Share

02 Ibu pergi

Author: Chykara
last update Last Updated: 2024-11-15 08:49:45

Pekik tangis keempat gadis itu memancing perhatian para tetangga, satu persatu para tetangga datang, bahkan bude sumi berlari ke rumah pak RT setelah mendengar kabar buruk tersebut.

Keempat gadis itu hanya bisa menangis tak lagi bisa mengontrol emosi mereka, beberapa tetangga wanita mencoba menenangkan para gadis tersebut.

Pak polisi akhir nya menjelaskan pada pak RT kronologi kejadian kecelakaan yang menimpa bus yang di tumpangi ibu, menurut polisi tidak ada satu pun penumpang yang selamat, karena jurang nya lumayan dalam, bahkan proses evakuasi nya aja memakan waktu berjam jam .

Jenazah ibu akan segera di antar kan setelah proses investigasi selesai.

Semua tetangga bersiap menyambut kepulangan jenazah ibu, begitu lah tradisi di kampung mereka, jika ada kabar duka seperti ini seluruh warga bahu membahu membantu seluruh proses tanpa di minta.

Rumah di bersihkan, sebuah kasur di gelar di tengah ruangan. Kursi kursi plastik dan tenda juga di gelar di depan rumah untuk tempat duduk para warga yang datang melayat.

Para ibu ibu menemani keempat gadis yang masih menangis, empat gadis kecil kini tak lagi punya orang tua yang akan menjaga mereka, ayah minggat dengan janda kampung sebelah entah kemana dan ibu meninggal dengan tragis.

Jam sepuluh pagi suara sirine ambulance membahana memasuki kampung mereka, mobil nya belum terlihat tapi suara nya sudah melengking memecah keheningan. 

Semakin dekat mobil nya semakin keras suara nya, suara nyanyian kematian yang mengantarkan kepedihan menuju tempat tujuan nya.

Sirine berhenti tepat di depan rumah Namiya, warga langsung mengerumuni mobil tersebut. Dua petugas turun dan membuka pintu belakang lalu menarik keluar brankar di mana sosok ibu terbujur di selimuti kain putih.

Pekik tangis kembali membahana, kali ini tidak hanya dari ke empat gadis tapi juga dari para warga,ibu ibu yang selama ini bergaul dengan ibu Nia sebagai tetangga,semua nya menangis sesegukan.

Jenazah ibu di bawa ke dalam rumah dan di baringkan di kasur yang sudah di persiapkan oleh oleh semua warga.

"Ibu... Ibu... Ibu... Ibu..." panggilan dari ke empat gadis saling bersahutan, panggilan yang membuat siapa saja semakin sedih mendengar nya. Panggilan penuh kepiluan dan putus asa.

Para warga bahu membahu memegang dan memeluk ke empat gadis tersebut.

Para warna mengganti kain putih dari rumah sakit dengan kain jarik yang mereka temukan di dalam lemari.

Saat di buka wajah ibu Nia bersih tidak terlihat luka menganga yang besar seperti yang biasa di temukan di jenazah korban kecelakaan. Hanya ada beberapa goresan goresan tapi saat hijab nya tersingkap terlihat memar besar membiru di dada nya.

*

*

*

Karena tidak ada lagi yang alan di tunggu warga memutuskan untuk memulai seluruh proses pengurusan jenazah, memandikan dan mengkafani lalu seluruh warga berbondong bondong menuju masjid untuk shalat jenazah.

allahummaghfirlaha warhamha wa'aafihi wa'fu'anha.

Setelah selesai shalat jenazah berjamaah, ibu di antar kan menuju tempat peristirahatan yang terakhir nya di pemakaman kampung di ujung desa. Perjalanan terakhir ibu Nia di antar kan dengan iring iringan warga.

 Namiya bersyukur mereka tinggal desa, saat ada kematian seperti ini warga bahu membahu membantu menyelenggaran jenazah. Jika mereka tinggal di kota Namiya mendengar jika semua nya harus di bayar.

Bahkan untuk menggali kubur pun harus di bayar. Sedangkan di sini, kuburan di gali oleh bapak bapak yang membantu dengan ikhlas.

Saat tubuh ibu yang sudah di bungkus pakaian terakhirnya di masukkan ke dalam liang lahat tangisan kembali pecah dari ke empat gadis tapi kali ini berbeda, Namiya tidak lagi menangis keras, air mata nya hanya mengalir saja dengan tangan kurus nya dia memeluk ke tiga adik nya.

Namiya ingin ibu melihat keteguhan nya, sebagai anak tertua, agar ibu bisa pergi dengan tenang, ibu bisa mempercayakan ketiga adik nya dalam pengawasan dan penjagaan nya.

Namiya mengangkat dagu nya, sebagai bukti jika dia akan kuat mulai sekarang, tidak akan lagi lemah, karena saat ini kelansungan hidup dan masa depan adik adik nya berada di tangan nya.

Setelah semua selesai satu persatu warga pamit, dan memberi ucapan bela sungkawa pada ke empat gadis yang masih belum bergerak dari tempat nya.

