"Tapi mbak..."
"Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya "Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. "Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya "Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. "Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya. "Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa "Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persiapkan kalian buat beli buku buku dan sisa nya buat pegangan kalau mbak belum punya uang buat bayar kontrakan kita bulan dalan serta uang buat makan dan jajan kalian" ucap Namiya "Baik mbak" ucap Nalisa sambil mengumpul kan uang yang di serahkan oleh Namiya "Dan ini kartu ATM kita, kalau benar gaji mbak tiga juta sebulan, nanti setiap gajian mbak akan ngirim uang ke sini dua juta, satu juta buat pegangan mbak di kota. "Ini akan jadi uang makan kalian selama di sini, kalau bersisa bisa buat tabungan kita pindah ke kota" ucap Namiya sambil menyerahkan kartu ATM berwarna biru ke tangan Nalisa. "Baik mbak" jawab Nalisa dengan mata berkaca kaca. "Kamu pintar pintar ya Lis mengatur keuangan, mbak,mbak harap kita bisa segera punya tabungan untuk modal kita nyewa rumah di kota, Mbak rasa nya nggak nyaman kalau kita berjauhan" ucap Namiya. "Tok... Tok... Tok..." saat kedua gadis itu sedang bicara pintu rumah kontrakan mereka di ketuk. "Siapa ya mbak?" tanya Nalisa. "Mbak nggak tau, mungkin mbak Nuri, kemarin kata nya mbak Nuri minta KTP mbak" ucap Namiya "Emang nya KTP mbak udah di ambil dari kantor lurah?" tanya Nalisa "Belum" jawab gadis yang sudah berusia 18 tahun beberapa minggu yang lalu itu. "Jadi di mana?" "Mbak janji mau jemput KTP nya nanti siang" ucap Namiya sambil berdiri untuk membuka pintu. Nalisa mengumpulkan uang yang di letakkan berkelompok kelompok di atas meja oleh Nalisa tadi. Saat pintu terbuka mata Nalisa dan namiya terbelalak melihat siapa yang berdiri di depan pintu. "Bapak" ucap mereka berdua dengan ekspresi tidak percaya. "Tenyata benar kalian punya banyak uang dari asuransi jiwa ibu kalian, tau begini bapak akan pulang lebih cepat" mata pria setengah baya itu tidak menunjukkan sorot rindu pada anak anak nya tapi memperlihatkan keserakahan pada tumpukan uang di atas meja. "Lis... Uang nya" pekik Namiya sambil berusaha mendorong bapak yang memaksa untuk masuk ke rumah. Nalisa dengan cepat mengumpulkan uang yang dia bisa, Sedangkan Namiya dengan tubuh kecil nya mencoba menahan bapak, tapi tentu saja tenaga laki laki itu lebih kuat. Dia mendorong Namiya hingga terjatuh ke lantai dan melangkah mendekati Nalisa, karena kehilangan akal Nalisa menggulung tubuh nya di atas uang tersebut. "Berikan uang nya, bapak itu suami ibu bapak jauh lebih berhak dari pada kalian untuk memiliki uang ini, berikan..." ucap bapak sambil menarik tubuh Nalisa untuk berdiri. Nalisa terpekik kesakitan dengan cengkeraman tangan bapak. "Tolong... Tolong.... Tolong... Maling....." teriak Nalisa dengan keras. "Tolong... Tolong...." Namiya yang meringkuk kesakitan karena kaki nya yang terkilir juga ikut berteriak. Mendengar teriakan itu bapak panik, dia dengan cepat mengumpulkan beberapa uang yang berserakan sebelum lari meninggalkan rumah kontrakan anak anak nya itu. Teriakan kedua gadis itu memancing orang orang berdatangan untuk mencari tau maling mana yang begitu berani beraksi di tengah hari bolong. *** "Baru kali ini aku melihat seorang ayah sejahat bapak kalian" ucap