Share

Anak Untuk Maduku
Anak Untuk Maduku
Author: Chykara

01 Hancur

Author: Chykara
last update Last Updated: 2024-11-15 07:49:08

"Rumah ini sudah di gadaikan oleh Burhan pada juragan Kasman senilai 100 juta rupiah dengan bunga 50 juta, Sertifikasi rumah pun saat ini juga sudah di tangan juragan Kasman, tenggang waktu pembayaran tiga minggu lagi, jika kalian tidak bisa membayar senilai 150 juta hingga batas tenggang waktu kalian semua pergi dari rumah ini" suara kang Dirman membahana di rumah sederhana dengan tiga kamar tersebut.

Siapa yang tidak kenal Kang Dirman, tangan kanan Kesayangan juragan Kasman, rentenir terkaya di kampung Tanah Wangi.

Dan bapak berhutang pada juragan Kasman sebesar 100 juta.

Kapan bapak mengambil utang tersebut? Karena bapak sudah minggat dua bulan yang lalu bersama gundik nya dan anak laki laki nya yang begitu dia agung agung kan.

"Kapan bapak berhutang kang? Bapak udah pergi dua bulan yang lalu" ucap Namiya lirih.

Gadis yang akan segera naik kelas tiga SMA tersebut menciut ketakutan melihat tubuh kang Dirman yang seperti raksasa dengan suara membahana.

"Sebelum bapak kau kabur, tenggang waktu pinjaman nya tiga bulan dengan bunga lima puluh juta, tapi selesai berhutang bapak kau malah minggat dari kampung ini, terpaksa saya nagih nya sama kalian" ucap kang Dirman.

Tubuh mungil Namiya bergetar, ketiga adik perempuan nya sudah menangis di balik tubuh nya.

"Baiklah kang, saya akan kasih tau ibu tentang ini, saat ini ibu sedang bekerja di pasar" ucap Namiya

"Jangan lupa ya,kasih tau ibu kalian, kalau tenggang waktu nya hanya tiga minggu lagi" ucap kang Dirman.

"Baik kang" jawab Namiya

***

"Astagfirullah... astagfirullah hal'adzim" berkali kali ibu mengucap kan istikfar.

Tubuh kurus nya luruh ke lantai saat Namiya menceritakan kedatangan kang Dirman yang di utus oleh juragan Kasman.

"Apa salah kita sama bapak bu, sampai bapak tega melakukan ini pada kita" lirih isakan Nalisa yang saat ini akan segera naik kelas dua SMA.

"Bapak jahat, bagaimana cara kita membayar utang sebesar itu, bahkan untuk makan sehari sehari saja ibi sudah banting tulang jadi kuli panggul di pasar," ucap Namira dengan mata menyala penuh kemarahan.

Namira adalah gadis pemarah dan yang paling berani, walaupun baru kelas dua SMP tapi pikiran nya sudah sangat dewasa karena di paksa oleh keadaan.

Sedangkan si bungsu Nafisa hanya bisa menangis di pelukan sang ibu.

"Kalian tidak usah khawatir, ibu akan memikirkan jalan keluar nya," ucap sang ibu.

"Tapi bagaimana cara nya bu?" tanya Namiya.

"Ya udah kalian tunggu di sini, ibu harus pergi ke suatu tempat, ibu segera kembali" ucap Nia pada ke empat putri nya.

"Ibu mau kemana?" tanya si bungsu Nafisa.

"Ibu mau menemui seseorang, siapa tau mereka bersedia meminjamkannya uang pada kita agar rumah kita tidak di sita juragan Kasman." ucap sang Ibu.

"Malam malam begini bu?" tanya Namiya

"Iya, malam Ini, lebih cepat lebih baik, rumah yang ibu tuju ada di kota, kalau untuk ongkos Pulang pergi kebetulan ibu punya sedikit uang simpanan" ucap ibu sembari berdiri dan masuk ke kamar nya.

Tak lama ibu sudah keluar dengan gamis sederhana berwarna hijau botol dan hijab panjang warna milo yang menutupi dada nya.