Saat hanya tersisa mereka berempat, Namiya menarik adik adik nya mendekati gundukan tanah merah bertabur kelopak mawar dan melati serta aroma wangi daun pandan dan air mawar.

Mereka berlutut tanpa suara, mata di pejamkan dengan bibir bergerak membacakan doa buat sang ibu yang sudah bersama sang pencipta. 

"Kalian duluan aja... Mbak masih mau di sini sebentar lagi" ucap Namiya 

"Jangan lama lama ya mbak" ucap Nalisa yang di jawab dengan anggukan kepala Namiya.

"Bu... Semalam sebelum ibu berangkat ibu bilang ibu nitip adik adim sama Miya karena Miya adalah yang tertua, apa ibu bilang begitu karena ibu tau kalau ibu mau meninggalkan kami selama nya?"

"Ibu nggak usah khawatir, Miya akan melakukan segala nya bu agar adik adik bisa hidup, bisa punya pendidikan,bisa punya masa depan yang cemerlang."

"Miya sombong ya bu kalau bilang begitu? Tapi Miya janji bu... Miya akan mengusahan yang terbaik buat mereka bertiga bu, jadi ibu bisa pergi dengan tenang, ibu bisa mempercayakan mereka bertiga sama Miya" ucap Namiya lirih.

"Bu... Miya pamit ya... Karena ibu sudah dekat dengan Allah, ibu mintakan sama Allah agar Miya bisa kuat ya bu... Agar selalu ada jalan buat Miya dan agar Pintu rezki Miya dan adik adik terbuka dengan lebar" ucap Miya sambil mengusap nisan kayu bertuliskan nama sang ibu.

Namiya segera berdiri dan membalikkan tubuh, tiba tiba sebuah angin lembut menyapu tubuh mungil nya. Hijab pasmina nya bergerak mengikuti gerakan angin. Namiya memejamkan mata, dia seakan merasa angin lembut itu adalah pelukan terakhir sang ibu.

Pelukan yang membuat semangat Namiya seakan kembali. 

*

*

*

"Saya dari pihak jasa rahardja mbak, karena ibu mbak mengalami kecelakaan angkutan umum dan memiliki tiket resmi, ahli waris berhak mendapat santunan dari pemerintah, besok pagi bawa lah fotocopi surat surat ini dan datang lah ke kantor jasa rahardja, dengan begitu klaim asuransi nya bisa segera di cairkan" seorang pria muda yang sudah di rumah saat Namiya dan ke tiga adik nya sampai di rumah menyampaikan maksud dan tujuan nya.

Namiya memandang ketiga adik nya.

"Bahkan saat ibu sudah pergi, ibu masih meninggalkan pada kami biaya hidup sementara hingga kami masih bisa hidup hingga aku menemukan pekerjaan." bisik Namiya di dalam hati nya

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Untuk Maduku   61 Takut

    Namiya masuk ke rumah setelah turun dari taxi online sambil mengendong sosok sang putri yang tertidur dengan lelap, Nalisa dan Nafisa mengikuti langkah Namiya sambil menarik travel bag mereka. setelah tiga hari liburan di Semarang dan mengunjungi segala macam tempat mereka akhirnya kembali ke ibu kota, dan kembali ke kehidupan normal setelah bersenang senang sejenak. sesuai yang tidak pernah mereka rasakan saat sang ibu masih hidup. dan setelah mengantar kembali Namira ke kampus nya mereka langsung bertolak menuju bandara untuk kembali ke ibu kota. Arunika yang manjadi terlalu dekat dengan Namira menangis sesenggukan saat mereka berpisah dan berakhir bad mood sepanjang perjalanan di atas pesawat, dia hanya cemberut hingga akhir nya jatuh tertidur di dalam pesawat. "kalian dari mana saja tiga hari terakhir" ketiga gadis itu terperanjat saat sebuah suara menegur mereka saat mereka membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. dia ruang tamu terlihat sosok Allarick duduk dengan waj

  • Anak Untuk Maduku   60 liburan pertama

    udara panas menyapa mereka berempat saat menjejak kan kaki keluar dari bandara Ahmad Yani yang dingin karena AC. "kita langsung ke tempat Namira atau ke hotel dulu mbak?" tanya Nalisa pada sang kakak saat mereka masuk ke salah satu taxi bandara. "kita istirahat dulu ke hotel kayak nya, kan Namira keluar nya juga jam tiga nanti, ngapain kita di sana sekarang, ini masih jam sebelas" ucap Namiya saat melihat jam yang melingkar di tangan nya. "benar juga, sekalian kita cari makan ya mbak, aku lapar banget" ucap Nafisa sambil mengusap perut nya "Tante Fisa lapar terus, padahal tadi di pesawat jatah nya mommy Tante Fisa yang habis kan" ucap Arunika pada adik bungsu mommy nya itu. "ye... kan Tante lagi dalam masa pertumbuhan, Tante butuh banyak energi untuk mengeksplorasi Semarang, dan Tante butuh banyak makan untuk itu" ucap gadis kelas satu SMA tersebut. "ye... bilang aja Tante emang suka makan" ucap Arunika sambil menjulurkan lidah nya. Namiya sengaja membooking hotel tidak

  • Anak Untuk Maduku   59 apa kalian rujuk lagi??