bude Lilis sembari menempelkan obat di keling Nalisa yang berdarah dan bekas cakaran di tangan Nalisa akibat melindungi uang milik mereka yang akan di rampas sang ayah. "Au... Sakit mak..." Namiya menangis saat mak lili mengurut kaki nya yang sudah sangat bengkak padahal baru satu jam yang lalu kaki terkilir setelah di dorong oleh sang ayah. "Sabar ya neng, mak tau itu sakit tapi kamu harus tahan biar kamu nggak lama lama sakit nya" Ucap mak Lili sambil mengusap kaki Namiya Peluh memercik di kening Namiya, panas dan sakit membuat tubuh basah oleh keringat. "Mbak jadi takut ninggalin kalian di sini, bapak bisa datang kapan saja, dan menggangu kalian, tapi di sini mbak nggak tau mau kerja apa" keluh Namiya dengan kening khawatir. Namiya tidak bisa membayangkan Jika dia tidak ada Ayah nya datang lagi untuk menggangu adik adik nya yang tanpa perlindungan. "Berapa banyak uang yang ayah kalian ambil dari kalian?" tanya bude Lilis "Hampir tiga juta bude, itu uang buat masuk SMA dan SMP buat Namira dan Nafisa." jawab Nalisa. "Astagfirullah hal'adzim" ucap Bude Lilis dengan nada penuh amarah. "Jadi gimana rencana mbak jadi nya?" tanya Nalisa "Setelah kalian selesai ujian akhir dan kenaikan kelas ayo kita pindah saja ke kota, mbak akan berangkat duluan dan mencari kontrakan murah buat kita, kalian lanjutkan saja sekolah di kota" ucap Namiya "Tapi bagaimana dengan kontrakan kita mbak? Ujian kenaikan kelas dan penerimaan rapor dua bulan lagi sedangkan kontrakan kita habis bulan ini, bulan depan kita harus bayar lagi" ucap Nalisa "Mbak akan bicara sama buk hajjah agar bisa bayar kontrakan nya buat dua bulan saja" ucap Namiya. "Baiklah mbak, semoga buk hajjah ngizinin ya mbak" ucap Nalisa. "Insyaallah buk hajjah akan mengerti nak, biar bude temani kamu buat ngomong sama buk hajjah" ucap bude Lilis. "Terima kasih ya bude... Sejak ibu meninggalkan kami satu tahun yang lalu bude sudah menjadi ibu kedua bagi kami, bude selalu menjaga kami walaupun kami sudah pindah. Terima kasih banyak bude" ucap Namiya. "Sama sama nak, Dua bulan ini kamu bisa mencari tempat tinggal dan sekolah di kota buat adil adik kamu, di sini biar bude yang jaga mereka, kamu nggak usah mikirin mereka, nggak akan Bude biarkan ayah kalian mendekati adik adik mu?" ucap bude lilis. "Makasih banyak bude, aku sangat bahagia bisa memiliki bude di saat tersulit kami, Aku nitip adik adik ya bude" Ucap Namiya dengan suara bergetar menahan tangis. ***Namiya masuk ke sebuah kawasan sekolah elite internasional dengan menggunakan taxi online sembari menggandeng tangan sang putri yang terlihat sangat antusias. ini pertama kali nya Arunika masuk sekolah, dia akan mulai dari preschool karena usia nya belum genap lima tahun dan sekolah ini adalah sekolah pilihan nya mommy Noura. Menurut mommy Noura sekolah ini adalah sekolah terbaik di kawasan. "Kamu senang mau sekolah?" tanya Namiya pada sang anak yang seperti akan terbang jika tidak pegang erat erat. "Senang... aku tidak sabar bertemu teman teman," ucap Arunika dengan penuh semangat. "ingat yang mommy bilang, jangan pakai bahasa jepang, bicara sama teman teman pakai bahasa Indonesia oke..." ucap Namiya. "Oke mommy..." ucap nya lantang, kepala nya mengangguk hingga dua kuncir kuda di sisi kiri dan kanan kepala nya bergerak dengan lucu. "selamat pagi bunda... selamat datang di sekolah... siapa ini murid Miss nama nya?" seorang wanita muda menyambut Arunika dengan ramah.
