“I—iya. Aku akan balik ke ruangan,” jawab Lisa.
Ia langsung membalikkan badan dan berjalan keluar dengan tergesa. Deasy yang duduk di depan Ghalib terdiam beberapa saat, kemudian mulai membuka suara.
“Apa benar dia adik Anda, Tuan?” Deasy penasaran.
Ghalib berdecak sambil menatap Deasy dengan datar. “Menurut Anda, bagaimana? Apa mungkin aku punya adik seperti dia?”
Deasy tersenyum sambil mengendikkan bahu. Ghalib mengabaikan reaksinya kemudian mulai membuka beberapa berkas di mejanya.
“Kita bahas kerja sama kita saja. Itu tujuan Anda datang ke sini, bukan?”
Deasy mengangguk kemudian sudah mengeluarkan berkas dari dalam tasnya. Ia tidak mau membuat Ghalib tidak nyaman. Terserah apa ucapan Lisa tadi, yang penting Deasy bisa menikmati kebersamaannya bersama Ghalib hari ini.
Sementara itu Lisa tidak kembali ke ruangannya, malah sibuk berjalan-jalan ke ruangan yang lain. Kini dia tampak
“I—iya. Aku akan balik ke ruangan,” jawab Lisa.Ia langsung membalikkan badan dan berjalan keluar dengan tergesa. Deasy yang duduk di depan Ghalib terdiam beberapa saat, kemudian mulai membuka suara.“Apa benar dia adik Anda, Tuan?” Deasy penasaran.Ghalib berdecak sambil menatap Deasy dengan datar. “Menurut Anda, bagaimana? Apa mungkin aku punya adik seperti dia?”Deasy tersenyum sambil mengendikkan bahu. Ghalib mengabaikan reaksinya kemudian mulai membuka beberapa berkas di mejanya.“Kita bahas kerja sama kita saja. Itu tujuan Anda datang ke sini, bukan?”Deasy mengangguk kemudian sudah mengeluarkan berkas dari dalam tasnya. Ia tidak mau membuat Ghalib tidak nyaman. Terserah apa ucapan Lisa tadi, yang penting Deasy bisa menikmati kebersamaannya bersama Ghalib hari ini.Sementara itu Lisa tidak kembali ke ruangannya, malah sibuk berjalan-jalan ke ruangan yang lain. Kini dia tampak
“Siapa yang bilang kamu jadi manager keuangan?”Tiba-tiba suara Ghalib menyeruak di antara kerumunan karyawan. Tak ayal semua langsung membuka jalan dan mengizinkan Ghalib lewat. Lisa tampak terkejut, tapi dia langsung tersenyum sambil menyambut Ghalib.“TURUN!!!” Ghalib kembali berseru.Lisa terjingkat kaget. Dengan ketakutan dia turun dari podium. Kemudian Ghalib melihat ke arah karyawannya.“Apa kalian ingin dipecat semua hari ini?”Seketika kerumunan karyawan itu bubar dan berlarian kocar-kacir menuju lift. Bahkan ada yang terpaksa menggunakan tangga. Hanya tinggal beberapa orang saja di area lobby. Termasuk, Ghalib, Lisa, Pak Jonas dan Lea.“Kamu hanya kujadikan staf keuangan. Bukan manager keuangan. Bego banget, sih. Masa gak ngerti bedanya.”Lisa terdiam, menundukkan kepala dan tak berani bersuara. Kemudian Ghalib melihat Pak Jonas.“Pak, antar dia ke ruangannya. Ruan
“Ghalib, Nenek dengar kamu menempatkan Lisa sebagai office girl di kantormu. Apa benar?” tanya Nyonya Emilia di telepon sore itu.Ghalib yang baru saja selesai meeting hanya diam sambil menatap kosong ke depan. Ghalib yakin Lisa telah mengadu ke Tuan Fandi, kemudian Tuan Fandi mengadu ke neneknya. Tuan Fandi tahu jika Ghalib sangat menurut pada Nyonya Emilia. Itu sebabnya sengaja langsung mengadukannya.Ghalib menarik napas panjang sambil mengacak rambutnya.“Aku hanya menempatkan dia berdasarkan pendidikannya, Nek. Dia hanya lulusan SMP, masa mau aku taruh di manager.”Nyonya Emilia terdiam sambil menghela napas panjang. Ia sangat mengerti watak cucunya. Jika Ghalib sudah membenci seseorang pasti akan selamanya seperti itu.“Iya, Nenek tahu. Namun, kamu juga harus ingat status dia apa, Ghalib.”Ghalib membisu. Bahunya naik turun, sambil berulang kali menghela napas. Terlihat sekali jika dia sedang menahan
