Home / Rumah Tangga / Sinyal Cinta CEO Duda / Mencari Tempat Tinggal Baru

Share

Mencari Tempat Tinggal Baru

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2023-01-26 15:17:28

Nazwa menggeleng pelan tanpa menyambut uluran tangan dari Erland.

"Tidak untuk saat ini."

Wanita itu melanjutkan langkahnya kembali. Ia memilih pergi dari Erland yang masih berdiri tenang di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun.

"Ternyata kamu tidak pernah berubah Nazwa. Untuk berteman denganmu saja ... begitu sulit."

Erland pun segera masuk ke dalam mobil. Diam-diam ia ingin mengetahui di mana Nazwa tinggal. Ia juga merasa penasaran, apakah mantan sahabatnya itu sudah menikah atau belum.

Sementara Nazwa segera masuk ke dalam taksi yang kebetulan lewat di jalan. Ia tidak merasa bersalah sama sekali telah mengabaikan sebuah pertolongan dari lelaki yang dulu pernah singgah di hatinya.

"Kita mau ke mana, Bu?" tanya sopir taksi yang belum mendapatkan perintah apapun dari penumpangnya.

"Jalan saja dulu, Pak."

Nazwa mulai mencari tempat kos terdekat dari tempat itu melalui ponselnya. Ia harus mencari tempat tinggal untuk berteduh malam itu.

Sopir taksi pun hanya menurut. Ia mulai melajukan taksinya dengan pelan. Lelaki itu fokus mengemudi sambil sesekali melirik ke arah Nazwa yang wajahnya terlihat penuh beban.

Setelah Nazwa mendapatkan tempat yang ia inginkan, wanita itu segera memberitahu kepada pak sopir taksi ke mana ia harus membawanya. Dan tak butuh waktu lama taksi itu sudah sampai di tempat tujuan.

"Terima kasih Pak," ucap Nazwa saat hendak turun dari mobil seraya memberikan uang pas kepada sopir taksi itu.

Pak sopir taksi mengangguk dan segera pergi dari tempatnya.

Sementara Erland masih memantau dari jarak yang tidak terlalu jauh dari Nazwa. Ia masih setia menanti di dalam mobil.

Nazwa mencoba menghubungi nomor telepon yang tertera di depan pintu rumah kos yang sedang disewakan, lalu ia mengikuti arahan untuk pergi ke rumah sang pemilik kos-kosan.

Tidak butuh waktu lama Nazwa sudah mendapatkan kunci rumah kos-kosannya. Ia memilih tinggal seorang diri. Wanita itu juga menjelaskan jika ia sudah bersuami. Mungkin sewaktu-waktu suaminya akan datang menemuinya.

"Untuk sementara waktu aku akan tinggal di sini saja. Dan besok aku harus segera mencari pekerjaan."

Nazwa hendak membuka pintu rumah dengan kuncinya. Namun ponselnya berdering cukup lama. Dengan rasa penasaran wanita itu mencari ponsel di dalam tas kesayangannya.

"Mas, Raka? Untuk apa dia menghubungiku, lagi?" Meski kesal Nazwa tetap mengangkat telepon dari suaminya.

"Ada apa, Mas?" ucap Nazwa dari balik telepon. Sebisa mungkin wanita itu menjawab panggilan dengan tenang.

"Kamu di mana, Sayang? Pulang ya, mas akan menjemputmu." Terdengar Raka memohon agar Nazwa kembali ke rumah mereka.

"Tidak, Mas. Nazwa tidak ingin pulang. Mas tidak mau mendengarkan penjelasan dariku sedikitpun. Mas lebih percaya kepada Mama. Padahal dia telah berbohong. Dia dengan sadar telah mengusir Nazwa, Mas." Nazwa mulai meninggikan nada suaranya.

"Mama tidak bermaksud seperti itu, Sayang." Raka masih berusaha membujuk Nazwa.

"Biarkan Nazwa sendiri dulu untuk sementara waktu. Nazwa akan baik-baik saja."

Tut ....

Sambungan terputus !

Wanita itu segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia ingin menenangkan diri sejenak tanpa gangguan dari suami dan mertuanya.

"Maafkan aku, Mas. Nazwa butuh waktu."

