Share

05 Bapak

Author: Chykara
last update Last Updated: 2024-11-15 14:44:06

"Tapi mbak..."

"Lis, mbak insyaallah akan baik baik saja, mbak akan manjaga diri, mbak akan mencari pekerjaan yang lebih baik nanti di jakarta,pekerjaan ini hanya sementara, jika ada kesempatan mbak akan nyari kerja yang lebih baik," ucap Namiya 

"Ya udah kalau mbak sudah yakin," ucap Nalisa. 

"Lis, mbak titip adik adik sama kamu ya,kalau nanti mbak udah ketemu kerjaan yang lebih bagus mbak akan nyari kontrakan yang agak besar dan kita semua bisa pindah ke kota, kalian bisa melanjutkan sekolah ke kota" ucap Namiya 

"Iya Mbak nggak usah khawatir, aku akan jaga mereka berdua." ucap Namiya. 

"Ini kemarin mbak narik uang 13 juta, dan mbak sisa kan 10 juta sebagai uang darurat kita sepuluh juta, mbak harap uang itu jangan sampai terpakai dulu sampai mbak dapat gaji" ucap Namiya.

"Akan aku usahakan mbak" jawab Nalisa 

"Ini mbak ambil ya dua juta buat pegangan mbak ke kota, dua juta buat uang pangkal dan uang seragam Namira masuk SMA, satu juta uang pangkal Nafisa masuk SMP. Satu juta persiapkan kalian buat beli buku buku dan sisa nya buat pegangan kalau mbak belum punya uang buat bayar kontrakan kita bulan dalan serta uang buat makan dan jajan kalian" ucap Namiya 

"Baik mbak" ucap Nalisa sambil mengumpul kan uang yang di serahkan oleh Namiya 

"Dan ini kartu ATM kita, kalau benar gaji mbak tiga juta sebulan, nanti setiap gajian mbak akan ngirim uang ke sini dua juta, satu juta buat pegangan mbak di kota.

"Ini akan jadi uang makan kalian selama di sini, kalau bersisa bisa buat tabungan kita pindah ke kota" ucap Namiya sambil menyerahkan kartu ATM berwarna biru ke tangan Nalisa. 

"Baik mbak" jawab Nalisa dengan mata berkaca kaca.

"Kamu pintar pintar ya Lis mengatur keuangan, mbak,mbak harap kita bisa segera punya tabungan untuk modal kita nyewa rumah di kota, Mbak rasa nya nggak nyaman kalau kita berjauhan" ucap Namiya.

"Tok... Tok... Tok..." saat kedua gadis itu sedang bicara pintu rumah kontrakan mereka di ketuk.

"Siapa ya mbak?" tanya Nalisa.

"Mbak nggak tau, mungkin mbak Nuri, kemarin kata nya mbak Nuri minta KTP mbak" ucap Namiya 

"Emang nya KTP mbak udah di ambil dari kantor lurah?" tanya Nalisa 

"Belum" jawab gadis yang sudah berusia 18 tahun beberapa minggu yang lalu itu.

"Jadi di mana?" 

"Mbak janji mau jemput KTP nya nanti siang" ucap Namiya sambil berdiri untuk membuka pintu.

Nalisa mengumpulkan uang yang di letakkan berkelompok kelompok di atas meja oleh Nalisa tadi.

Saat pintu terbuka mata Nalisa dan namiya terbelalak melihat siapa yang berdiri di depan pintu.

"Bapak" ucap mereka berdua dengan ekspresi tidak percaya.

"Tenyata benar kalian punya banyak uang dari asuransi jiwa ibu kalian, tau begini bapak akan pulang lebih cepat" mata pria setengah baya itu tidak menunjukkan sorot rindu pada anak anak nya tapi memperlihatkan keserakahan pada tumpukan uang di atas meja.

"Lis... Uang nya" pekik Namiya sambil berusaha mendorong bapak yang memaksa untuk masuk ke rumah.

