“Sayang … kamu sudah bangun.”
Alih-alih menjawab pertanyaan Lea, Kenan malah sudah mengalihkan topik pembicaraan. Lea hanya diam sambil menatap tajam suaminya.
Matanya kini tertuju ke leher Kenan, tadi siang Lisa sudah menunjukkan jejak Kenan di tubuhnya. Lea yakin Kenan juga memilikinya. Apalagi dia meninggalkan Lea cukup lama tadi. Sayangnya, Lea tidak menemukan apa pun di leher Kenan. Bisa jadi Kenan sudah pintar menyembunyikannya kali ini.
“Kamu tadi pingsan saat aku datang. Untung ada Ghalib.”
Kenan kembali bersuara. Lea tiba-tiba terkejut. Ia jadi ingat kalau tadi ada Ghalib di ruangan ini. Namun, kenapa sekarang tidak ada? Apa dia sudah pulang?
“Nanti kalau kamu sudah pulang ke rumah, tidak keberatan jika aku mengundang Ghalib makan malam? Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku padanya.”
Sebelumnya Ghalib juga membahas hal ini dan Lea tidak akan menolaknya. Dia sudah terlalu sering merepot
BRAK!!!Tiba-tiba pintu ruangan Ghalib terbuka lebar dan tampak Pak Jonas berjalan tergesa masuk ke dalam ruangan. Deasy tersenyum masam saat melihat kedatangan pria itu.Pak Jonas berdiri di depan Ghalib sambil menundukkan kepala seolah sedang minta maaf karena membiarkan Deasy masuk begitu saja ke ruangannya.Deasy berdecak, dengan sudut mata melihat Pak Jonas.“Baik, aku tunggu kamu di rumah sakit. Aku tidak mau Nenek marah.”Usai berkata seperti itu, Deasy langsung memutar tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.Ghalib hanya diam, rahangnya menegang menatap kepergian Deasy.“Maafkan saya, Tuan. Saya sedang ke toilet saat Nona Deasy masuk. Jadi saya ---”Pak Jonas menjeda kalimatnya saat melihat tangan Ghalib terangkat ke udara. Pria tampan berdagu belah itu menatap Pak Jonas dengan kesal.“Ini pertama dan terakhir kali, dia masuk ke sini tanpa izin, Pak. Ingat itu!!!&rdquo
“Jadi Paman sudah melaporkan menghilangnya Lea?” tanya Ghalib di telepon siang itu.Ia sudah seharian menunggu kedatangan Tuan Iwan ke tempatnya, tapi nyatanya ia malah mendapat panggilan jika paman Lea itu sudah melapor sendiri ke polisi.“Iya, Ghalib. Paman tidak mau merepotkanmu terus.”Ghalib terdiam. Jakunnya naik turun menelan saliva, sesekali ia mengacak rambutnya. Padahal ia sangat ingin membantu selain itu sebelumnya Ghalib sudah mengenal beberapa orang di kepolisian akibat kasus Kenan tempo hari.Siapa tahu kenalannya itu bisa mempercepat pencarian Lea, tapi sepertinya Tuan Iwan memang benar-benar tidak mau merepotkannya.“Kata polisi, mereka akan segera mencari keberadaan Lea. Kamu tidak perlu khawatir.”Suara Tuan Iwan kembali terdengar di seberang sana. Ghalib hanya terdiam sambil berulang menganggukkan kepala. Ia tidak bisa berbuat banyak lagi.Arifin yang biasanya mengurusi hal ini se
“Emilia Prasetya?” ulang Lea.Mata Lea membola saat mendengar nama yang baru saja disebutkan neneknya. Tentu saja melihat reaksi cucunya, sang Nenek langsung bertanya.“Kenapa? Kamu pernah bertemu dengannya?”Lea menelan ludah kemudian mengangguk pelan.“Apa yang Nenek maksud Nyonya Emilia, neneknya Ghalib?”Lea tahu jika keluarga Prasetya adalah salah satu dari sepuluh orang terkaya di negeri ini. Awalnya Lea tidak tahu jika Ghalib bagian dari mereka, tidak ada nama Prasetya di belakang namanya.Namun, setelah tempo hari Lea berkunjung ke rumah neneknya. Lea baru tahu siapa Ghalib dan strata sosialnya.“Iya, benar, Lea. Itu sebabnya dia tidak merestui hubungan kalian.”Lea tercengang lagi, mulutnya sedikit terbuka seraya menatap wanita di sampingnya dengan tatapan bertanya.“Memangnya Nyonya Emilia tahu siapa Nenek? Maksudku, selama ini tidak ada yang tahu jika aku m