"Daddy Daddy... apa Daddy tau tadi Kalla melihat ada Tante cantik dengan anak nya, anak nya juga cantik Daddy, tapi kenapa Kalla rasa nya kenal ya Daddy sama anak perempuan dan mommy nya itu" "entah kenapa rasa nya Kalla sayang sama mereka, aneh bukan Daddy?" tanya Niscalla yang sedang di gendong dan di peluk oleh sang ayah. "benarkah? siapa mereka?" tanya Allarick "nggak tau Daddy, tapi Kalla suka sama mereka" ucap Niscalla. Allarick menatap adik tiri nya Alya yang berdiri di samping nya. "Tadi kayak nya Kalla nabrak wanita muda gitu mas, dia bawa anak perempuan seusia Kalla, tapi entah kenapa rasa nya saat melihat anak perempuan wanita itu seakan aku melihat Kalla versi cewek hanya saja anak perempuan itu memiliki rambut lebat yang panjang hingga ke pinggang dan sedikit ikal" ucap Alya dengan pandangan menerawang. tubuh Allarick menegang karena perasaan familiar yang dia rasakan. "apa mungkin itu Namiya dan Arunika, apa kalian akhirnya kembali ke Daddy?" ucap Allarick
Anak di depan nya pasti lah Niscalla nya, bayi yang dia peluk dengan erat di atas meja bersalin sebelum di serahkan pada istri pertama suami nya. Anak itu adalah anak nya... Anak yang tidak pernah lagi dia lihat sejak saat itu, debaran jantung ini bukti nya, dada nya bergemuruh membuncah. Niscalla nya... Itu adalah putra nya... Tidak mungkin tidak. Ingin rasa nya Namiya merengkuh tubuh mungil ini ke dalam pelukan nya, tapi pikiran rasional nya membuat nya dengan cepat sadar. "Siapa nama mu nak?" Tanya Namiya dengan senyum indah terukir di bibir nya. "Kalla... di mana kamu... Kalla..." belum sempat bocah dengan wajah mirip dengan Arunika tersebut menjawab sebuah panggilan terdengar keras memanggil nya "Astaga Kalla, Tante udah nyariin kamu dari tadi, kamu kemana saja, daddy udah tungguin kamu dari tadi, sebentar lagi pesawat Daddy akan take off" seorang wanita berlari dengan terdengah dan berhenti tepat di hadapan Namiya. "maaf ya mbak, apa keponakan saya ganggu mbak nya? d
"Onee-sama... Arigatou... Terima kasih untuk selama ini, terima kasih sudah jadi ibu kedua yang menjaga Arunika selama aku kuliah, terima kasih karena sudah mencintai kami empat tahun terakhir"Tangis Namiya pecah saat Masayu dan Ryuku serta kedua anak mereka Yuka dan Yuki mengantar mereka bertiga ke bandara.Hari ini setelah empat setengah tahun lama nya dia tinggal di Jepang untuk meraih pendidikan di sana, akhir nya hari ini dia harus pulang.Meninggal kan keluarga Inosuke yang sudah menemani nya empat tahun terakhir."Jaga diri baik baik di sana, sering sering telpon ke rumah oke... Aku juga akan menghubungi kalian kalau aku merindukan Ru-chan kesayangan ku" ucap Masayu."Ru-chan... Jangan lupa kan Oka-sama ya, Oka-sama akan sering menelepon mu, baik baik di sana, sekolah yang rajin dan dengar kan kata kata mommy, wakarimasu ka...?""Wakattta oka-sama" jawab Arunika dengan kepala mengangguk cepat."Sudah waktu nya kalian berangkat," ucap Inosuke Ryuku sembari memberikan ketiga tik
Namiya berjalan masuk ke rumah besar keluarga Inosuke dengan langkah kecil sembari menggendong Arunika, di belakang nya mbak Sri berjalan dengan menarik dua koper besar.Setelah bersembunyi dari orang suruhan Allarick selama tiga bulan di sebuah villa keluarga Inosuke pinggir kota, akhir hari ini setelah ketiga utusan Allarick kembali ke Indonesia Namiya datang ke rumah keluarga Inosuke.Keluarga Inosuke dulu nya saat zaman kakek buyut nya Allarick adalah keluarga Yakuza dengan ribuan anak buah, tapi semakin bergeser nya zaman mereka mulai meninggalkan tradisi lama dan mulai masuk dunia yang baru.Mereka mulai dengan bisnis properti dan e-commers, lalu perlahan mulai merambah dunia ekspor impor hingga bisa membuka cabang di Indonesia.Di sana lah Inosuke ojii-sama berkenalan dengan seorang wanita yang akhirnya menjadi teman seumur hidup nya, dan dari pernikahan mereka lahir lah dua orang anak.Anak pertama nya sudah meninggal dan dari nya kakek memiliki satu cucu laki laki bernama Ino