Nalisa dengan cepat mengumpulkan uang yang dia bisa, Sedangkan Namiya dengan tubuh kecil nya mencoba menahan bapak, tapi tentu saja tenaga laki laki itu lebih kuat.

Dia mendorong Namiya hingga terjatuh ke lantai dan melangkah mendekati Nalisa,  karena kehilangan akal Nalisa menggulung tubuh nya di atas uang tersebut.

"Berikan uang nya, bapak itu suami ibu bapak jauh lebih berhak dari pada kalian untuk memiliki uang ini, berikan..." ucap bapak sambil menarik tubuh Nalisa untuk berdiri.

Nalisa terpekik kesakitan dengan cengkeraman tangan bapak.

"Tolong... Tolong.... Tolong... Maling....." teriak Nalisa dengan keras.

"Tolong... Tolong...." Namiya yang meringkuk kesakitan karena kaki nya yang terkilir juga ikut berteriak.

Mendengar teriakan itu bapak panik, dia dengan cepat mengumpulkan beberapa uang yang berserakan sebelum lari meninggalkan rumah kontrakan anak anak nya itu.

Teriakan kedua gadis itu memancing orang orang berdatangan untuk mencari tau maling mana yang begitu berani beraksi di tengah hari bolong.

***

"Baru kali ini aku melihat seorang ayah sejahat bapak kalian" ucap bude Lilis sembari menempelkan obat di keling Nalisa yang berdarah dan bekas cakaran di tangan Nalisa akibat melindungi uang milik mereka yang akan di rampas sang ayah.

"Au... Sakit mak..." Namiya menangis saat mak lili mengurut kaki nya yang sudah sangat bengkak padahal baru satu jam yang lalu kaki terkilir setelah di dorong oleh sang ayah.

"Sabar ya neng, mak tau itu sakit tapi kamu harus tahan biar kamu nggak lama lama sakit nya" Ucap mak Lili sambil mengusap kaki Namiya 

Peluh memercik di kening Namiya, panas dan sakit membuat tubuh basah oleh keringat.

"Mbak jadi takut ninggalin kalian di sini, bapak bisa datang kapan saja, dan menggangu kalian, tapi di sini mbak nggak tau mau kerja apa" keluh Namiya dengan kening khawatir. 

Namiya tidak bisa membayangkan Jika dia tidak ada Ayah nya datang lagi untuk menggangu adik adik nya yang tanpa perlindungan. 

"Berapa banyak uang yang ayah kalian ambil dari kalian?" tanya bude Lilis 

"Hampir tiga juta bude, itu uang buat masuk SMA dan SMP buat Namira dan Nafisa." jawab Nalisa. 

"Astagfirullah hal'adzim" ucap Bude Lilis dengan nada penuh amarah.

"Jadi gimana rencana mbak jadi nya?" tanya Nalisa 

"Setelah kalian selesai ujian akhir dan kenaikan kelas ayo kita pindah saja ke kota, mbak akan berangkat duluan dan mencari kontrakan murah buat kita, kalian lanjutkan saja sekolah di kota" ucap Namiya 

"Tapi bagaimana dengan kontrakan kita mbak? Ujian kenaikan kelas dan penerimaan rapor dua bulan lagi sedangkan kontrakan kita habis bulan ini, bulan depan kita harus bayar lagi" ucap Nalisa 

"Mbak akan bicara sama buk hajjah agar bisa bayar kontrakan nya buat dua bulan saja" ucap Namiya. 

"Baiklah mbak, semoga buk hajjah ngizinin ya mbak" ucap Nalisa. 

"Insyaallah buk hajjah akan mengerti nak, biar bude temani kamu buat ngomong sama buk hajjah" ucap bude Lilis.

"Terima kasih ya bude... Sejak ibu meninggalkan kami satu tahun yang lalu bude sudah menjadi ibu kedua bagi kami, bude selalu menjaga kami walaupun kami sudah pindah. Terima kasih banyak bude" ucap Namiya. 

