Share

#5. Kembali ke Masa Lalu

"Apa yang terjadi? Leon ... ini ... bagaimana mungkin?" Suara Alice terbata-bata dan sedikit ketakutan. Pupil hitamnya menatap ke segala tempat untuk memastikan bahwa keduanya sungguh kembali ke masa lalu.

Leon juga bingung. Cakar kucingnya mengetik sangat cepat di atas papan keyboard monitor. Ekpresi bola bulu hitam itu sedikit memburuk, "Nona, aku ada kabar baik dan kabar buruk. Mana satu yang ingin kau dengar lebih dulu?"

Pikiran Alice yang linglung kembali fokus usai mendengar kalimat barusan. Mungkinkah ada kesalahan sistem lagi? Atau semacam bug dari pusat?

"Beri aku kabar buruknya dulu, Leon."

"Kabar buruknya, Yue Moran sepertinya terkontaminasi oleh energi dari Dewa Jahat. Alasan semangat hidupnya menurun cukup tajam karena bisikan manipulatif dari Dewa Jahat. Sejak awal perubahan ini sudah janggal, jelas-jelas Yue Moran ingin terus hidup untuk balas dendam dan mencari keadilan bagi Ibunya yang tiada."

"Terkontaminasi?" Gumam gadis itu dengan ekspresi terperangah, "Kau bilang Dewa Jahat tidak bisa menginvasi dimensi yang masih memiliki Pahlawan Dimensi!"

Mengerutkan wajah bulatnya, telinga Leon bergerak acak karena kesal atas plot tersembuyi yang akhirnya terkuak, "Memang seharusnya begitu, tetapi sepertinya kekuatan Dewa Jahat sudah meningkat banyak setelah dimensi-dimensi di Galaksi Bima Sakti mulai runtuh satu-persatu. Aturan Semesta tidak bisa lagi menekannya seperti dulu."

Alice berusaha bangun, perasaan ngeri saat jantung ditusuk oleh pisau masih membekas jelas dalam benaknya. Lalu tatapan mata merah sepekat darah segar yang kosong dan putus asa ... Sial. Ia mengumpat di dasar hati, "Dia membunuhku karena bisikan dari Dewa Jahat?" Tanyanya kesal.

"Ya, dan Dewa Jahat juga bisa membatasi Alam Sistem milikku. Aku tidak bisa keluar menyelamatkanmu karena aku ditahan."

"Aku pikir semuanya akan menjadi mudah," ujar Alice kemudian menghela nafas panjang untuk meringankan sedikit tekanan di hatinya. Rasa sakit yang tajam pada dada kirinya telah menghilang. Namun perasaan trauma atas kematiannya di kehidupan pertama sedikit membayangi psikisnya, "Beritahu kabar baiknya."

"Kita kembali ke masa lalu seperti yang terlihat di sekitar saat ini. Mungkin karena dimensi ini merupakan dimensi terbesar di bandingkan lainnya, ada keistimewaan yang diberikan dimensi pada Pahlawan Dimensi," Leon melompat turun ke tanah lalu kembali menjelaskan, "Setiap Pahlawan Dimensi mencoba bunuh diri, waktu akan diputar kembali. Seberapa jauh waktu diputar kembali ... ini tidak bisa di tentukan secara pasti."

"Jadi, kira-kira berapa banyak waktu diputar kembali kali ini?"

"Kita ke masa lalu yang cukup jauh."

[ Sistem ; Ding! Informasi berhasil dimuat, hari ini adalah hari patah hati Pahlawan Dimensi. Ibunya telah meninggal dunia dan tidak mendapatkan pemakaman yang layak! ]

Alice telah memikirkan rencana barunya. Mulai sekarang, dia akan mendekati Yue Moran secara agresif. Bagaimana pun caranya, dia harus membuat semangat hidup anak tersebut meningkat. Dengan begitu, dia bisa beralih ke misi lain dan segera membalas dendam.

Ia menarik leher Leon kemudian menggendongnya, berkata lembut, "Aku punya rencana bagus. Bantu aku mengurus beberapa hal."

Leon yang berbagi beberapa pikiran dengan Alice lewat kontrak, seketika berbinar karena rencana Nonanya kali ini pasti akan berhasil dengan baik dan misi akan segera selesai. Ekor gemuknya bergerak riang, "Berikan sisanya padaku, Nona. Semua akan beres tanpa masalah."

***

Alice berteleportasi ke paviliun usang dan bobrok milik Yue Moran. Suasana lingkungannya sangat sepi, banyak dedaunan kering berjatuhan tanpa ada yang membersihkan. Belum lagi kondisi paviliun yang sebagian besar bangunannya telah rusak parah.