“APA-APAAN INI!!! Kenapa malah jadi office girl? Aku mau jadi manager, bukan office girl.”Lisa terlihat kesal bahkan melempar baju yang baru saja diberikan Pak Jonas ke lantai. Pak Jonas terdiam, memungut baju sambil menatap datar Lisa.“Saya hanya menjalankan perintah saja, Nona.”Lisa terlihat murka. Ia membalikkan badan kemudian keluar dari sana dan berjalan menuju ruangan Ghalib. Ia sengaja melebarkan langkahnya agar bisa segera menemui Ghalib. Namun, begitu sampai di ruangan Ghalib, Lisa harus kecewa. Pria tampan itu sudah tidak ada di sana.“Sialan!!! Akan aku laporkan ke Ayah!!!”Lisa memilih berjalan keluar ruangan Ghalib menuju lift. Sepertinya dia akan meninggalkan kantor ini. Pak Jonas yang melihatnya dari jauh hanya mengulum senyum saja. Pria paruh baya itu sudah menduga, Tuan mudanya tidak akan bersungguh-sungguh mengizinkan Lisa bekerja di sana.Sementara itu Ghalib tampak tertawa terbahak-b
“Tuan, ada Tuan Fandi ingin bertemu,” ucap Pak Jonas sore itu.Ghalib hanya diam sambil melirik asistennya sekilas. Ia sudah menduga ayahnya akan menemuinya lagi usai ulahnya tadi ke Lisa. Melihat tidak ada jawaban dari Ghalib, Pak Jonas kembali bersuara.“Tuan … .”Ghalib menghela napas panjang, mengangkat kepala sambil melihat Pak Jonas.“Suruh dia masuk!!”Pak Jonas mengangguk kemudian tak lama pria paruh baya itu sudah keluar dari ruangan Ghalib. Setelahnya terlihat Tuan Fandi yang masuk ke dalam ruangan.Ghalib masih menunduk dan terlihat sibuk dengan berkas di tangannya. Namun, meski demikian ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat menghampirinya.“Apa pelakor itu yang memintamu ke sini?” sapa Ghalib.Tuan Fandi terdiam, menghela napas dengan jakun yang naik turun.“Apa kamu bisa menghilangkan julukannya, Ghalib? Dia adikmu.”Ghalib mendengkus, mendongak menatap Tuan Fandi dengan tajam.“Dia anakmu, bukan anak ibuku. Jadi dia bukan adikku. Jangan paksa aku!!!”Tuan Fandi
“LISA!!!??”Lea sangat terkejut saat melihat Lisa ada di sini. Penampilannya sudah berubah, bahkan Lea melihat perut Lisa sudah rata. Apa dia sudah melahirkan?“Kamu pasti terkejut melihatku di sini, bukan?”Seolah tahu dengan tanya di benak Lea, Lisa kembali bersuara. Lea hanya diam tidak berkomentar, tapi dia melihat reaksi berbeda yang ditunjukkan pria tampan di sampingnya.Lisa tersenyum miring sambil melihat Ghalib dengan sudut matanya.“Ghalib, kenapa kamu tidak jelaskan padanya tentang status kita?”Lea semakin terkejut dan menoleh ke Ghalib seakan meminta penjelasan. Ghalib hanya menyeringai sambil membalas tatapan Lisa.“Mau menjelaskan apa?”“Katakan saja jika kita adik kakak!!!”Sontak Lea terperangah saat mendengar ucapan Lisa. Sementara Ghalib hanya tertawa mendengar ucapan Lisa.“Adik kakak dari mana? Ayahku sudah mati dan bajingan itu