Share

7

Penulis: Faisalicious
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-17 13:33:34

Dinda menghabiskan potongan roti terakhir yang digigitnya sejak tadi, lalu menghabiskan minuman yang dibelinya. Dia yang tidak ingin terlihat seperti wanita yang suka terlambat, bermaksud untuk tiba setidaknya lima belas menit lebih awal di restoran daging tumis tempat keduanya telah mengatur waktu untuk bertemu. Dinda terkesiap menyegat taksi yang lewat untuk ditunggangi sampai ke restoran daging tumis. Dalam balutan gaun selutut berwarna cokelat muda, Dinda duduk manis di meja paling ujung di sudut ruang restoran tersebut menunggu kedatangan Ricky.

“Sudah lebih dari setengah jam, mengapa dirinya belum tiba juga?” gumam Dinda melirik jam dinding seukuran roda yang terpajang memenuhi tembok sebelah kiri restoran. Ia menautkan bibirnya memasang paras cemberut, lantaran tidak mengira bahwa laki-laki  bertanggung jawab yg dikaguminya  bisa- bisanya datang terlambat disaat dirinya sanggup meluangkan waktu untuk tiba lebih awal.

Dinda tidak mengetahui bahwa Ricky memiliki pasien kritis di ruang Unit Gawat Darurat, yang datang setengah jam lalu saat jam makan siang. Pria paruh baya itu tak bisa lepas dari kondisi tersebut. Mau tidak mau, para pekerja kontruksi yang mengalami kecelakaan di tempat kejadian, harus segera ditangani olehnya yang merupakan ahli bedah toraks. Kejadian itu memaksanya menunda pertemuannya tanpa sempat memberi kabar. Meski dirinya tahu bahwa Dinda sedang menunggunya di tempat yang telah dijanjikan. Satu- satunya cara adalah, dengan segera menyelesaikan  pekerjaannya menangani sang pasien, sehingga dia bisa melihat Dinda sesegera mungkin. Dia juga tidak berniat membuatnya menunggu terlalu lama, apalagi melanggar janjinya untuk datang.

"Apakah pria ini hanya akan mempermainkanku? Bodohnya diriku mempercayainya kemarin! Bertanggung jawab katanya? Omong kosong! Dasar laki- laki berengsek!" Dinda terus menggerutu saat dirinya menghidupkan dan mematikan layar ponsel memeriksa pesan notifikasi yang masuk. Tapi nihil! Ricky sama sekali tak memberi kabar. Hampir dua jam Dinda menunggu, tetapi Ricky masih tidak menunjukkan tanda-tanda kedatangan.

“Hmmm, apa aku harus menghubunginya lebih dulu? Apa dia lupa? Ah jangan lah, masa aku duluan sih yang harus menghubunginya… Kan dia duluan yang mengajakku untuk bertemu, lagian dia juga seorang pria! Harusnya gentle lah… ” Meski rasa gengsi melarangnya untuk menghubungi Ricky lebih dulu. Pada akhirnya, hati Dinda yang belum menyadari rasa sukanya terhadap Ricky, menyerah juga. Ia mengangkat ponselnya mengetikkan sebuah pesan.

[Jadi ketemu nggak? Aku sudah tiba di sini hampir dua jam lalu, tapi dirimu belum juga muncul. Jika tak ingin bertemu, mengapa menghilang seperti ini?]

“Apa aku terlihat murahan ya? Ah biarlah, bodo amat sama kata orang. Toh, dia yang mengajakku bertemu duluan! Jika setengah jam lagi dia tak juga membalas pesanku atau menunjukkan batang hidungnya. Aku cabut saja dari sini. Wasting Time!” pikir Dinda membulatkan tekat. Biarlah nanti pria itu berpikiran apa saja tentang dirinya, yang jelas diriya sudah mau berkorban untuk menunggu pria tersebut lebih dari dua jam di restoran tersebut.

