Siapa yang Menghamili MuridkuBab 6 : Dijemput PaksaTiga hari sudah Sandiyya menginap di rumahku dan selama itu pula Mas Bilal terus mendesak untuk segera mengantarnya pulang."Mas, tolonglah ... biarkan Sandiyya tetap di sini beberapa hari lagi," bujukku sambil mengelus punggung pria berotot itu."Dek, baik sama orang itu boleh saja tapi jangan terlalu memasuki ranah kehidupan pribadi seseorang. Mas gak mau kebaikan kamu malah disalahgunakan dan nanti akan menimbulkan masalah baru.""Maksud Mas gimana?""Intinya Mas sangat tidak mendukung keputusan kamu menampung Sandiyya di sini. Dia masih punya ibu, orang yang lebih berhak atas kehidupannya!" tegasnya lagi."Ibunya itu kejam, Mas. Endang takut Sandiyya makin tertekan kalau diantar pulang. Kasihan bayinya kalau sang ibu terlalu stres," ucapku dengan nada memelas, berharap Mas berkumis itu luluh."Bisa jadi panti sosial rumah ini kalau setiap siswamu yang hamil dibawa pulang," lirihnya sambil berjalan menuju kamar mandi.Ah, Mas Bil
Siapa yang Menghamili Muridku Bab 7 : Ide Gila Mas Bilal kembali dari dapur sambil membawa dua piring makanan, pria brewokan itu hobi memasak pas hari minggu begini. "Mas bikin bakso bakar, Sayang, ayo makan!" ucapnya sambil meletakkan piring berisi bulatan bakso yang sudah ditusuk seperti sate. Baunya enak sekali, Kalau Diyya masih ada di sini, pasti bakalan senang dia. Aku hanya diam. Pikiran masih berkecamuk, melayang ke mana-mana, masih mencari cara untuk menghindari pernikahan paksa itu. "Mas .... " panggilku pada pria berotot itu. "Hemmm .... " Dia menatapku sekilas. "Sandiyya mau dinikahkan ibunya sama pria yang tadi, Mas," lirihku sambil menyeka air mata. "Bagus dong, berarti kamu gak perlu berpikir keras lagi. Masalah sudah beres," jawabnya sambil mengunyah. "Tapi, Mas ... pria itu mesum, tukang kawin ... pokoknya gak benarlah ..... " "Itu sudah keputusan ibunya, dia yang paling berhak menentukan nasib anaknya." "Kasihan Sandiyya, Mas. Dalam
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 8 (POV Sandiyya 1)“Awas kamu kalau berani kabur-kabur lagi!” Ibuk mendorongku masuk ke kamar.“Aggh ... sakit, Buk!” rintihku saat terjatuh ke lantai kamar.“Jangan cengeng kamu, gitu aja mau nangis! Jual diri saja kamu happy-happy saja. Dasar anak tidak berguna!” Ibuk mendorong kasar kepalaku hingga membentur dinding.“Udah, Bu, jangan siksa Diyya lagi!” Aku berusaha menghindar dari pukulan bertubi-tubinya.Ibu berhenti memukuliku, napasnya terlihat terengah-engah. Dengan wajah yang merah padam, ia keluar dari kamar dan membanting pintu dengan sangat keras.Dengan sambil menghapus air mata, aku naik ke atas tempat tidur dan duduk selonjoran, sambil memegangi perut yang semakin hari semakin membuncit ini. Walau sedalam apa pun penyesalanku, semuanya takkan kembali seperti dulu. Aku sudah hancur tanpa sisa, bahkan takkan bisa mengumpulkan serpihannya.Kuhapus air mata, sembari mengeluarkan barang paling berharga dalam hidupku sebab mendapatkan perlu
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 9 : POV Sandiyya (2)“Ponsel baru lagi kamu, Feb?” tanyaku pada Febiola sore itu saat kami bertemu di sebuah kafe.“Ya dong, ini dibelin Om Felix,” jawab Febiola dengan memainkan ponsel mahal yang kalau tak salah harganya dua puluh juta.“Baik banget tuh om-om, sampai mau beliin ponsel mahal begitu.” Aku jadi sedikit iri.“Diyya, lo gak mau nanya tas branded mahal gue ini dikasih ama siapa?” Xenna juga mempamerkan tas mahalnya.Aku hanya melengos, iri sudah pasti sebab aku belum berani jika diajak Om-om pergi berdua saja. Aku beraninya kalau dengan mereka, beramai-ramai.“Diyya, bagus gak kalung gue?” Kini Raisa tak mau ketinggalan untuk pamer denganku.“Iya, kalung mutiaramu itu bagus banget, itu mutiara asli, ya, Raisa?” tanyaku takjub melihat perhiasan putih berkilauan yang melingkat di lehernya.“Ya dong, ini asli soalnya Om yang tadi malam itu ... hmm ... dia pemilik usaha permata. Jadi, gue dikasih kalung mutiara deh,” jawab Raisa lagi.“Kalian