Sedetik kemudian Nazwa segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Ia ingin segera beristirahat lalu tidur.

Dari balik pohon seorang Erland masih berdiri tegak. Ia sudah mendengar semuanya. Ya, setidaknya lelaki itu merasa lega karena sudah mengetahui tempat tinggal Nazwa untuk saat ini.

"Jadi dia sedang ada masalah dengan suaminya?" Erland segera masuk ke dalam mobil. "Aku akan berusaha untuk membantumu, Nazwa. Aku tidak rela jika kau disakiti seperti itu."

Erland melajukan mobilnya kembali. Ia harus segera pulang. Masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Sedangkan Nazwa masih diselimuti dengan pikiran tentang suami dan mama mertuanya. Di dalam lubuk hatinya masih berharap bisa kembali bersama sang suami.

"Ya Tuhan, apakah sikap yang aku ambil sudah benar? Aku tidak ingin berpisah dengan Mas Raka. Tetapi aku juga tidak mau jika harus dimadu."

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Nazwa memilih untuk segera memejamkan kedua matanya. Biarlah ia sendiri dulu hingga mendapatkan sebuah keputusan yang tepat. Apakah wanita itu akan kembali ke rumahnya atau justru tinggal sendiri dan berpisah dengan Raka.

Malam berlalu begitu cepat. Bulan yang terlihat di langit kini tak lagi menampakkan diri. Nazwa duduk di tepi ranjang sambil merentangkan kedua tangannya. Ia terbangun dengan suasana hati yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Sambil menggeliat cantik, wanita itu melihat jam di dinding.

"Masih cukup pagi. Sebaiknya aku ke warung untuk membeli sayuran dan masak seadanya. Hari ini aku harus mencari pekerjaan."

Nazwa beranjak dari tidurnya. Ia mencuci wajahnya dan keluar dari rumah untuk membeli sayuran yang akan dimasak pagi itu. Dan setelah mendapatkan sayurannya, wanita berambut panjang itu segera ke dapur untuk memasak.

Semur ayam dan sop brokoli sudah siap dihidangkan di atas meja. Nazwa segera bergegas untuk mandi. Ia sudah mempersiapkan pakaian terbaiknya untuk melamar pekerjaan pagi itu.

"Semoga usahaku tidak sia-sia. Aku harus tampil semaksimal mungkin."

Nazwa menyanggul rambutnya agar terlihat rapi. Terlihat leher jenjangnya yang begitu indah dan putih bersih. Tak lupa wanita itu juga menyemprotkan beberapa parfum pada pakaiannya.

"Sudah wangi." Nazwa menghirup aroma tubuhnya sendiri.

Setelah Nazwa tampil rapi dan menawan, ia segera bergegas ke ruang makan. Diambilnya tas selempang kesayangan yang masih tergantung di dekat almari. Wanita itu menyiapkan sendiri sarapannya dan menikmatinya juga hanya seorang diri. Hingga tanpa terasa air matanya menetes begitu saja.

"Biasanya aku menyiapkan sarapan untuk Mas Raka sebelum dia berangkat bekerja. Apakah pagi ini Mas Raka sarapan di rumah?"

Kesedihan menyelimuti hati Nazwa kembali. Ia dan suaminya memang biasanya hanya tinggal berdua di rumah.

Raka lebih suka masakan buatan istri daripada masakan asisten rumah tangga ataupun masakan yang beli di luar. Oleh karena itu Nazwa full time di rumah untuk melayani dan menyiapkan kebutuhan suaminya setiap saat.

"Aku tidak boleh sedih. Aku harus segera mencari pekerjaan." Nazwa mengusap air matanya dan segera menyelesaikan makan paginya.

Pagi itu, Nazwa mulai mencari pekerjaan di setiap perusahaan. Namun apa daya, keberuntungan tak jua didapatinya. Padahal tubuh Nazwa sudah terasa lelah.

Tidak ada perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan baru. Membuat Nazwa cukup khawatir dan gelisah.

"Aku harus tetap semangat. Aku tidak boleh menyerah." Nazwa melanjutkan perjalanannya untuk mencari lowongan pekerjaan.

