Beranda / Rumah Tangga / Sinyal Cinta CEO Duda / Insiden Di Lantai Atas

Share

Insiden Di Lantai Atas

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-26 15:19:47

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini Nazwa? Apakah kamu bisa mengerjakannya dengan baik?" tanya lelaki itu pelan dan lembut sambil memperhatikan raut wajah Nazwa yang kebingungan.

"Erland?" lirih Nazwa tidak percaya jika yang didepannya adalah Erland Sanjaya yang sudah ia kenal sebelumnya.

Semua karyawan di bagian marketing ikut melongo menyaksikan sang CEO menyambut karyawan baru dengan sangat spesial. Selama ini Pak Erland tidak pernah peduli dan perhatian seperti itu.

"Ya Tuhan. Padahal baru tadi siang dia mentraktir banyak makanan. Dan aku kabur begitu saja. Sekarang dia berada di depanku sebagai seorang CEO perusahaan yang aku tempati untuk bekerja," batin Nazwa. Dirinya sudah berasa mau pingsan.

"Kamu tidak perlu merasa takut. Jika ada yang tidak kamu pahami, kamu bisa bertanya langsung kepada saya. Have a nice today."

Lelaki tampan itu tersenyum manis lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Nazwa yang masih diam tak percaya.

Langsung saja Mila mendekati Nazwa kembali. Dan berteriak histeris.

"Astaga, Nazwa. Kamu sudah mengenalnya? Bahkan Beliau tidak marah saat kau mengucap namanya dengan sebutan Erland. Sepertinya Bapak Erland juga naksir kamu nih," goda Mila.

Mila masih melanjutkan kalimatnya. "Erland Sanjaya, seorang duda yang masih perjaka. Harus bercerai di hari pertama pernikahannya karena sang istri hamil anak lelaki lain. Sayang sekali Bapak Erland diselingkuhi tanpa sepengetahuannya saat masih proses lamaran." Mila meletakkan telapak tangan di pipinya.

Nazwa tersadar. "Kamu serius Mila? Aku memanggilnya dengan sebutan Erland? Gawat! Aku harus minta maaf! Aku tidak mau dipecat."

Nazwa segera pergi dari ruangannya untuk meminta maaf kepada Erland. Ia melupakan pekerjaannya yang belum selesai.

"Hei, Nazwa. Tunggu dulu." Mila terlihat tidak percaya. "Padahal 'kan Bapak Erland tidak marah kepadanya, Beliau justru menawarkan sebuah bantuan kepada Nazwa."

Mila memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak mau ikut campur dengan masalah Nazwa. Meski sebenarnya ia juga penasaran.

Sementara Nazwa sibuk mencari ruangan CEO. Ia benar-benar ingin meminta maaf kepada Erland. Wanita itu gagal fokus melihat penampilan Erland yang sudah berbeda sejak terakhir kali dilihatnya di restoran tadi siang. Begitu tampan dan menawan.

Karena belum tahu di mana ruangan sang CEO, Nazwa terus naik sampai lantai atas. Dia tidak tahu jika di lantai atas sedang ada renovasi.

"Tempat apa ini?" lirih Nazwa.

Nazwa melangkah ke ruangan yang sedang direnovasi itu, ia berjalan mendekat ke dinding. Namun tiba-tiba ada sebagian bangunan di atas yang runtuh. Wanita itu mendongak ke atas dan menjerit karena terkejut.

"Nazwa, awas!" teriak Erland. Sang CEO itu berlari. Kemudian memeluk erat tubuh Nazwa. Keduanya terjatuh di lantai bersamaan dengan runtuhnya sebagian bangunan itu.

"Nazwa, kamu tidak apa-apa 'kan?" Erland begitu khawatir melihat Nazwa tidak sadarkan diri. Padahal lengan kanan Erland terkena sebagian reruntuhan bangunan itu.

Dengan cepat Erland mengangkat tubuh Nazwa ala bridal style. Membawanya ke kamar pribadi milik Erland Sanjaya di ruangan CEO-nya. Lelaki itu tidak rela jika wanita itu harus masuk klinik perusahaan yang tidak terlalu luas dan bertemu dengan karyawan lain yang sakit.

Erland segera membaringkan tubuh Nazwa di ranjang empuknya. Kemudian membuatkan segelas teh hangat untuk Nazwa dan mencari minyak kayu putih agar wanita itu segera sadar.

Merasakan sesuatu yang aneh pada indera penciumannya, perlahan Nazwa mulai membuka kedua matanya.

"Di mana aku?" lirihnya sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

"Nazwa, kamu sudah sadar?" Erland duduk di samping wanita itu sedang berbaring.

"Apa yang terjadi denganku?" tanya Nazwa berusaha mengingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya.