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 10 : POV Sandiyya (3)“Soalnya kata Si Om dia mandul, tenang aja! Aku juga udah beberapa kali main sama dia dan aman saja. Kalo lo was-was, bujuk aja Si Om buat pakai pengaman. Nanti sebelum ke hotel, kita ke apotek dulu, buat beli pengaman. Kamu harus santai dan tak boleh memikirkan yang buruk-buruk, yang penting elo bakalan dapatin ponsel kayak gue ini.” Febiola meraih ponselnya dan memainkannya di depanku agar aku semakin tergoda.“Oke deh, Feb, gue akan ikuti semua yang lo bilang. Gue akan santai dan akan memikirkan apa yang akan gue dapat saja jika melayani Si Om seram itu. Tapi lo dah bilang belum, kalau gue mau minta ponsel kayak lo?” Aku kembali bertanya.“Udah sih tadi siang dan Si om juga udah bilang oke soalnya ‘kan dia itu tajirnya nggak ketulungan.” Febiola terlihat mengetik sebuah pesan di ponsel mahalnya itu, mungkinmau nanyain tentang permintaanku.Aku meremas jemari tangan yang terasa dingin, tapi tekad ini sudah bulat. Semua kulakuka
Siapa yang Menghamili MuridkuBab 11 (POV Suryati)Hati Ibu mana yang tak terluka mendapati putri satu-satunya, harapan masa tua dan alasan berjuang seorang diri selama ini dengan bekerja siang-malam, dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan hamil. Hancur, perasaanku sangat hancur. Kejadian yang pernah menimpaku dahulu kini dialami Diyya, tapi bedanya aku memang sudah tak bersekolah dulu dan tak semuda Diyya juga.Bayangan masa lalu mulai berputar di kepala ini, saat aku yang polos dan begitu mudah diperdaya pria berkedok pacar hingga akhirnya aku hamil tapi dia malah kabur setelah mengetahui hal itu. Iya, aku hamil di luar nikah dan menanggung semuanya sendiri hingga aku membenci semua laki-laki dan menutup diri. Kukira duka masa lalu takkan pernah muncul ke permukaan lagi, tapi kini aku kembali merasakan hal itu.Diyya, sungguh tega kamu melakukan ini, Nak. Ibu berharap kamu bisa menjadi anak kebanggaan, dan bisa mengeluarkan Ibu dari kelamnya dosa masa lalu tapi nyatanya kamu sama
Siapa yang Menghamili Muridku? Bab 12 : POV Sandiyya (4) “Assalammualaikum. Apa Sandiyyanya ada?” “Waalaikumsalam. Ada apa mencari Diyya? Kamu ini siapa?” “Saya Zaen, teman satu kelasnya Diyya. Apa boleh saya bertemu dengannya?” “Diyya udah nggak sekolah lagi, pulang kamu sana!” “Iya, saya sudah mendengar beritanya. Apa boleh saya bertemu dia?” “Nggak boleh, Diyya udah mau nikah hari minggu lusa. Pergi kamu dari sini!” Aku yang mendengar sekilas obrolan itu segera melangkah menuju pintu depan, untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengan Ibu di teras. “Siapa, Bu?” tanyaku dengan sambil mengintip ke luar. “Diyya!” “Zaen!” Aku mengerutkan dahi saat mendapati cowok satu kelas yang dulu pernah nembak tapi kutolak waktu itu. “Siapa dia, Diyya? Apa dia yang membuatmu hami?” Ibuk langsung menatap tajam ke arahku lalu beralih kepada Zaen. Aku langsung menarik Ibuk untuk masuk sebab tak enak hati akan tuduhannya kepada Zaen yang tak tahu apa-apa. “Buk, jangan asal tuduh! Yang
Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 13 : Pernikahan DiyyaMalamnya, sambil menunggu kepulangan Mas Bilal, kucari kontak Sandiyya. Aku penasaran sekali dengan keadaan gadis malang itu.[Assalammualaikum, Sandiyya. Gimana kabarnya?] Kukirim pesan itu pada muridku itu, beberapa hari tak tahu kabarnya bikin hati gelisah.[Waalaikumsalam. Baik, Bu.] Aku sedikit lega, pesanku langsung dibalasnya dengan cepat.[Ibukmu gak marah-marah sama mukul lagi, kan?][Nggak, Bu.][Kamu mau nikah sama Juragan Yahya?]Satu menit, dua menit hingga sepuluh menit, tak ada balasan dari Sandiyya.[Sandiyya .... ] Kukirim pesan lagi untuknya.[Iya, Bu.][Kok pertanyaan Bu Endang gak dijawab?][Eh, maaf, Bu, ketiduran. Mau, Bu. Sandiyya mau nurut apa kata Ibuk saja.][Jadi, kamu ridho jadi istri keempat Juragan Yahya?][Insyallah, Bu. Doakan saja semoga semuanya berjalan lancar. Ibu datang ya! Akad nikahnya hari minggu lusa.][Insyallah. Kalau ada apa-apa, segera kabari Bu Endang ya. Jangan disimpan sendiri saja