"Ibu berangkat ya, kalian hati hati di rumah, ibu segera kembali, Miya kamu yang tertua jaga adik adik kamu ya, ibu percaya sama kamu" ucap sang ibu.

"Baik buk" ucap Namiya.

"Ibu pakai apa ke terminal?" tanya Namira

"Ojek, biasa nya jam segini masih ada ojek di pengkolan" ucap ibu.

"Ibu pamit" ucap Nia sekali lagi.

"Ibu hati hati di jalan,segera pulang ya buk..." ucap Nalisa.

Satu persatu anak gadis nya menyalami tangan kurus dingin Nia dengan khidmad sebelum tubuh berlalu di kegelapan malam.

"Ayo tidur, besok kita sekolah kan, jangan sampai kalian ketiduran" ucap Namiya pada ketiga gadis tersebut.

"Iya mbak" jawab mereka bertiga,

Namiya mengunci pintu dan mematikan lampu sebelum mengikuti ketiga adik nya masuk ke dalam kamar untuk tidur.

***

Namiya membuka mata nya dan menatap sekeliling, masih sangat gelap,tapi karena tubuh ya sudah sangat terbiasa bangun sepagi ini mata nya otomatis terbuka sendiri tanpa bantuan alarm.

Namiya segera bangun dan menatap ke arah kiri nya di mana si bungsu Nafisa masih nyaman dalam tidur nya. Mata Namiya menatap jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.

"Fisa bangun yuk, shalat" ucap Namiya sambil mengguncang tubuh mungil sang adik

"Hmmm" ucap Nafisa sembari membuka mata nya.

Namiya segera duduk dan berjalan keluar dari kamar, di saat yang sama, Nalisa dan Namira yang tidur satu kamar juga keluar dari kamar mereka bersamaan.

Keempat gadis itu bergantian mengambil air wudhu dan shalat bersama.

Setelah selasai shalat satu persatu mereka beraktivitas tanpa di perintah, Namiya memasak makanan untuk sarapan dan makan siang lalu membersihkan dapur serta mencuci piring, Nalisa mencuci pakaian lalu Namira dan Nafisa membersihkan rumah hingga halaman.

Itu sudah menjadi pekerjaan mereka di pagi hari sebelum berangkat sekolah, karena ibu akan berangkat ke pasar subuh subuh sehabis shalat untuk mengais rezeki atau ikut warga menjadi buruh tani.

"Tok... Tok... Tok..." Pintu depan di ketuk oleh seseorang, keempat gadis saling pandang,

"Itu ibuk ya mbak? Kok cepat pulang nya, bukan nya ke kota butuh waktu empat jam ya? Seharus nya belum balik secepat apapun ibu bolak balik" Ucap Nalisa

"Apa bapak kali" ucap Namira dengan nada kasar dalam suara nya.

Padahal dulu dia yang paling dekat dengan bapak, tapi karena bapak memilih meninggalkan mereka dan hadiah perpisahan berupa tamparan dari bapak pada nya karena kemarahan nya yang meledak tak terkendali membuat cinta nya yang besar berubah mendadak menjadi benci yang jauh lebih besar lagi.

"Kalian tunggu di sini, biar mbak yang lihat siapa yang datang," ucap Namiya

"Nggak mbak, kita pergi sama sama, jika memang bapak yang datang kita bersama bisa menghadapi nya" ucap Namira yang di angguki oleh Nalisa.

"Tok... Tok... Tok..." Pintu kembali di ketuk

Keempat gadis itu berjalan menuju pintu, menghidupkan lampu dan memutar kunci pintu.

Saat pintu terbuka terlihat tiga pria kekar berdiri di depan rumah nya, awal nya Namiya sedikit ketakutan tapi saat pria itu tersenyum rasa takut perlahan berkurang.

"Selamat pagi dek, maaf menggangu pagi pagi, apa benar ini rumah nya ibu Nia Lestari?" Tanya pria yang berdiri di tengah dengan ramah.

"Iya pak, bapak siapa ya? Ibu saya lagi tidak di rumah, ibu pergi ke kota menggunakan bus malam" terang Namiya lirih

"Kalau bapak nya ada dek? Ada yang ingin kami sampaikan" Tanya nya lagi

"Kami nggak punya bapak, pak hanya kami saja" ucap Namiya

Mendengar itu ketiga pria itu saling pandang.

