Share

Mendatangi Kepsek

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-11-24 15:46:20

Siapa yang Menghamili Muridku?

 

Bab 4 : Mendatangi Kepsek

 

Sebelum menuju sekolah, kubelokan sepeda motor ke arah rumah Sandiyya. Tak mengapa datang agak siang, lagipula jam mengajarku hari ini cuma ada di jam terakhir saja. Aku harus bisa memberikan pengertian pada wanita khalaf itu, jiwanya tidak beres. Seenaknya saja mau membunuh darah daging sendiri. Dikira binatang apa, masih banyak wanita lain yang tak dikaruniai anak.

 

Kuparkirkan sepeda motor di depan rumah sederhana itu, lalu mengucap salam. Tak ada sahutan dari dalam, pintu rumah juga tertutup rapat.

 

"Cari siapa, Mbak?" Dua orang wanita paruh baya menghampiriku.

 

"Yang punya rumah ada gak ya, Bu?" tanyaku sedikit bingung menjawab pertanyaannya sebab aku tak tahu nama dari Ibuk Sandiyya.

 

"Oh, Suryati jam segini masih kerja, Mbak. Sore atau malam baru ada di rumah," jawab wanita yang berjilbab panjang tapi berdaster cuma di bawah lutut.

 

"Iya, dia buruh cuci keliling dari rumah ke rumah gitu," timpal wanita yang tidak berjilbab, dengan rambut berwarna pirang.

 

Aku manggut-manggut saja mendengar jawaban dua wanita berdaster itu.

 

"Kalau boleh tahu, Mbak ini siapa, ya? Ada perlu apa sama Suryati?"

 

"Ah, ya sudah, saya permisi. Terima kasih." Aku berjalan mendekati sepeda motor, serem juga dikerubuti ibu-ibu tukang gosip ini.

 

Si Ibu-ibu berdaster itu malah mengejarku dan berkata, "Mbak pasti gurunya Diyya, ya?" tebaknya.

 

Aku hanya tersenyum miring sambil memakai helm.

 

"Sandiyya itu anak gak tahu diri, Mbak. Gak kasihan sama orangtua. Dia dikeluarin dari sekolah karena hamil, kan?" selidiknya dengan antusias.

 

Ya tuhan, ternyata kasus Sandiyya sudah menyebar ke para tetangga, kasihan anak itu.

 

"Kami sudah curiga sama tampilan body anak itu yang kian hari makin berisi, nah ... ternyata benar," ocehnya ibu-ibu yang satunya lagi.

 

"Heran, jadi anak kok bisanya cuma buat susah orangtua saja," sambung yang satunya lagi.

 

"Ya sudah, Bu. Saya permisi, assalamualaikum." Aku segera menyalakan sepeda motor dan tancap gas. Tak kuasa telinga ini mendengar dua wanita itu terus menghakimi Sandiyya.

 

***

 

Setelah menyimpan tas di ruang guru, aku bergegas menuju ruang kepala sekolah. Rasanya tidak puas dengan keputusannya yang langsung mengeluarkan Sandiyya dari sekolah. Kuketuk pintu perlahan, terlihat Pak Yoga sedang duduk di kursinya.

 

"Assalamualaikum, Pak, boleh saya masuk?"

 

"Silakan, Bu Endang," jawabnya ramah.

 

Aku langsung duduk di hadapan pria berkaca mata tebal dengan rambut jarang itu.

 

"Ada apa, Bu Endang?"

 

"Masalah Sandiyya, Pak."

 

"Oh, kenapa?"

 

"Kenapa Pak Yoga langsung mengeluarkan dia?"

 

"Oh, masalah itu. Sandiyya sudah melanggar aturan sekolah, yaitu hamil."

 

"Tapi, Pak ... Sandiyya siswa berprestasi. Dia pernah membuat harum nama sekolah dengan mendapatkan juara satu lomba olimpiade matematika. Apa tidak ada keringanan baginya untuk tetap mendapatkan pendidikan."

 

"Bu Endang, saya paham maksud Ibu. Ini sudah menjadi aturan di semua sekolah, setiap siswa yang ketahuan hamil pasti langsung dikeluarkan."

 

"Tapi, Diyya masih ingin sekolah, Pak."

 

"Ini sudah menjadi resiko atas perbuatan yang telah dia lakukan."

