Dua hari sudah berlalu sejak menghilangnya Nadira. Semua orang sudah mengerahkan tenaga mereka untuk mencari keberadaan Nadira. Polisi dan bahkan detektif sewaan Adskhan seolah tidak mendapatkan titik temu dimana keberadaan Nadira. Indonesia bukanlah Negara berteknologi canggih dimana setiap sudut tempatnya memiliki CCTV. Bahkan Negara maju pun masih memiliki kekurangan akan hal itu. Dan hal ini, semakin mempersulit pencarian.
Belum lagi kondisi Erhan yang tidak baik-baik saja. Pria itu bahkan enggan untuk tidur dan memilih untuk mencari Nadira sepanjang malam dengan mengendarai mobilnya. Seolah-olah hal itu bisa membantu. Seolah dengan mengelilingi kota dia tiba-tiba akan melihat Nadira berlarian di pinggir jalan.
Bukannya membuat keadaan semakin baik, Erhan malah membuat keadaan semakin memburuk. Dan sekarang, mereka terpaksa meminta Gilang untuk membuat Erhan tak sadarkan diri. Kalau
Nadira merasa haus. Tenggorokannya benar-benar kering. Ia tidak tahu apa yang dilakukan kedua orang itu sampai ia benar-benar merasa begitu tak kuasa bergerak. Obat apa yang mereka gunakan? Sudah berapa banyak dosis yang mereka berikan? Ia membuka mata dengan kepala yang terasa pening.“Kau sudah bangun?” sebuah suara menyambutnya saat matanya terbuka. Ruang yang sebelumnya gelap saat terakhir kali Nadira terbangun kini sudah benar-benar terang. Dan orang yang mendekatinya, Nadira mengerutkan dahinya dalam keadaan lemasnya. Siapa dia? Tanyanya pada diri sendiri.“A..ir..” bisik Nadira dengan susah payah. Tenggorokannya benar-benar terasa perih saat mengucapkan satu kata itu.“Kau mau minum?” tanyanya dengan perhatian. Orang itu kemudian meraih gelas dan memasukan sedotan ke dalamnya sebelum mendekatkan
“Ya, aku menyukaimu bukan sekedar teman. Aku menyadari itu kalau aku melihatmu tersenyum pada Chasel dan disini,” tunjuknya kembali pada dadanya. “Disini aku merasakan tak suka.” Ucapnya dengan wajah berubah marah. “Terlebih saat kau harus melakukan pemotretan dengan para pria, aku semakin tak suka.” Lanjutnya.“Aku selalu berusaha mendapatkan proyek yang sama denganmu supaya kau tidak terlibat dengan siapapun pria di agency ataupun diluar agency. Aku mencoba menghentikan mereka semua untuk mendekatimu.Hingga kemudian tujuh bulan lalu. Aku sadar, bahwa tindakanku untuk melakukan operasi itu salah. Aku ingin mengakuinya kepadamu. Aku ingin mengatakan siapa diriku yang sebenarnya kala itu. tapi rasanya sulit. Aku takut kau memandangku dengan jijik. Karena itulah, perlahan aku mulai membuatmu menyadari keberadaanku. Kumulai dengan buket dan juga b
Sambungan telepon terus saja berdering memberitahukan informasi yang tidak semuanya benar. Atau sama sekali tidak ada yang benar. Para pemburu hadiah berbondong-bondong memberikan kabar palsu tentang penemuan Bianca. Mereka mengatakan bahwa mereka menemukan Bianca, tapi saat ditelusuri oleh tim detektif yang disewa Adskhan, tidak pernah ada Bianca ataupun Nadira disana.Kesal? Tentu saja mereka kesal. Lebih menjurus pada marah, sebenarnya. Bagaimana tidak, mereka menjadikan nyawa seseorang sebagai bahan lelucon.Dan sekarang, Adskhan sudah mengerahkan lebih banyak orang untuk pencarian Bianca palsu itu. Mereka sudah berkomunikasi dengan pihak kepolisian Thailand karena makhluk tak jelas itu diduga telah menghabisi dua nyawa, atau bahkan lebih?Mereka berkumpul di ruangan Adskhan. Lucas, Adskhan, Ganjar, detektif yang mereka sewa dan tak lupa Erhan yang kini sedang berjalan mondar-mandir dengan kondisi yang bisa dikatakan