"Sebenarnya ada apa pak, bapak bapak ini siapa ya?" Tanya Namiya

Pria di tengah yang tadi berbicara menghela nafas panjang.

"Kami dari pihak kepolisian dek, kami datang membawa kabar buruk, bus malam yang membawa ibu adek adek ke kota mengalami kecelakaan, bus nya mengalami rem blong dan berakhir meluncur masuk jurang" ucap pria yang ternyata polisi dengan baju preman.

"Tidak... Ibu..." Nafisa memekik mendengar ucapan polisi tersebut.

Dengan cepat Namira membawa si bungsu ke dalam.

" Ibu sekarang di rumah sakit mana pak? Apa luka ibu parah?" Tanya Namiya.

"Maaf kan kami dek, tapi ibu kalian salah satu korban yang di nyatakan meninggal dunia," ucap polisi tersebut.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Untuk Maduku   76

    "mom... jadi bunda benar benar sudah meninggal ya?" Niscalla yang sedang di tidur kan oleh Namiya di ranjang nya bertanya lirih. "Kenapa Niscalla bertanya kayak gitu? memang nya Niscalla tau apa arti nya meninggal dunia?" tanya Namiya sambil mengelus punggung sang putra yang tertidur miring memeluk pinggangnya. "tau... meninggal itu adalah saat bunda tidak sakit lagi karena bunda sudah bersama Allah, dan Niscalla tidak akan pernah bertemu lagi sama bunda" ucap nya dengan suara bergetar. "apa Niscalla sedih? Niscalla merindukan bunda?" tanya Namiya. sang putra tidak menjawab tapi Namiya bisa merasakan anggukan kepala Niscalla di dada nya. "apa Niscalla tau, walaupun bunda udah bersama Allah, tapi bunda masih bisa melihat Niscalla, jadi Niscalla harus jadi anak Sholeh, jangan tinggalkan sholat, jangan lupa doakan bunda selalu bahagia bersama Allah " ucap Namiya "apa jika Niscalla banyak berdoa bunda akan masuk surga?" tanya Niscalla. "tentu saja, karena Allah sangat menci

  • Anak Untuk Maduku   77

    Tangisan pilu Niscalla terasa mengiris hati Namiya dengan silet kala tubuh Moana yang sudah di balut kain putih di turunkan ke liang lahat. Namiya merasa hancur melihat tangis sang putra, satu-satu nya hal yang bisa dia lakukan hanya bisa memeluk erat sulung nya itu. Saat prosesi pemakaman itu selesai Niscalla tertidur di bahu Namiya, kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman yang berada di komplek pemakaman elit di puncak sebuah bukit hijau itu hingga menyisakan keluarga inti saja. "Eyang pamit dulu," Winarti Nugraha pamit pada Allarick yang masih berlutut di dekat makam mbak Moana dengan tangan terangkat karena masih mengirimkan jutaan do'a buat sang istri. "baik eyang" ucap Allarick singkat sambil mengusap kan tangan nya ke wajah sebagai penutup do'a. "oh iya, eyang tunggu kamu di rumah utama, banyak yang harus kita bahas setelah ini tentang masa depan kamu dan Niscalla" ucap Eyang Winarti. "Aku tidak akan datang e

  • Anak Untuk Maduku   76

    "Mommy nggak papa bilang gitu sama nenek nya mas Al?" tanya Namiya sambil berjalan ke satu kursi di lorong yang panjang. "harus Nin... dia benar benar sudah keterlaluan, bagaimana pun kamu tetap menantu mereka, tidak seharusnya kamu di hina seperti itu, jika Allarick mendengar tadi, dia pasti melakukan hal yang sama dengan yang mommy lakukan" ucap mommy Noura dengan santai. "kalau dia kenapa napa gimana? mommy bisa di salah kan oleh semua orang" ucap Namiya sambil melirik Oma Allarick yang sedang di tenangkan oleh anak dan menantu nya dengan ekor mata nya. "tenang aja, kita di rumah sakit, kalau ada apa apa bisa langsung di periksa, kalau memang hal buruk terjadi ya udah anggap saja itu takdir, mommy yakin nggak ada yang akan menyalahkan mommy, yang ada mereka akan berterima kasih sama mommy" ucap mommy Noura dengan santai sambil duduk bersandar di kursi yang terasa sangat dingin. Namiya ikut diam dan kembali menatap sisi lain dengan ekor mata nya, perlahan dia melihat ibu Nas