“Kirim!” ucap Dinda sambil melenguh, mendengus kesal menggelayutkan wajahnya ke meja restoran. Ia juga merasa tak enak dengan pemilik restoran dan para pegawainya karena sudah dua jam duduk di sana tetapi baru memesan segelas lemon tea saja. Mungkin mereka sudah kesal berat, melihat meja yang seharusnya ditempati pengunjung lain yang berniat datang makan di sana, karena kebetulan juga di sana sedang ramai saat Dinda menunggu Ricky.

“Mas? Saya mau bayar billnya, sebelumnya saya minta maaf karena tak memesan makanan sama sekali. Sepertinya orang yang saya tunggu sedang ada urusan sehingga tak dapat datang. Saya minta tolong jika ada seorang pria yang datang kemari dan mencari saya, Dinda. Saya minta tolong untuk memberikan kertas ini untuknya, terimakasih…” Dinda akhirnya menyerah juga.

“Oh tidak apa- apa kak, saya terima ya kertasnya…” balas pegawai rstoran tersebut melempar senyuman sembari menyodorkan nota bill minuman yang dibeli Dinda, dan telah dibayarnya.

Usai menyerahkan kertas yang entah apa isinya tersebut, Dinda melengang keluar meninggalkan restoran tersebut. Dari kejauhan terlihat bahwa Dinda mengusap air mata, sambil menunduk entah memikirkan apa. Mungkinkah harga dirinya terluka usai mengharapkan kedatangan pria yang jelas- jelas suami orang. Bahkan membayangkan bahwa pria tersebut tertarik kepadanya saja, sudah merupakan kesalahan dimata public. Jika keduanya saling mencintaipun, tidak ada satu orang di dunia ini yang membenarkan hubungan mereka bukan? Dengan alasan apapun itu.

*****

Dari tempat berbeda, Ricky kini sedang menuju ruang Unit Gawat Darurat untuk melakukan operasi seorang pasien yang perutnya tertusuk sebuah batang besi beton sepanjang satu meter melintang dari ulu hati sampai ke perut bagian bawah. Terlihat sangat mengerikan dan cukup beresiko. Tak terlihat ada pendarahan eksternal dari korban, namun tanda- tanda vitalnya terus menurun. Dari laporan yang disampaikan oleh dokter magang kepada Ricky mengenai kondisi pasien, beberapa pekerja di tempat pembangunan situs kontruksi tersebut itu luka- luka karena lantai Gedung yang ambrol. Ada seorang pasien yang tangannya patah tertimpa reruntuhan. Juga yang paling parah adalah seorang korban yang perutnya ditembus sebuah besi senjang satu meter di perutnya.

“Bagaimana ini dok? Tanda- tanda vital pasien terus menurun. Kemungkinan jika tidak segera dioperasi pasien ini tidak akan tertolong.” Dokter Sin yang melihat dokter Ricky datang segera melaporkan kondisi tersebut dengan tatapan wajah cemas. Rambutnya yang terurai di bagian poni terlihat cukup berantakan, akibat mengurus kekacauan yang terjadi di Unit Gawat Darurat tersebut. Dokter wanita itu sepertinya kewalahan memimpin tugas dan Langkah di departemen bedah umum sendirian di hari libur seperti ini. Untung saja dokter Ricky hari itu ada kontrol pasien sehingga bisa membantu, dan mengoperasi pasien tersebut dengan cepat.

“Sepertinya terjadi pendarahan internal di dalam perut pasien, cepat panggil ahli anestesi dan siapkan ruang operasi sekarang juga!" perintah dokter Ricky memimpin, mengambil alih komando dan arahan di sana. Ia terlihat sangat cekatan dan cerdas mengatasi kepanikan yang sedang menyerang di sana. Ia mengambil beberapa kasa menggulungkan ke bagian yang masih tertusuk besi baja sepanjang satu meter untuk sedikit menghambat pendarahan eksternal. Ia terus mengamati tanda-tanda vital pasien yang masih terus turun akibat pendarahan internal yang terjadi.

“Terus ajak bicara pasien agar tetap sadar, jika kesadarannya hilang presentase angka selamt pasien akan sangat kecil!”         