Adskhan menghubungi seseorang kembali. Dia menyebutkan sebuah alamat pada orang yang dihubunginya. “Kerahkan semua orang secara diam-diam untuk memantau. Dan buat seluruh persiapan, bahkan untuk persiapan terburuknya.” Perintahnya pada orang di seberang sana.“Siap, Sir.” Ucap pria itu dengan tegas.Lucas dan Erhan yang baru saja kembali dari pencarian mereka kini memandang Adskhan dengan tatapan tajam. “Kau benar-benar sudah menemukannya?” tanya Erhan ingin tahu.“Ini hanya kemungkinan, Erhan. Tenanglah.”“Sial! Bagaimana aku bisa tenang, Khan. Dan berhenti mengucapkan kalimat itu padaku!” bentaknya seraya memelototi kakak sepupu tertuanya itu.“Dengarkan aku, Erhan. Kemarahan dan kepanikanmu tidak akan menyelesaikan masalah.” Ucap Adskhan dengan nada yang masih datar. Ia tidak ingin terpancing oleh emosi Er
“Mereka sudah tahu kalau mereka dikepung.” Ucap si detektif pada Adskhan dan Lucas. Bergegas semua yang ada di dalam mobil itu turun dan berlari menuju ke dalam rusun dan menuju lift yang ada disana. Mereka menekan tombol ke lantai terakhir yang diserukan oleh si detektif.Keluar di lantai lima belas, berharap bisa menangkap kedua penjahat itu dari atas, mereka meleset karena kedua pria itu sudah naik menuju lantai teratas rusun.Adskhan, Lucas, Erhan dan tiga detektif yang naik bersamaan mendengar sebuah seruan dari bagian luar lantai teratas. “Lepaskan dia sekarang, maka kau akan kami biarkan pergi!” seruan bernada negosiasi terdengar tepat saat keenam orang itu memunculkan wajahnya ke bagian luar atap rusun.Tatapan kedua pria yang berdiri di ujung dinding setinggi satu meter itu langsung tertuju pada tiga Levent bersaudara. “Kalian?” dengusnya. “Sebegitu pengecutkah kalian sa
Erhan tidak peduli apa yang terjadi dengan dua orang yang sudah membawa Nadira darinya. Yang ia pikirkan saat ini adalah membawa Nadira ke rumah sakit dan mengetahui apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Ia bahkan tidak peduli kalau ia meninggalkan Lucas dan Adskhan di lokasi kejadian. Ia menuruni rusun dengan lift dan segera menghampiri mobil terdekat yang disupiri oleh salah satu tim detektif sewaan Adskhan.“Bawa aku ke rumah sakit terdekat secepat mungkin.” Perintahnya pada pria yang duduk di balik kemudi. Tanpa banyak kata, pria itu langsung menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan maksimal yang ia bisa.Mereka sampai di rumah sakit terdekat dari rusun hampir sepuluh menit kemudian. Erhan membawa Nadira langsung ke dalam IGD dan memanggil dokter yang ada disana. “Tolong periksa dia. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kenapa dia bisa seperti in
Nadira kembali merasakan pening dikepalanya. Tubuhnya terasa lemas, bahkan sebelum dia melakukan apa-apa. Dia menggerakkan bola matanya dan kemudian membuka kelopaknya secara perlahan. Silau cahaya membuatnya merasa semakin pening.“Aşkım, kau sudah bangun?” suara pria yang bertanya membuatnya mengernyit. Haruskah pria itu bertanya dengan nada yang begitu lantang hingga membuat telinganya sakit? Batin Nadira dalam hati. “Istriku sadar, panggil dokter kemari!” Suara itu kembali memberikan perintah yang entah dia berikan pada siapa. “Aşkım, buka matamu. Lihat aku.” Pintanya dengan nada yang lebih lembut.Nadira kembali membuka mata. Di depannya dia melihat sosok pria berwajah tampan dengan mata keemasannya yang tampak memandang ke arahnya dengan sorot khawatir.“Aşkım, kau bisa melihatku?” tan
Erhan hanya bisa terdiam lemah memandangi calon istrinya, kekasihnya, pujaan hatinya memandangnya dengan tatapan tak mengenali. Sakit? tentu saja Erhan merasa sakit. jika sebelumnya Nadira memandangnya dengan tatapan penuh cinta, kini tatapan itu menghilang begitu saja. Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi padanya?Dokter yang menangani Nadira seketika memandang ke arahnya. Pria itu meminta Erhan untuk mengikutinya tanpa suara. Lucas, yang hanya bisa memandang sang istri sedang menenangkan sahabatnya turut mengikuli Erhan dan sang dokter. Dalam perjalanan menuju ruangan dokter tersebut, mereka berpapasan dengan Adskhan dan juga Caliana yang tampak kesusahan dengan perut besarnya.“Kalian mau kemana?” tanya pria itu lebih kepada Lucas.“Ada sesuatu yang perlu dokter bicarakan.” Jawab Lucas dengan lirih. “Gisna ada didalam. Dia menemani Nadira.”“Nadira sudah bangun