  • Anak Untuk Maduku   75

    "Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar nya tersebut di bayar tunai..." Allarick menjawab dengan suara yang jelas walaupun bergetar dan tercekat di tenggorokan nya "Alhamdulillah..." lirih suara Moana terdengar penuh kebahagiaan. "karena secara negara kalian masih terikat pernikahan, tidak ada hal lagi yang harus di perbarui dan di catat, jadi saya pamit dulu" ucap pak penghulu "terima kasih banyak pak, sudah bersedia di panggil tengah malam gini, " ucap Allarick "Sama sama pak, kalau begitu saya pamit ya" ucap bapak tersenyum sebelum keluar dari ruang HCU di ikuti dokter dan perawat laki laki yang menjadi saksi ijab qabul rujuk Namiya dan Allarick "makasih ya dek... sekarang kalian udah suami istri lagi, mbak udah lega, jika nanti janjian mbak datang mbak nggak akan punya beban lagi" ucap Moana "mbak... aku mohon jangan bilang gitu, aku takut mbak, aku belum siap kehilangan mbak Moana, Niscalla juga masih membutuhkan bunda nya" ucap Namiy

  • Anak Untuk Maduku   74

    Namiya menekan gas sedalam yang dia bisa, baru sebentar rasa nya dia tertidur tapi panggil telpon dari sang suami yang meminta nya ke rumah sakit membuat rasa kantuknya hilang entah kemana. Namiya merasa perasaan nya bercampur aduk, perasaan tidak enak menyelubungi hati nya yang berdebar dengan keras. setelah memarkir mobil nya, Namiya berlari ke ruang HCU di lantai dua rumah sakit. sesampai nya di sana Namiya sangat kaget karena banyak nya orang di sana, Namiya melihat sosok ayah dan ibu tiri Allarick yang sempat berkenalan beberapa bulan yang lalu. ada juga mommy Noura dan dua anak gadis yang seperti nya adalah adik adik tiri nya Allarick. Juga seorang wanita uzur yang duduk di atas kursi roda dengan wajah judes menatap Namiya. mereka semua terpekur duduk di atas kursi besi dengan ekspresi Kacau. "Miya... kamu udah datang?" saat melihat kedatangan Namiya mommy Noura dan ibu Nastiti langsung berdiri menyambut nya kedatangan nya. "ayo masuk, di dalam ada Allarick, Moana udah

  • Anak Untuk Maduku   73

    Namiya merasa tubuh nya luruh, dia memang tau dari fisik nya saja Moana terlihat sudah sangat parah. terbaring di ranjang dengan jarum jarum yang menusuk kulit nya yang tipis. selang oksigen melintang di atas bibir membantu nya untuk bernafas, walaupun masih terlihat kesusahan karena sosok nya yang sudah ringkas. bahu nya turun naik bernafas dengan kesusahan walaupun sudah mendapatkan bantuan dari selang oksigen yang menderu dengan yg deras. "mbak..." "Dek... Niscalla butuh ibu, Niscalla butuh ibu nya, saat mbak pergi nanti siapa lagi yang pantas menjadi ibu Niscalla kalau bukan kamu ibu kandung nya." "apa kamu sanggup membayangkan Niscalla hidup di bawah asuhan ibu tiri, tapi kali ini ibu tiri nya pasti akan memiliki anak sendiri, tidak seperti mbak yang tidak punya rahim ini" "apa Niscalla akan bisa memiliki kasih sayang dari wanita itu?" ucap Moana. "aku bisa mengambil kembali hak asuh anak ku mbak jika memang hal seburuk itu terjadi, tapi aku yakin mbak Moana pasti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status