Matahari sudah naik di atas kepala. Tetapi Nazwa belum juga mendapatkan sebuah pekerjaan baru. Wanita itu berjalan seorang diri tanpa arah tujuan. Sehingga dengan tubuh yang lelah ia memilih untuk duduk sejenak di bawah pohon.

Tiba-tiba Nazwa teringat kembali dengan semua masalah di kehidupan rumah tangganya. Membuat air mata kembali terjatuh begitu saja. Wanita dengan pakaian sederhana yang tak lagi rapi itu menangis sepuas-puasnya.

"Butuh, saputangan?" Seorang lelaki mengulurkan sebuah saputangan kepada Nazwa. Membuat wanita itu segera menoleh ke arah sumber suara.

"Erland? Kamu lagi?" Nazwa terlihat kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Alunan Indah Nan Merdu

    Melihat Erland datang, Nazwa segera menegakkan tubuhnya dan menjauh dari Raka."Mas Erland, ini tidak seperti yang kamu pikirkan?" terang Nazwa bernada sendu."Iya, Erland. Tadi Nazwa hampir terjatuh. Dan aku hanya berusaha untuk menolongnya." Terpaksa Raka mengatakan yang sebenarnya. Ia tidak ingin dianggap sebagai lelaki yang memanfaatkan keadaan.Seketika raut wajah Erland berubah menjadi khawatir."Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang. Maafkan aku baru bisa pulang." Erland mengecup kening Nazwa dan segera mendekapnya dengan erat. Tidak peduli jika ada Raka di sana."Nazwa baik-baik saja, Mas."Wanita itu melirik ke arah Raka. Merasa tidak enak hati atas sikap Erland yang seolah sengaja memanas-manasinya.Di saat Erland masih memeluk Nazwa, bayi kembar kembali menangis kencang."Oh, iya, Mas. Sejak tadi Dafa dan Devano menangis. Mereka sudah haus."Nazwa segera berjalan ke arah Dafa dan menggendongnya. Sementara Erland mengambil alih botol susu yang hendak diambil oleh Raka."Biar aku s

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Terhenti

    Seperti dugaannya Nazwa bahwa yang mengirim pesan adalah Bi Nanik. Wanita paruh baya itu mengatakan jika tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit dan tidak mau ditinggal.Seketika raut wajah Nazwa berubah menjadi sedih. Ia tahu bagaimana perasaan seorang Ibu jika anak mendadak sakit."Semoga anaknya cepat sembuh ya, Bi. Bibi fokus saja sama anak Bibi. Nazwa tidak masalah kok."Setelah mengirimkan pesan itu Nazwa mengabari Erland. Lelaki tampan itu berjanji akan segera pulang jika pekerjaan di kantor telah selesai dan bisa dilimpahkan kepada sang sekretaris.Nazwa merasa lega. Ia meletakkan ponselnya. Namun kali ini handphone itu berbunyi lagi. Sebuah telepon dari nomor baru."Hallo, dengan siapa di sana?" sapa Nazwa ramah.Namun beberapa detik lamanya hanya sebuah kesenyapan yang ada."Maaf, kalau begitu saya tutup teleponnya.""Nazwa tunggu. Ini aku. Maaf ....""Mas Raka?" lirih Nazwa kemudian. Sudah lama ia tidak bercakap-cakap dengan mantan suaminya tersebut."Hari ini aku dan

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Pesan Dari Siapa?

    "Sebenarnya Nazwa tidak masalah, Mas. Tapi Nazwa sibuk mengurus Dafa dengan Devano." Mendengar apa yang dikatakan Nazwa, Rosalia justru merasa semakin antusias. Ia ingin menemui wanita itu di rumahnya sekaligus menjenguk bayi kembar Nazwa dan Erland. Karena Rosalia memang belum sempat mengucapkan selamat kepada Nazwa. Begitupun dengan Raka. Betapa dirinya sangat merindukan seorang anak. Tetapi sayangnya ia tidak bisa memberikan keturunan kepada mamanya. "Nazwa, Tante ingin bertemu dengan baby kembar kamu. Boleh ‘kan, Sayang? Siapa nama mereka?" tanya Rosalia berterus terang. "Boleh, Tante. Kalau mau bertemu dengan Dafa dan Devano, Tante boleh ke sini kapanpun Tante mau." Rosalia melihat ke arah Raka dan Erland secara bergantian. Niatnya untuk pergi ke luar negeri sepertinya akan ia urungkan. "Apakah boleh Nak Erland?" tanyanya kepada Erland kemudian. "Jika Nazwa sudah mengizinkan, saya juga tidak bisa membantahnya." Rosalia tersenyum senang. Kemudian mereka mengakhiri percakapa

