Share

Bab 163

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 11:00:21

“HAH!!!”

Ghalib langsung membuka mulut dengan mata pekatnya yang ikut melebar. Padahal ia sudah sangat penasaran dengan jawaban Lea, tapi setelah mendengar jawaban Lea. Ghalib makin terkejut.

“Babe, kamu jangan bercanda, deh. Kenan sudah meninggal. Mana mungkin dia yang melakukannya.”

“Kamu sengaja berkata seperti itu untuk membuatku cemburu, kan?”

Lea berdecak sambil menyugar rambutnya.

“Enggak. Ngapain juga aku buat kamu cemburu. Apa perlu aku kirim kartu ucapan yang tertera di buket bunganya?”

Ghalib membisu, tapi kepalanya mengangguk pelan.

“Kamu serius, Lea?”

Lea mendengkus sambil menganggukkan kepala.

“Iya. Aku bahkan sempat melihatnya saat kita makan malam di kafe kemarin malam.”

Belum habis rasa terkejut Ghalib, kini Lea kembali menambahkan keterangannya.

“Babe … kamu gak sedang gigau, kan?”

Lea berdeca

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 172

    Seketika mata Nyonya Emilia melebar dengan mulut setengah terbuka dan ekspresi terkejut. Ia tidak menduga cucu kesayangannya akan benar-benar menentangnya kali ini.“Selamat malam.”Ghalib berpamitan dan langsung keluar dari ruangan itu. Semua penghuni di dalam ruangan semakin kebingungan dibuatnya dan tak berani bereaksi sedikit pun.Tuan Fandi melihat Nyonya Emilia dengan tajam. Sementara wanita itu hanya diam dan terlihat linglung. Tubuh wanita itu tiba-tiba limbung dan dalam hitungan detik sudah tak sadarkan diri.“MAMA!!!”Untung saja Tuan Fandi dengan sigap menangkapnya sehingga tubuh Nyonya Emilia tidak langsung jatuh ke lantai.Sementara itu Lea hanya terdiam sambil sesekali melirik Ghalib yang fokus mengemudi di sampingnya. Lea tidak menduga jika Ghalib berani menentang Nyonya Emilia dan menerima ancamannya.Lea menghela napas perlahan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Sedikit banyak ia merasa

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 171

    “Maaf, kami terjebak macet tadi,” ucap Ghalib dengan ramah.Ia tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala memberi salam kepada semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Hal yang sama juga dilakukan Lea.Namun, tentu saja ulah mereka berdua membuat Nyonya Emilia marah. Wanita itu terus menatap Ghalib dengan mata menyalang dan wajah tegang. Seolah bersiap meletuskan amarah yang sudah ia pendam.Berbanding terbalik dengan Tuan Fandi yang langsung tersenyum melihat kehadiran putra dan calon menantunya. Bahkan Tuan Fandi meminta pelayan untuk membawakan kursi lagi untuk Lea.“Ayo, duduk, Ghalib, Lea!!”Tuan Fandi memberi perintah. Tak ayal mereka berdua sudah duduk berdampingan, Tuan Fandi memilih menggeser duduknya hingga kini posisinya berhadapan dengan Deasy.Sementara Deasy berserta kedua orang tuanya terlihat bingung dengan kehadiran mereka. Tuan Henry dan Nyonya Ana tampak beberapa kali saling berpandangan den

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 170

    Sontak Lea terdiam. Matanya mengunci Ghalib dan beberapa kali mengerjap untuk memastikan yang ia dengar ini bukan mimpi.Ghalib tersenyum, meraih tangan Lea dan menggenggamnya erat.“Aku serius, Lea. Aku tidak suka pacaran terlalu lama. Selain itu, aku juga ingin selalu di sampingmu. 24 jam, 7 hari, selamanya.”Belum ada jawaban dari Lea. Wanita cantik itu hanya bergeming di posisinya tanpa sedikit pun menjeda pandangannya.“Aku tahu kamu masih ragu mengenai keluargaku, tapi aku gak peduli. Yang menikah aku, yang menjalani hidup aku. Jadi untuk apa aku harus pedulikan mereka.”Lea mengulum senyum sambil menggelengkan kepala.“Namun, mereka yang bisa membuatmu seperti sekarang, Ghalib. Apa kamu lupa?”Ghalib tersenyum dan menggeleng. “Aku tidak lupa. Hanya saja, aku tidak akan melakukan apa yang tidak sesuai dengan keinginanku, Lea. Meski itu atas permintaan mereka.”Lea menghela n