"Sama sama nak, Dua bulan ini kamu bisa mencari tempat tinggal dan sekolah di kota buat adil adik kamu, di sini biar bude yang jaga mereka, kamu nggak usah mikirin mereka, nggak akan Bude biarkan ayah kalian mendekati adik adik mu?" ucap bude lilis.

"Makasih banyak bude, aku sangat bahagia bisa memiliki bude di saat tersulit kami, Aku nitip adik adik ya bude" Ucap Namiya dengan suara bergetar menahan tangis.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Untuk Maduku   77

    dengan sangat kesusahan dan langkah kaki sempoyongan Namiya berhasil membawa Allarick yang setengah sadar ke dalam kamar nya di lantai dua. tubuh Namiya penuh oleh keringat, selain karena menopang tubuh besar Allarick, suhu tubuh Allarick yang tinggi membuat tubuh Namiya ikut kepanasan. "mas tidur rebahan dulu, aku mau ambil air buat kompres mas sekalian nyari Paracetamol buat bikin suhu tubuh mas kembali normal" ucap Namiya "jangan... jangan pergi, tolong temani aku di sini" dengan mata yang masih terpejam Allarick menarik gaun tidur Namiya mencoba menahan agar gadis itu tidak pergi. "mas... aku nggak lama, tunggu sebentar, aku cuma mau nyari obat buat mas Al, mas tunggu sebentar ya" ucap Namiya dengan lembut sambil membuka jemari Allarick yang mencengkram erat gaun satin nya. "tidak... ku mohon... jangan pergi..." Namiya Tidak tau buat siapa igauan yang keluar dari mulut suami nya itu, entah buat diri nya atau buat Moana yang sudah pergi meninggalkan mereka. Namiya jo

  • Anak Untuk Maduku   76

    "mom... jadi bunda benar benar sudah meninggal ya?" Niscalla yang sedang di tidur kan oleh Namiya di ranjang nya bertanya lirih. "Kenapa Niscalla bertanya kayak gitu? memang nya Niscalla tau apa arti nya meninggal dunia?" tanya Namiya sambil mengelus punggung sang putra yang tertidur miring memeluk pinggangnya. "tau... meninggal itu adalah saat bunda tidak sakit lagi karena bunda sudah bersama Allah, dan Niscalla tidak akan pernah bertemu lagi sama bunda" ucap nya dengan suara bergetar. "apa Niscalla sedih? Niscalla merindukan bunda?" tanya Namiya. sang putra tidak menjawab tapi Namiya bisa merasakan anggukan kepala Niscalla di dada nya. "apa Niscalla tau, walaupun bunda udah bersama Allah, tapi bunda masih bisa melihat Niscalla, jadi Niscalla harus jadi anak Sholeh, jangan tinggalkan sholat, jangan lupa doakan bunda selalu bahagia bersama Allah " ucap Namiya "apa jika Niscalla banyak berdoa bunda akan masuk surga?" tanya Niscalla. "tentu saja, karena Allah sangat menci

  • Anak Untuk Maduku   77

    Tangisan pilu Niscalla terasa mengiris hati Namiya dengan silet kala tubuh Moana yang sudah di balut kain putih di turunkan ke liang lahat. Namiya merasa hancur melihat tangis sang putra, satu-satu nya hal yang bisa dia lakukan hanya bisa memeluk erat sulung nya itu. Saat prosesi pemakaman itu selesai Niscalla tertidur di bahu Namiya, kelelahan karena terlalu banyak menangis. Saat satu persatu pelayat meninggalkan area pemakaman yang berada di komplek pemakaman elit di puncak sebuah bukit hijau itu hingga menyisakan keluarga inti saja. "Eyang pamit dulu," Winarti Nugraha pamit pada Allarick yang masih berlutut di dekat makam mbak Moana dengan tangan terangkat karena masih mengirimkan jutaan do'a buat sang istri. "baik eyang" ucap Allarick singkat sambil mengusap kan tangan nya ke wajah sebagai penutup do'a. "oh iya, eyang tunggu kamu di rumah utama, banyak yang harus kita bahas setelah ini tentang masa depan kamu dan Niscalla" ucap Eyang Winarti. "Aku tidak akan datang ey