“Baik dok,” dokter Sin juga tak kalah cekatan dalam bergerak. Ia menyanggupi perintah dokter Ricky dan segera menjalankan tugas menyiapkan ruang operasi bersama dokter magang lainnya.

“Kita butuh sekitar dua belas kantong darah untuk di transfusikan terhadap pasien, untuk menjaga tanda- tanda vital pasien tetap stabil.”

“oke, segera saya siapkan dok!” kepala perawat Lusi yang sedari tadi disamping dokter Ricky segera mengambil bagian usai mendapatkan arahan tersebut.

Beberapa dokter magang berlarian membawa monitor dan beberapa alat medis lainnya untuk keperluan operasi. Meja operasi disiapkan, dengan dokter Ricky yang akan memimpin jalannya operasi pengangkatan besi yan menembus perut pasien tersebut ditemani dokter Sin sebagai asisten dalam operasi itu.

Infus dipasang, dan operasi bedah perut itu siap dilaksanakan.

“Berdoa selesai… Baiklah, kita mulai operasinya.” Ricky tenggelam dalam urusan pekerjaan yang tak dapat ditunda meninggalkan Dinda yang menunggu janjinya.

Bersambung…

Faisalicious

“Dengan keputusan sepihak, waktu berhenti begitu saja. Berhenti saat percayaku dikecewakan. Aku kecewa padamu Mas!” – Dinda.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 43. Adu Jotos

    "Mending sekarang kakang berbuat sesuatu deh!" ucap Hendrik bangkit dari duduknya."Bocah bocah ini gabisa di toloransi lagi! Harus segera di basmi!""Tenang, kamu tenang aja. Pasti akang urus kok!""Dasar Gunawan sialan itu!" bentak Hendrik uring-uringan.Daweh hanya mampu menuruti apa yang adeknya inginkan untuk membalas dendam. Dendam yang sama, sejak sepuluh tahun lalu. Speeti sudah mendarah daging pada jiwa adiknya itu. Daweh sebenarnya sudah terlalu lelah untuk hidup bayang bayang dendam adiknya itu.Tapi Daweh tak bisa berbuat banyak. Ia tahu, bahwa Hendrik adalah adik satu satunya yang ia miliki. Daweh susah ingin berhenti menjadi dukun teluh sejak setahun lalu sebenarnya. Ia sudah lelah."Biar akang coba, menganggu mereka lagi!" ucapnya memandang adiknya datar."Terserah! Mau diganggu kek, mau dibunuh juga boleh!" bentaknya sudah dipenuhi emosi ka

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 42. Kuntilanak itu lagi

    Raizel dan yang lainnya menaiki sepeda siang itu, menuju rumah Saleh. Ia tahu satu satunya orang yang mungkin bisa ditanyai soal Ki Daweh adalah Reza. Putra satu satunya Joko yang masih hidup sampai sekarang. Raizel yang berusaha mengorek informasi, hanya diam diam menjalankan rencananya. Ia sengaja menghamipiri Winda dan Reza yang selalu bersama, untuk diajak makan keluar. Sekaligus diam diam memancing Reza untuk bercerita soal ayah dan kakaknya yang pasti ada hubungannya dengan Ki Daweh. "Disini tempatnya?" tanya Egy sembari melihat rumah makan tempat mereka berhenti. "Iya kak, tapi tempatnya kecil kaya gini, gimana? Atau mau nyari yang lain aja?" tawar Winda takut pilihannya tidak sesuai. "Jangan pindah! Di sini aja" sahut Cindy. "Ya udah kalo gitu, kita disini aja" ujar Egy setuju. "Iya, lagian tempatnya nyaman kok" imbuh Caca. "Ya udah, m