 

"Apa tidak ada pengecualian untuk siswa berprestasi, Pak? Tolong pertimbangkan lagi keputusan, Pak Yoga!"

 

"Maaf, Bu, tetap tidak bisa."

 

"Kasian Sandiyya, Pak. Dia masih ingin tetap sekolah .... "

 

Pak Yoga terdiam, semoga saja ia bisa mengubah keputusannya.

 

"Pak, saya mohon, nama Sandiyya jangan dikeluarkan dari sekolah walaupun ia tidak datang ke sekolah lagi. Ia bisa tetap belajar di rumah. Nanti kalau pas ulangan, ia juga bisa ikutan ulangan dari rumah. Saya yang akan jadi pengawasnya."

 

"Bu Endang, saya mohon maaf, tetap tidak bisa seperti itu. Begini saja, Bu, setelah Sandiyya melahirkan nanti, daftarkan di Sekolah Paket B. Setelah lulus, baru lanjut ke Paket C. Lulusan Sekolah Paket juga bisa kuliah kok."

 

Bersambung ....

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Tamat

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 59 : Tamat“Selama, Sandiyya, kamu berhak atas nilai ‘A’ dalam skripsimu ini.” Dosen pembimbing menyalamiku.Ya Allah, air mata kebahagiaanku jatuh tak tertahan, aku tak menyangka kalau akan mendapatkan nilai terbaik. Aku langsung melakukan sujud syukur.“Selamat, ya, Sandiyya. Semoga gelar Sarjana Pendidikan ini bisa kamu manfaatkan sebagai mana mestinya!” Kepala Jurusa Prodi Matematika memasangkan tanda lulus yang bertuliskan “Sandiyya, S,Pd” di bahuku, seperti putri Indonesia tampilanku saat ini, senang tak terkira hatiku.Air mata masih tak dapat kutahan, aku tersenyum senang dan menyalami dua dosen penguji, dosen pembimbing juga Kepala jurusan.“Sayang, selamat, ya.” Om Egi menyalamiku saat ruangan mulai sepi, para dosen sudah keluar dari ruangan sidang.“Makasih, ya, Mas, semua ini tak lepas dari dukungan kamu, Bu Endang, Ibuk juga anak-anak. Aku persembahkan keberhasilan ini kepada kalian,” jawabku sambil menerima uluran tangannya.“Kita pulan

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Lega

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 58 : LegaSaat membuka mata di pagi hari, aku merasa semua drama yang terjadi semalam adalah mimpi. Akan tetapi, pria yang masih terlelap di sampingku ini membuatku yakin kalau hal semalam adalah nyata adanya.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menarik napas lega, hati ini terasa berbunga-bunga saat ini. Nggak nyangka saja, kalau kini aku telah resmi menjadi istri Om Egi. Melani, dia wanita tegar, yang rela mundur dari pernikahannya. Aku berhutang budi kepadanya, kalau bukan karena dia, aku tak yakin bisa menikah Papa dari putraku itu.“Selamat pagi, Sayang.” Sebuah pelukan serta ciuman mendarat di dahiku.Aku menoleh dan menahan senyum, sedikit malu juga sebab pagi status kami tak lagi seperti kemarin lagi.“Saya mau mandi dulu,” ujarnya sambil melepaskan pelukannya dariku lalu turun dari tempat tidur.Aku mengangguk lalu melipat selimut juga merapikan bantal. Jadi kangen dengan anak-anak, sedang apa mereka dan di mana? Kuraih ponsel dan melak

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Trauma

    Siapa yang Menghamili MuridkuBab 57 : Trauma“Terima kasih, ya, Tante Melani. Diyya janji akan selalu mengingat pesan ini, terima kasih juga atas—“ Aku tak bisa melanjutkan kata-kata ini, hanya air mata yang kembali menjawab semua ini.“Iya, sama-sama, saya mengerti, semoga kalian selalu bahagia.” Melani melepaskan pelukannya.Bu Endang menghampiri Melani dan memeluknya, mereka sedikit menjauh dan terlihat berbicara. Om Egi dan aku mendekat kepada Ibuk lalu salim kepadanya.“Jaga putri Ibuk yang masih kekanak-kanakan ini ya, Egi, cinta dan sayangi dia. Tuntun dan bimbinglah dia menjadi istri yang sholeha dan berbakti kepada suami. Ibuk sangat senang kalian bisa berjodoh,” ujar Ibuk dengan sambil menepuk pundak Om Egi.“Insyallah, Buk,” jawab Om Egi.Aku langsung memeluk Ibuk dan menangis di pundaknya, dan Ibuk mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya untuk kami.“Bu Melani, terima kasih, telah menikahkan putri saya dengan pria yang ia sayangi tapi tak berani ia ungkapan karena masa lalu