“Baik, Tuan. Saya akan pastikan secepatnya!”Arifin sudah keluar dari ruangan Ghalib usai berpamitan. Pria berkacamata itu berjalan dengan dagu terangkat dan penuh percaya diri. Ia tidak mau mengecewakan bosnya dan akan melakukan penyelidikan dengan baik.Sementara itu Ghalib kembali menyelesaikan pekerjaannya. Ia sudah berjanji akan menemani Tuan Iwan usai makan siang untuk melapor menghilangnya Lea ke kantor polisi.Jauh beberapa kilometer dari tempat Ghalib berada tampak Lea duduk diam di depan laptop sambil menatap tajam ke layarnya. Berulang kali ia menggelengkan kepala usai mendapati isi di dalam laptop tersebut.“Apa ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya pria berpakaian rapi yang sedari tadi berdiri diam di sampingnya.Lea mendongak kemudian menggelengkan kepala. Berulang ia menghela napas dan menghembuskannya dengan kasar.“Mas Kenan sudah meretas semua akun email dan medsos-ku.”Lea
“Apa maksudmu nama yang tertera di sini nama yang sama dengan Kenan mantan suami Lea?” tanya Ghalib.Arifin tidak menjawab, tapi matanya sudah menatap tajam. Ghalib terdiam melihat reaksinya. Ia langsung menyambar proposal itu dan membaca semuanya dengan rinci.“Setahu saya, Tuan Eliot memang sudah memiliki perusahaan lagi. Meski masih skala kecil, ia sudah berusaha bangkit. Namun, saya tidak tahu jika perusahaan itu juga perusahaan yang sama dengan yang tertera di sana.”Setelah diam beberapa saat, Arifin kembali bersuara. Ghalib hanya diam mendengarkan. Sesekali ia menghela napas sambil meletakkan proposal itu kembali ke atas meja.“Jika memang demikian artinya Tuan Kenan masih hidup, Tuan. Mana mungkin orang mati bisa mempunyai perusahaan dan mengelolanya?”Tidak ada sepatah kata yang terucap dari bibir Ghalib. Mata pekatnya terlihat menatap tajam Arifin yang duduk di depannya.“Jadi menurut dugaa
“Nona, Anda baik-baik saja?”Suara langkah itu berhenti dan berganti dengan sebuah tanya yang keluar dari seorang pria berpenampilan rapi.Lea terdiam, mendongak menatap sosok asing yang tidak ia kenal. Sesekali ia menelan ludah dengan otak yang berpikir keras seolah sedang berusaha mengingat siapa sosok di depannya ini.Sementara pria berpenampilan rapi itu hanya tersenyum sambil mengulurkan tangan ke arah Lea. Lea tidak menyambut uluran tangannya dan masih bergeming di tempatnya. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang lain mendekat.Lea mengarahkan tatapannya pada sosok yang kini berdiri tepat di belakang pria berpenampilan rapi itu.“Kamu baik-baik saja, Lea?”Lea terperangah, matanya melebar dengan mulut setengah terbuka menatap sosok wanita yang sedang berdiri menatapnya. Tak lama kemudian sebuah senyum lebar terkembang di raut cantik Lea.Tangannya terulur menyambut tangan pria tadi kemudia