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 41. Diva sudah kembali

    Ajeng Sari tidak ada kabar sama sekali semenjak saat itu. Reza hidup sebatang kara dan dirawat oleh Saleh pamannya, saudara yang ia miliki satu satunya.Hampir sewindu Reza hidup dalam ketidaktahuan, kerinduan akan kasih sayang keluarganya. Ajeng Sari yang tak pernah kembali, ayahnya yang sudah gila dan tak bisa mengurusnya. Namun Reza masih hidup dengan baik karena kasih sayang dari Saleh pamannya dan juga istri dengan anak-anaknya. Sudah seperti anaknya sendiri, karena Saleh sendiri juga tak mempunyai anak laki laki.Reza tumbuh menjadi remaja yang baik hati, suka menolong dan berbakhti pada keluarga Saleh hingga sekarang.*****Semalam, usai kejadian melarikan diri yang dilakukan Raizel usai membebaskan Diva yang disekap Ki Daweh, tanpa sepengetahuan teman-temannya yang sudah terlelap tidur , mereka ketiduran di teras depan rumah.Diva terbangun dalam keadaan memangku kepala Raizel yang kelelahan usai menyelamatkannya semalam. Ia menatap bul

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 40. Joko Gila

    Makhluk suruhan Daweh lainnya kini bertindak keras. Wujudnya seperti ular, tetapi tubuhnya mirip manusia pada umumnya, mulai dari bagian perut hingga kepala. Bisa di sebut siluman ular jika dipikir-pikir.Makhluk itu meruncingkan taring dari kedua sudut bibirnya, lidahnya sesekali menggeliat menjulur keluar masuk, benar benar mirip gelagat ular. Ia meringis buas usai membuat Ajeng Sari tersungkur ke semak semak."Kau mau ke mana gadis manis?" kekehnya dengan puas menatap gadis muda itu gelimbungan."Makhluk sialan!" teriak Ajeng Sari tak terima.Pandangannya masih tak terlalu menggubris makhluk tersebut, dan lebih memilih bangkit untuk menengok ayahnya yang nggelundung ke bawah sebelumnya."Arghhh, ayah?" ucap Ajeng Sari sedikit mengusap sikutnya yang tergores beberapakali oleh ranting semak semak, dan menengok ke arah bawah."Ayah?"Ajeng Sari masih

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 39. Tuhanku lebih kejam dari Iblismu

    "Ayahh!!!" Ajeng Sari berteriak menatap ayahnya yang melayang terikat lidah Genderuwo itu.Wajahnya memerah, dengan isi kepala yang hampir meledak karena terus menghirup bau busuk dari lendir di lidah Ge IPnderuwo itu. Ia hanya mampu menoleh ke arah anak gadisnya, dan berteriak lirih."Ja-nggann..." ucapnya tak genap.Genderuwo yang awalnya hendak segera menyantap tubuh Joko, langsung menjatuhkan laki laki malang itu ke tanah lagi. Ia melihat mangsa lain yang lebih menggoda imannya. Ajeng Sari terhirup anyir amis, karena darah haid yang masih deras saat itu. Aromanya membuat jiwa buas makhluk itu berubah arah."Ayah!" ucapnya memeluk ayahnya yang hampir tak sadarkan diri terkapar di tanah."Sadar yah, ayah kenapa!" teriaknya lagi menepuk nepuk pelan wajah ayah tercintanya.Firasat Ajeng Sari tak salah, seperti dugaannya bahwa Daweh akan mencelakai ayahnya. Ajeng Sari tak menatap Genderuwo itu lebih bengis. Ia memang wanita, tapi ia tak perna

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 38. Kamu Harus Mati

    Pranggg...Sebuah gelas dijatuhkan begitu saja karena uap panas membuat tangan seorang gadis melepuh. Dia Ajeng sari, putri Joko. Gadis itu meniup ibu jarinya yang melepuh karena gelas teh yang terlalu panas oleh air mendidih."Sial!" umpatnya."Firasat buruk apa ini!" ucapnya merasakan sesak di dadanya karena tak enak hati.Ajeng Sari adalah kembang desa, wajahnya yang rupawan memikat pemuda seumurannya. Masih SMA, masih sangat muda. Dia adalah anak perempuan Joko yang sangat penurut dan baik hati. Ia juga sangat menyayangi ayahnya yang duda ditinggal mati, juga adeknya Reza yang belum lulus SD."Ayah?" pekiknya.Gadis itu menjinjing roknya yang berwarna abu abu karena hendak berangkat sekolah saat itu. Berlarilah dirinya menghampiri ayahnya. Ia ingat bahwa ayahnya sedang naik ke atas bukit. Ia juga tahu kalau Daweh bukan dukun baik baik. Hanya memastikan kalau kalau ada apa apa dengan ayah tercintanya.Sementara itu ayahnya masih be

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 37. Membunuh atau Membiarkanmu Bunuh diri!