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 169

    “Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu, Lea?” sergah Ghalib.Ghalib selalu kesal jika Lea membahas Kenan. Kenan masa lalunya dan tidak seharusnya terus menghantui Lea.“Apa kamu merasa bersalah dengan semua yang terjadi pada Kenan? Kamu menyesal melakukan itu semua?”Lea menatap Ghalib dengan mata membola dan langsung menggelengkan kepala.“Aku tidak menyesal dengan semua yang kulakukan padanya. Dia yang lebih dulu menyakitiku. Dia yang menghancurkan semua hal yang kita bangun bersama. Aku sama sekali tidak menyesal, Ghalib.”Ghalib langsung terdiam. Helaan napas keluar masuk dengan memburu dari bibir pria tampan berdagu belah itu.Lea tersenyum, mengelus lembut lengan Ghalib sambil menatapnya dengan sendu.“Aku hanya merasa … harusnya Mas Kenan tidak secepat itu menyerah. Bisa jadi dia sengaja pura-pura mati dan merahasiakan hal ini. Kemudian menunggu waktu yang tepat untuk membalas

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 168

    “Maaf, Nona. Kami tidak bisa menmberikan nama pelanggan kami begitu saja kepada Anda,” ujar seorang wanita paruh baya.Usai keluar dari kantor, Lea bersama Ghalib langsung menuju toko bunga yang dimaksud. Saat ini mereka sudah bertemu dengan pemiliknya dan Lea sedang berusaha untuk mencari tahu siapa pengirim bunga untuknya.Namun, sepertinya sang Pemilik Toko tidak bisa diajak bekerja sama dan menentang keinginan Lea.Lea mendengkus, menyugar rambut panjangnya sambil menatap wanita paruh baya di depannya itu dengan datar.“Saya tahu yang Anda lakukan demi kenyamanan pelanggan Anda. Saya sama sekali tidak menyalahkan Anda. Hanya saja orang yang saya cari ini sedang melakukan pelanggaran hukum.”Wanita paruh baya pemilik toko bunga itu tampak terkejut mendengar penjelasan Lea. Lea tersenyum manis, mencondongkan tubuh dan memberi perhatian penuh pada wanita paruh baya itu.Sesekali tatapan matanya menyapu dengan lembut

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 167

    “Tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin itu Kenan,” gumam Deasy.Ia masih shock usai melihat sosok yang disinyalir Kenan. Bahkan gara-gara itu, mobil yang di belakang Deasy terus membunyikan klakson. Mau tak mau Deasy harus melajukan mobilnya.Kini ia menjalankan mobil sambil memperhatikan keluar jendela untuk mencari sosok yang mirip Kenan tadi.“Aku pasti salah lihat. Kenan sudah mati. Mana mungkin dia bisa jalan-jalan di sini.”Deasy bermonolog sendiri dan terlihat seperti orang bingung. Berulang kali Deasy menggelengkan kepala dengan kening yang berkerut. Terlihat sekali jika ia masih belum bisa mencerna kejadian yang baru saja ia alami.“Bisa jadi ia hanya mirip dan itu tadi bukan Kenan.”Akhirnya Deasy memutuskan bersuara seperti itu untuk menyakinkan hatinya. Kalau mau jujur, sampai sekarang ia masih mencintai Kenan. Hanya saja pria itu tidak pernah mau menoleh padanya.Bahkan Kenan hanya mengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status