"Minum dulu," bujuk Erland memberikan segelas teh hangat yang sudah dibuatnya beberapa menit yang lalu.

"Terima kasih, Pak Erland."

Nazwa menerima segelas teh itu kemudian segera meminumnya. Tenggorokan yang telah kering itu merasakan hangatnya air teh yang membuatnya merasa lebih baik.

"Jadi, apa yang kamu lakukan di lantai atas? Di sana sangat berbahaya, Nazwa."

Erland mencoba memberi tahukan hal itu tanpa memarahinya. Ucapannya begitu lembut dan menenangkan.

"Sebenarnya saya hanya ingin minta maaf kepada Bapak karena tadi bersikap tidak sopan. Menyebut nama Bapak dengan sebutan Erland." Nazwa menunduk. Ia merasa menyesal.

"Aku tidak marah, Nazwa. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Aku tidak butuh sebuah pengakuan darimu. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan apa saja. Aku tidak peduli."

Nazwa hendak berucap lagi. Namun netranya berhenti pada lengan kanan Erland yang terluka. Bajunya sedikit sobek dan terlihat ada darah yang ke luar.

"Bapak Erland. Lengan kanan Anda terluka? Biarkan saya mengobatinya. Semua ini gara-gara saya."

"Tidak perlu, Nazwa. Aku bisa mengobatinya sendiri nanti. Ini bukan masalah yang besar," kilah Erland.

"Saya akan bertanggung jawab. Sebagai rasa terima kasih saya karena Bapak telah menolong saya. Jadi Bapak tidak boleh menolak."

Erland pun hanya menurut. Ia tidak bisa mengelak lagi. "Baiklah, jika kamu memaksanya." Lelaki itu tersenyum tipis. Ia merasa bahagia bisa sedekat itu dengan Nazwa.

Nazwa mencari kotak P3K di ruangan pribadi milik Erland. Setelah menemukannya, ia membawanya mendekati sang CEO yang sudah duduk tegak menanti kedatangan Nazwa.

"Sebaiknya bajunya dilepas Pak Erland," ucap Nazwa dengan sopan.

"Bisa kamu melepaskannya untukku?" goda Erland.

Lelaki itu sengaja menyuruh Nazwa. Ia ingin merasakan bagaimana menjadi seorang suami yang dibantu melepaskan pakaiannya. Erland sudah membayangkan jika Nazwa menjadi istrinya kelak. Pasti ia akan sangat bahagia saat pulang kerja disambut hangat oleh sentuhan sang istri.

"Pak Erland, Bapak?" ucap Nazwa menyadarkan lamunan Erland.

"Astaga! Aku melamun," batin Erland. "Oh, iya Nazwa ada apa?"

"Sudah selesai, Pak. Sebaiknya Bapak mengganti pakaian Bapak dengan yang baru," ungkap Nazwa.

Erland tidak tahu bagaimana berdebarnya jantung Nazwa saat melihat deretan roti sobek pada tubuhnya. Lelaki itu malah sibuk melamun sendiri.

"Bisakah kau mencarikan pakaian yang cocok untukku? Semua ada di sana." Erland menunjuk ke arah almari kecil tempat semua pakaian gantinya.

"Baik, Pak Erland. Saya akan mencarikan yang cocok untuk Bapak," jawab Nazwa dengan polosnya. Sesungguhnya hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seketika ia merasa sangat bersalah dan berdosa kepada suaminya.

Dengan cekatan Nazwa mencarikan baju baru untuk sang CEO itu. Ia memilihkan warna silver. "Apakah Bapak suka warna ini?"

Erland mengangguk. "Tentu suka. Asalkan kamu yang memilihkan." Erland mengucapkan kalimat itu dengan santainya.

Blush !

Pipi wanita itu sudah bersemu merah. Ia menghembuskan nafas kasar. Jangan sampai Nazwa tergoda dengan lelaki yang berada di dekatnya itu. Meski hubungannya dengan sang suami sedang tidak baik-baik saja, ia harus tetap tahu diri sebagai seorang istri.

Nazwa segera memakaikan baju pilihannya di tubuh Erland. Terlihat dari ekor matanya, sang CEO itu terlihat sangat tenang. Dan lagi-lagi Nazwa harus menghembuskan nafasnya dengan kasar. Aroma tubuh Erland semakin menguar.

"Keharuman yang begitu menyejukkan," batin Nazwa.

Setelah selesai memakaikan baju di tubuh Erland, Nazwa segera pamit untuk kembali ke ruangan kerjanya. Ia meninggalkan ruangan kerjanya sudah terlalu lama.

"Sudah selesai. Saya harus segera kembali, Pak. Bagaimana kalau nanti saya dipecat?" tanyanya polos membuat Erland menahan rasa untuk tertawa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status