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Jawaban Dari Nazwa

    'Seila?' batin Erland kemudian. Erland melihat wanita itu datang bersama anaknya yang merengek meminta kue donat. "Sebentar Alin, kamu harus sabar." Seila mencoba menenangkan anaknya. Gadis kecil itu terdiam sejenak. Kemudian memandangi Erland. Alin yakin jika lelaki tampan yang ia lihat adalah papanya. Karena sang mama pernah memperlihatkan fotonya. "Papa? Dia Papa 'kan, Ma?" ucap Alin dengan wajah yang berseri. Seila tidak tahu harus menjawab apa. Ia berharap jika Erland mau berkata bohong demi seorang anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Erland yang tidak paham pun terlihat kebingungan. Bagaimana bisa gadis kecil itu menganggapnya sebagai papa. Sungguh sangat tidak masuk akal baginya. "Kenapa Papa diam saja, Ma? Kenapa tidak menyapaku?" Alin menarik-narik baju mamanya. Seila pun ikut kebingungan. Selama ini ia membohongi putrinya dengan mengatakan bahwa Erland adalah papa dari anaknya tersebut. Sedangkan yang sebenarnya adalah papa kandung Alin sudah pergi e

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Berpapasan

    "Baby twins pup lagi Sayang," jawab Erland dengan memasang wajah kesal. Niatnya ingin bercanda agar mengundang tawa. Sedangkan bayi di depannya tersenyum-senyum setelah sisa kotorannya berhasil dibersihkan oleh papanya. "Lihatlah, dia mengejekku." Erland merasa gemas dengan putrinya. "Iya, Bu Nazwa. Yang ini juga. Hehehe. Mereka selalu sehati." Bi Nanik terkekeh. Ia ikut merasa gemas dengan tingkah si baby kembar yang belum memiliki nama tersebut. Nazwa pun tertawa. Namun lirih dan pelan. Ia merasakan perutnya masih sakit. Rasanya seperti ingin terbelah saja saat ia refleks tertawa. "Sayang, kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Erland khawatir karena melihat istrinya meringis menahan rasa sakitnya. "Aku baik-baik saja. Aku mau ke toilet sebentar." "Aku akan mengantarkan kamu." "Tidak perlu, Mas. Kamu harus menjaga anak kita. Kasihan Bi Nanik nanti pasti kerepotan." Dengan berat hati Erland harus mengalah. Sejujurnya ia tidak tega kepada Nazwa. Tetapi baby kecil yang lucu itu juga

  • Sinyal Cinta CEO Duda   Mengikuti Arahan

    Erland merasa kikuk. Ia tidak ada niat sama sekali untuk berhubungan dengan Cintya. Baginya, wanita itu sangat berani."Kok diam aja? Come on, Erland. Saya hanya meminta tolong saja. Tidak lebih," ujar Cintya yang nada bicaranya terdengar lain di telinga Erland.Lelaki itu tidak ingin mengecewakan Cintya. Ia takut jika wanita itu akan membatalkan kerjasamanya jika Erland tidak mau membantunya."Ba–baiklah."Erland beranjak dari duduknya. Ia berharap jika Ridwan segera datang dari arah toilet.Benar saja. Sahabat Erland tersebut telah kembali dari toilet."Erland mau ngapain?"Pandangan mata Erland beralih ke Ridwan. Ia memberikan sebuah kode agar lelaki itu segera menghampiri mereka."Em, Cintya. Maaf. Tiba-tiba perut saya terasa sakit. Itu Ridwan telah kembali. Kamu bisa meminta tolong kepadanya."Dengan cepat Erland meninggalkan tempat itu. Ia segera berjalan menuju toilet."Cintya, apa yang kamu lakukan kepada Erland? Kamu mencoba untuk menggodanya?""Kenapa kamu harus kembali secep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status