  • Anak Untuk Maduku   76

    "Mommy nggak papa bilang gitu sama nenek nya mas Al?" tanya Namiya sambil berjalan ke satu kursi di lorong yang panjang. "harus Nin... dia benar benar sudah keterlaluan, bagaimana pun kamu tetap menantu mereka, tidak seharusnya kamu di hina seperti itu, jika Allarick mendengar tadi, dia pasti melakukan hal yang sama dengan yang mommy lakukan" ucap mommy Noura dengan santai. "kalau dia kenapa napa gimana? mommy bisa di salah kan oleh semua orang" ucap Namiya sambil melirik Oma Allarick yang sedang di tenangkan oleh anak dan menantu nya dengan ekor mata nya. "tenang aja, kita di rumah sakit, kalau ada apa apa bisa langsung di periksa, kalau memang hal buruk terjadi ya udah anggap saja itu takdir, mommy yakin nggak ada yang akan menyalahkan mommy, yang ada mereka akan berterima kasih sama mommy" ucap mommy Noura dengan santai sambil duduk bersandar di kursi yang terasa sangat dingin. Namiya ikut diam dan kembali menatap sisi lain dengan ekor mata nya, perlahan dia melihat ibu Nas

  • Anak Untuk Maduku   75

    "Saya terima nikah dan kawin nya Namiya Anggraini binti Burhan dengan mahar nya tersebut di bayar tunai..." Allarick menjawab dengan suara yang jelas walaupun bergetar dan tercekat di tenggorokan nya "Alhamdulillah..." lirih suara Moana terdengar penuh kebahagiaan. "karena secara negara kalian masih terikat pernikahan, tidak ada hal lagi yang harus di perbarui dan di catat, jadi saya pamit dulu" ucap pak penghulu "terima kasih banyak pak, sudah bersedia di panggil tengah malam gini, " ucap Allarick "Sama sama pak, kalau begitu saya pamit ya" ucap bapak tersenyum sebelum keluar dari ruang HCU di ikuti dokter dan perawat laki laki yang menjadi saksi ijab qabul rujuk Namiya dan Allarick "makasih ya dek... sekarang kalian udah suami istri lagi, mbak udah lega, jika nanti janjian mbak datang mbak nggak akan punya beban lagi" ucap Moana "mbak... aku mohon jangan bilang gitu, aku takut mbak, aku belum siap kehilangan mbak Moana, Niscalla juga masih membutuhkan bunda nya" ucap Namiy

  • Anak Untuk Maduku   74

    Namiya menekan gas sedalam yang dia bisa, baru sebentar rasa nya dia tertidur tapi panggil telpon dari sang suami yang meminta nya ke rumah sakit membuat rasa kantuknya hilang entah kemana. Namiya merasa perasaan nya bercampur aduk, perasaan tidak enak menyelubungi hati nya yang berdebar dengan keras. setelah memarkir mobil nya, Namiya berlari ke ruang HCU di lantai dua rumah sakit. sesampai nya di sana Namiya sangat kaget karena banyak nya orang di sana, Namiya melihat sosok ayah dan ibu tiri Allarick yang sempat berkenalan beberapa bulan yang lalu. ada juga mommy Noura dan dua anak gadis yang seperti nya adalah adik adik tiri nya Allarick. Juga seorang wanita uzur yang duduk di atas kursi roda dengan wajah judes menatap Namiya. mereka semua terpekur duduk di atas kursi besi dengan ekspresi Kacau. "Miya... kamu udah datang?" saat melihat kedatangan Namiya mommy Noura dan ibu Nastiti langsung berdiri menyambut nya kedatangan nya. "ayo masuk, di dalam ada Allarick, Moana udah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status