

Yang membuatku terkejut lagi adalah Pak Rt. Kerana langsung mengiyakan omongan laki-laki itu.

Pak Rt meminta pemuda-pemuda itu untuk kembali ronda malam. Sedangkan Aku dan laki-laki itu masih dirumah Pak Rt.

Kami duduk berhadapan, sedangkan Bu Rt duduk disamping Pak Rt.

"Pak... Saya benar-benar tidak kenal dengan Dia."ucapku sambil menangis.

"Sudah, Nak jangan menangis, Bapak percaya. Tapi, Para pemuda itu memergoki mu memasukkan laki-laki kedalam rumah, "jawab Pak Rt lembut.

"Tapi Pak, tetap saja Saya tidak mau menikah denga Dia. Saya benar-benar tidak mengenalnya Pak."ucapku dengan isakkan.

"Sudah jangan bersedih. Kita akan menikah besok. Tolong, Pak Rt uruskan segala keperluannya."ucap laki-laki itu dengan santai.

"Tidak! Pokoknya aku tidak mau menikah sama Kamu!"ucapku dengan nada marah.

Pak Rt dan Bu Rt hanya diam menyaksikan perdebatan Kami.

Karena hampir dini hari, Kami pun diminta untuk istirahat, Pak Rt tidak mengijinkanku pulang kerumah. Pak Rt menyuruhku untuk menginap di rumahnya. Akhirnya aku tidur dengan Bu Rt. Sedangkan Pak Rt tidur bersama laki-laki itu di kamar sebelah.

Aku menangis sesegukkan karena memikirkan peristiwa yang terjadi kepadaku.

Bu Rt yang mendengarku sedang menangis lalu memelukku.

"Sabar iya Nak, Mungkin ini sudah menjadi takdirmu."ucap Bu Rt memelukku sambil mengelus rambutku.

"Tapi Bu, Saya tidak mengenalnya, "jawabku dengan masih terisak.

"Terima dengan ikhlas Nak, Mungkin Dia adalah jodoh mu, Ibu yakin Dia laki-laki yang baik."ucap Bu Rt dengan penuh kasih.

"Bagaimana jika Dia bukan orang baik, Bu?" ucapku.

"Nak... Ibu sangat yakin jika Dia adalah sosok laki-laki yang baik dan bertanggung jawab."jawabnya meyakinkan aku.

"Kenapa Ibu bisa seyakin itu? Sedangkan Ibu sendiri tidak mengenalnya." protesku

" Ibu memang tidak mengenalnya, tapi, dilihat dari caranya menyelamatkan harga dirimu itu sudah membuktikan jika Dia adalah sosok laki-laki yang baik." jawabnya.

"Bu... Apakah semua ini nyata?"

"Tentu semua ini nyata Nak... Yakinlah dengan ucapan Ibu. Menikahlah besok, Ibu jamin kamu tidak akan menyesali pernikahan itu terjadi." ucapnya dengan mantap. Seolah Bu Rt sangat mengenal sosok laki-laki yang akan menikahiku itu.

Lalu, Bu Rt mengajak untuk tidur karena sudah larut malam.

Keesokan harinya. Semua persiapan pernikahan telah selesei.

Tepat pukul delapan malam kami melangsungkan Ijab qobul dengan disaksikan hampir seluruh warga kampung.

Aku heran mengapa tidak ada satu warga pun yang mengucilkan aku, bahkan mereka terlihat bahagia dengan pernikahan Ku.

Satu jam setelah Ijab qobul. Kami langsung pamit kepada Pak Rt dan seluruh warga yang ada disana.

Tiga mobil mewah sudah menunggu Kami. Semua warga terlihat kagum dengan mobil-mobil itu.

Aku semakin takut, karena aku tidak tahu siapa laki-laki ini.

Sepertinya, Dia bukan orang sembarangan karena telihat dari iringan mobil yang mengikuti Kami dari belakang.

"Pak. Kita mau kemana?"Tanyaku memberanikan diri.

"Jangan panggil Pak. Mulai sekarang panggil Saya, Mas, Karena sekarang Saya ini adalah suami mu."Jawabnya santai.

"Tapi..."Aku menjeda ucapanku.

"Karena kita beda usia?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Sekarang, Saya adalah suamimu, Saya akan selalu melindungimu."itu jawaban yang membuatku sedikit tenang.

Tiga jam telah berlalu. Mobil sudah memasukki sebuah perumahan yang sangat elite.

Rumah yang begitu mewah dan banyak sekali satpam dipintu gerbang.

Setelah hari itu hidupku berubah seratus delapan puluh derajat.

Aku diperlakukan bak seorang Ratu.

Jika ada yang bertanya kepadaku, Apakah aku bahagia dengan perubahan dalam hidupku?

Jawabanku adalah TIDAK! Aku seperti terpenjara dalam sangkar emas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status