    "Kakang dari mana sih!" teriak Hendrik membentak kakaknya dengan kasar.Kesabarannya sekarang sudah tak mampu dibendung lebih lama lagi. Terlebih ini sudah kesekian kalinya rencana Ki Daweh gagal untuk membantu menyatukan Fani dan Hendrik. Ia memeinta pertanggungjawaban dari kakaknya itu."Liat nih kang, Hendrik jadi gagal kan menikahi Fani!" keluhnya pada laki laki yang yang baru memasuki pintu rumah itu."Kenapa lagi dengan Fani?" tanya Daweh yang tak tau apa apa mengenai kejadian yang terjadi di rumahnya tadi."Ayahnya tadi kemari, marah-marah.""Dia membawa Fani kembali, sambil terus memakiku! Aku tidak terima jika aku dibeginikan kang!" teriak Hendrik menggebu-gebu karena sakit hati dengan omongan ayahnya Fani."Udah kamu tenang dulu!" Daweh berkata dengan tatapan tenang, sambil mendekat mengusap punggung Hendrik pelan."Gimana bisa tenang sih kang! Kalau aku gabisa dapetin Fani, maka tidak ada orang yang boleh memiliki Fani!" te

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 36. Menikah

    "Sembah hamba padamu gusti!" ucap Ki Daweh menyatukan kedua telapak tangannya ke atas sambil menunduk hormat pada suara tersebut.Hendrik hanya mengikuti apa yang sedang kakaknya itu lakukan. Walaupun bulu romanya sudah menegang sedari tadi, dia berusaha mengabaikan rasa takutnya. Semua ini demi cintanya pada kekasihnya Fani."Hamba kemari meminta bantuanmu gusti,""Bantuan apa yang kau butuhkan Daweh?" suara beratnya cukup membuat telinga Hendrik bergidik ngeri."Perempuan di depan hamba ini, adalah kekasih adek saya! Dia menginginkan gadis itu menjadi miliknya selamanya!" Daweh bercerita keinginannya membawa gadis itu ke sana."Huahhaaahahah...""Ini bukan masalah, apalagi untuk pengikut setiaku seeprtimu Daweh,""Huahhahahaha..." tawanya menggema pada langit langit gua itu.Raja iblis yang di sembah Daweh adalah penguasa alam bawah. Lebih hantu dari pada iblis manapun. Menurut mitologi tanah jawa namanya Bathara Kala,

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 35. Pemujaan

    "Kau apakan kekasihku kang!" teriaknya.Hendrik sedikit terkejut sekaligus marah melihat kelakuan akangnya itu. Ia bangkit dari duduknya, seraya memprotes dukun teluh di depannya itu. Hendrik jelas tak terima meski itu akangnya sendiri. Ia tak rela kekasihnya itu disakiti oleh siapapun, termasuk kakak tercintanya."Tenang, aku hanya membuatnya diam!" ujar Ki Daweh mengelus pundak kiri Hendrik, yang tengah dalam kondisi marah."Kau tidak menyakitinya kan?" tanya Hendrik memastikan kembali apa yang dilakukan oleh kakaknya."Hmmm," Ki Daweh hanya mengangguk-angguk."Sekarang kau ingin aku melanjutkan hal ini tidak?" tanya Ki Daweh."Aku harus bagaimana!" Hendrik berbalik dan memasang wajah cemberutnya karena bingung."Kau ingin menikahinya kan?" dukun itu bertanya sembari berjalan ke tempat duduknya sebelumnya."Kan aku sudah bilang kang, aku ingin memiliki Fani seutuhnya!" jelas Hendrik sekali lagi untuk meyakinkan kakangny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status