Sudah tiga bulan lama nya Allarick mencari jejak Namiya dan Arunika, dia menjadi sangat terobsesi dengan pencarian nya.Berdasarkan penyelidikan yang dia lakukan dia berhasil mendapat kan tiga penerbangan internasional atas nama Namiya dan Arunika. Penerbangan menuju Jepang, ke Malaysia dan ke new york, amerika serikat.Tentu saja kecurigaan terbesar Allarick pelarian Namiya adalah ke Jepang, Karena di sana lah kampung halaman sang ibu, bahkan kakek dan paman nya masih tinggal di sana bersama sepupu nya Inosuke Ryoku dan istri nya Masayu.Tapi bisa jadi juga itu hanya jebakan agar Allarick berfikir demikian. Jadi nya saat itu Allarick ingin ke Jepang untuk mencari tau sendiri kebenaran nya, tapi... Kondisi Niscalla memburukDemam nya semakin tinggi hingga dia harus di rawat di rumah sakit, dia menjadi kolokan dan tidak bisa di tinggal, dia lengket seperti lem pada Allarick, hanya Allarick.Tidak ada satu orang lain pun yang dia izinkan memeluk diri nya kecuali sang ayah. Niscalla se
"Apa maksud mommy? Tas ASI terakhir buat Niscalla? Kenapa? Di mana Namiya mom? Seharus nya dia sudah di rumah karena ini minggu ini jatah nya aku di bersama nya""Apa dia masih di restoran? Tapi ini sudah lewat isya?"Allarick berdiri di ruang tengah sembari memegang tas ASI yang baru saja di serahkan oleh Mommy Noura pada nya.Allarick sungguh tidak mengerti dengan maksud sang ibu yang mengatakan jika ini adalah Stock ASI terakhir buat sang putra."Namiya sudah pergi, dia ingin meminta cerai dari mu," ucap mommy Noura singkat."Cerai? Tidak mom... Aku tidak ingin menceraikan nya, aku tidak bisa kehilangan Namiya dan Arunika, mereka adalah milik ku" ucap Allarick dengan mata memancarkan kemarahan."Mommy tidak berhak ikut campur dengan keputusan yang di buat oleh Namiya, jika kamu ingin tau kamu bisa membaca surat yang di tinggalkan oleh Namiya" ucap mommy Noura sambil menyerah surat beramplop putih yang di pegang nya sejak tadi."Pergi dan hanya meninggal kan sepucuk surat... Ha.. Ha
Bandara Narita, tokyo Jepang adalah bandara tersibuk di negara matahari terbit tersebut. Namiya turun di terminal dua bandara dengan mata bengkak, selama hampir delapan jam dalam penerbangan nonstop itu Namiya sering sekali menangis.Begitu juga Arunika, gadis kecil berusia enam setengah bulan itu juga rewel dan sering menangis, entah karena tidak nyaman di pesawat dengan ketinggian ribuan kaki itu atau karena di pisah kan dengan paksa dengan sang ayah yang begitu dekat dengan nya.Arunika adalah tipe anak perempuan yang suka sekali dengan sentuhan sang ayah, saat sedang rewel bersama Namiya jika Allarick datang dan dia di gendong tangis nya langsung berubah jadi tawa.Saat tidur pun dia lebih suka di pelukan sang ayah dari pada pelukan sang ibu.Setelah segala urusan imigrasi selesai, Namiya berjalan keluar menggendong Arunika di ikuti suster Sri yang mendorong stroller berisi tiga koper besar dan beberapa tas tangan kecil."Arunika... Oji-sama merindukan mu, aitakatta Arunika" Buka
Enam bulan berlalu begitu saja, seperti yang Namiya janjikan pada diri nya sendiri, dia akan pergi, sejauh mungkin untuk menghilang dari kehidupan yang kelam sebagai simpanan.Istri kedua yang tersembunyi. Enam bulan terakhir Namiya menghabiskan waktu mengumpulkan jutaan kenangan indah bersama sang suami, saat suami nya bersama diri nya.Namiya tau saat ini Moana sendiri sudah sangat berat hidup memiliki madu, Walaupun dia sendiri yang membawa madu itu ke rumah nya.Dahulu, saat Namiya hamil tidak sekali pun Moana memanggil Allarick yang harus nya bersama diri nya pulang ke rumah nya.Dahulu saat jatah Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana tidak pernah memanggil Allarick untuk pulang ke rumah nya.Tapi sekarang, saat Allarick pulang ke rumah Namiya, Moana sering menelpon Allarick menyuruh nya buat pulang ke rumah nya dengan berbagai alasan.Dan alasan nya selalu tentang Niscalla. Entah Niscalla rewel lah, Niscalla nggak mau tidur lah, bahkan dia pernah mengatakan Niscalla yang baik