    "Mas Allarick barusan datang ya mbak? apa kalian rujuk lagi?" Nalisa yang baru saja pulang dari rumah teman nya yang membantu nya untuk mempersiapkan skripsi nya yang sudah hampir selesai. Nalisa Hampir menyelesaikan pendidikan S1 psikologi nya, dan di perkirakan tahun ini dia akan bisa wisuda, Dan walaupun Nalisa bilang dia ingin langsung mencari pekerjaan, tapi Namiya berharap adik nya yang cerdas itu bisa lanjut S2 dulu, biar bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Walaupun mommy Noura sudah menawarkan pekerjaan sebagai tim HRD di kantor nya untuk Nalisa, tapi gadis itu bilang ingin mencoba mencari pekerjaan dengan usaha nya sendiri terlebih dahulu. Tapi jika memanggil tidak ada kesempatan untuk nya, dia bersedia mengambil salah satu pilihan yang di tawarkan oleh Namiya dan mommy Noura, entah itu melanjutkan S2 atau bekerja di perusahaan ekspor impor milik mertua sang kakak. "rujuk??? ya nggak lah... mbak nggak mungkin bisa melakukan hal seperti itu lagi, lagi pula kondisi

  • Anak Untuk Maduku   58 hati ke hati

    Setelah mengobrol lebih dari satu jam bersama sang ayah Arunika akhirnya tertidur juga di dalam pelukan hangat sang ayah, sesuatu yang sudah dia rindukan selama bertahun tahun. dia memeluk erat tubuhku tubuh Allarick seakan enggan melepaskan pelukan, seakan jika dia mengendor kan pelukan ayah nya akan hilang dan berakhir menjadi mimpi semata. Allarick membiarkan Arunika mendekapnya seerat itu karena dia pun merasa sangat merindukanmu dekapan sang anak yang hilang selama empat tahun. Baru setelah Allarick merasakan Arunika tertidur semakin lelap dan pelukan nya mengendur, dia melepaskan pelukan sang putri dan kembali duduk. sebelum dia berlalu meninggalkan kamar Arunika dia mengecup ubun ubun sang anak berkali kali, seakan ingin meluapkan kerinduan yang terpendam sekian lama. Dengan enggan Allarick berdiri, dan keluarga dari kamar, masih ada satu urusan lagi yang menunggu nya di luar kamar. istri muda nya.... Namiya.... banyak yang harus mereka bahas dan Allarick tidak

  • Anak Untuk Maduku   57 onegaisimasu

    "ting tong... tong tong..." suara bell pintu terdengar dari luar. Namiya bergegas mencuci tangan nya yang belepotan tepung untuk membuka kan pintu. Saat sampai di depan pintu Namiya melihat pintu sudah di buka kan oleh Arunika, ternyata gadis yang sedang menonton TV di ruang tengah itu Sudah membuka kan pintu terlebih dahulu. "Om cari siapa?" samar samar Namiya mendengar Arunika bertanya pada tamu yang berdiri di depan pintu. Namiya mempercepat langkah nya, tapi saat dia melihat siapa yang berdiri di depan pintu langkah Namiya terhenti, tubuh nya membeku dan terpaku. Langkah nya semakin berat untuk mendekati sosok pria tampan yang sudah berjongkok di hadapan Arunika dengan mata berkaca kaca. "mas..." lirih suara Namiya tercekat di tenggorokan tak mampu terucap. seluruh rasa bergejolak di dalam dada nya, cinta dan rindu yang mati matian dia kubur selama empat tahun terakhir berakhir sirna dan kini rasa itu kembali ke permukaan dan menjadi berkali kali lipat. apa lagi s

  • Anak Untuk Maduku   56 kemarahan

    "bagi bos... ini hasil penyelidikan yang bos minta hari itu" Rudy yang melihat Arthur masuk ke dalam restoran langsung menyerahkan sebuah amplop kuning besar pada sang bos "lumayan cepat juga kerja teman kamu Rud, baru satu mingguan dia sudah menyerahkan laporan nya, nanti aku transfer ya untuk biaya nya" ucap Arthur sambil menerima amplop tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kantor pribadi nya yang berada di sisi kanan kitchen. Dengan tidak sabar Arthur membuka amplop dengan cara merobek sisi atas amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang seperti nya fotocopy an. "ternyata benar dia sudah menikah, dan memiliki satu orang putri" ucap Arthur sambil menatap lembaran kertas tersebut. "ternyata dia menantu nya buk Noura, bukan anak angkat nya, seperti yang dia katakan hari itu, tapi bukan nya anak buk Noura cuma satu satu nya, dan dia sudah meninggal" "apa Namiya menjadi istri simpanan? atau istri kedua? bagaimana sekarang apa dia masih bersama anak buk Noura?" ucap A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status