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Pergantian Mempelai

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 56 : Pergantian Mempelai“Maafkan aku, Melani!” Om Egi menundukkan kepalanya.“Semua ini tak cukup hanya dengan meminta maaf saja, Egi! Kamu kenapa sih? Kalau memang tak mau nikah denganku, kenapa nggak bicara terus terang saja!” Melani menatap tajam Om Egi dan mengangkat wajah pria bertubuh tinggi itu hingga mereka bertatapan.“Semua terjadi tanpa kuasaku, bukan mauku seperti ini, Melani!” jawab Om Egi dengan suara parau, wajahnya terlihat kacau saat ini.“Jadi maumu apa?!” Melani berteriak marah yang membuat aku memegangi dada karenanya. “Apa maumu menikah dengan gadis muda ini? Bilang dong sama dia, jangan menjadikanku korban begini!”Om Egi terdiam.“Lalu kamu ... Sandiyya ‘kan namamu? Kenapa kamu menolak Egi kalau kamu tak ikhlas melihat dia menikah denganku?!” Melani kini menatapku tajam.“I—iya ... nggak gi—gitu, Tante ... Diyya i—ikhlas kok kalian me—menikah .... “ jawabku dengan terbata-bata, mati kutu rasanya dimarahkan calon istrinya Om

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Menghitung Hari

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 55 : Menghitung HariSejak malam itu, aku mulai menghitung hari. Om Egi juga tak pernah datang atau juga mengirimkan chat. Aku juga enggan menangis sebab air mata suka jatuh dengan sendirinya walaupun aku tak mau menangis.Bu Endang, dia sangat senang mengetahui Om Egi akan menikah walau ada hati yang terluka atas hal itu. Guru tersayangku itu tak tahu kalau ada sesuatu diantara kami yang memang tak diketahui oleh siapa pun, kecuali hati kami berdua.Bu Endang itu sudah sibuk mengurusi anak kembarnya yang sedang aktif-aktifnya, jadi wajar saja kalau dia takkan sempat memantau hubunganku dengan Om Egi. Kalau dia tahu ada apa-apa diantara kami, dia pasti takkan membiarkan Abangnya mau menikahi wanita lain. Ah, sudahlah, ini sudah keputusanku dan mungkin saja sudah takdir dari Yang Maha Kuasa.Hari ini, tanggal di kalender yang kulingkari sudah berjumlah 6, dan itu tandanya kalau besok adalah yang paling menyedihkan akan tiba. Aku harus kuat, kebaya unt

  • Siapa yang Menghamili Muridku?   Mencoba Ikhlas

    Siapa yang Menghamili Muridku?Bab 54 : Mencoba IkhlasHari ini kondisiku sudah semakin membaik, mungkin karena bubur dan obat yang diberikan langsung oleh orang yang kusayangi tapi takkan lama lagi dia tidak akan bisa seperhatian ini lagi jika sudah menikahi Melani nanti. Melani akan menjadi wanita paling beruntung karena memiliki pria sebaik dan perhatian seperti Om Egi, hanya aku yang akan menangis sepanjang jalan atas isi hati yang tak bisa tersampaikan kepadanya.[Bagaimana keadaan Mamanya Dio? Apa perlu saya bawa ke dokter hari ini?]Itu chat dari Om Egi yang membuat suasana hati semakin membaik, apalagi saat membayangkan senyum juga tatapannya, aku jadi tersenyum sendiri.[Udah sembuh, Om, terima kasih, ya.]Kubalas chat dan berharap ia tak kembali membalasnya, sebab aku harus bisa membiasakan diri tanpa perhatiannya walau sebenarnya aku senang akan semua sikap manisnya selama ini. Om Egi, aku sayang sama Om tapi maaf ... aku belum bisa menjadi pendamping terbaik untukmu. Aku a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status