Setahunya, Yue Ming Li—ibu dari Yue Moran adalah putri kesayangan dari Ketua Klan. Sayangnya karena Yue Ming Li berdosa karena berzinah dengan Iblis dan bahkan melahirkan seorang Demigod, status mulianya jatuh menjadi pelayan yang di sia-siakan. Perempuan itu sakit parah usai melahirkan Yue Moran.

Hanya bisa berbaring di tempat tidur dan menunggu kematian. Sama sepertinya. Setelah melahirkan putra bungsunya, Alice kehilangan segalanya. Mulai dari kehilangan daya guna kaki, kekuatan api, dan semangat hidupnya sendiri.

"A Niang ..."

Suara isak tangis anak laki-laki terdengar memilukan. Orang lain bisa merasakan kesedihannya dari seberapa keras anak itu menangis dan memanggil.

"A Niang ... jangan tinggalkan aku ... jangan tinggalkan aku ... A Niang ..."

Alice berhenti di pintu masuk paviliun. Hanfu putih bersihnya sedikit ternoda oleh debu yang di bawa tiupan angin. Iris hitamnya menatap nanar pada punggung kurus yang saat ini berlutut di sebelah ranjang berisi mayat yang mulai mendingin.

Reinhart ... Leon ... apakah kedua putranya juga menangisinya seperti Yue Moran yang menangisi kematian Ibunya? Membayangkannya saja sudah bisa mengiris-iris hati kecilnya.

Alice berjalan lebih jauh, memanggil lembut, kali ini dia tidak memiliki dendam pada anak malang itu, "Yue Moran."

Pemilik nama sontak berbalik, mata merah familier yang sedikit memiliki emosi kini menatap nyalang pada Alice.

Yue Moran seketika berdiri, menarik tangan Ibunya kuat-kuat seolah takut jika mayat Ibunya akan dilukai. Wajah kecilnya yang kotor dan lebih kurus dari sebelumnya terlihat waspada, "Pergi! Mau apa kau ke sini?! Memukulku?!"

"Yue Moran, aku tahu semuanya. Kau sering bolak-balik ke masa depan dan masa lalu setelah berhasil bunuh diri. Ingatanmu juga tidak di hapus meski sering melintasi waktu. Jika aku menebak, usiamu seharusnya sudah masuk usia dewasa, 'kan?"

Yue Moran menggeram marah, energi hitam mulai bocor dari tubuhnya kemudian menyebar ke seluruh ruangan, "Kau tahu semuanya ... kau tahu semuanya ... bagaimana mungkin? Hanya aku ... hanya aku yang ingat tentang semuanya!"

Anak laki-laki bersurai perak itu mulai meracau karena bingung. Bahkan mengeluarkan belati yang mirip dengan belati yang dia gunakan untuk membunuh Alice.

"Aku hanya mengetes. Tapi sepertinya dugaanku benar saat melihat reaksimu yang seperti itu. Kau telah hidup cukup lama dan terus mengulang-ulang waktu. Sayangnya kau tidak bisa berbuat apa pun untuk mencegah kematian Ibumu."

Tubuh kecil Yue Moran hampir ambruk ke depan. Seluruh daksanya bergetar kuat. Mata merahnya bertambah merah, "Dia menipuku ... dia menipuku ... Dia bilang semua siklus ini akan berhenti begitu aku membunuhmu ..."

Sekali lagi, Alice menatap nanar pada bocah di depannya. Kakinya berjalan perlahan, mendekat dan terus mendekat saat Yue Moran masih sibuk meracau kebingungan. Ia berlutut, kedua lengan rampingnya terulur ke depan untuk merengkuh bayi harimau yang baru saja kehilangan induk, "Tenanglah, aku tidak membencimu."

"Ssshh ..." Alice menahan jeritan dari mulutnya. Pisau yang di bawa Yue Moran menancap pada perutnya. Meski sakit, ini juga satu-satunya cara untuk mencuri banyak kepercayaan darinya, "Tusuk saja, tusuk aku lebih dalam jika itu membuatmu puas. Aku tidak akan mati lagi karena pisaumu tidak memiliki aura jahat."

"Kau seharusnya balas dendam ... kau seharusnya membunuhku ..."

"Ya, aku ingin balas dendam. Tapi aku tidak bisa, dunia ini sudah terlampau kejam padamu. Begitu pula dengan aku dan orang-orang lainnya, kau tidak salah. Kau tidak bisa memilih agar tidak dilahirkan sebagai seorang Demigod. Kau menanggung kebencian semua orang meski kau hanya diam dan tidak melakukan apa pun."

Sepasang jemari kecil yang memegang erat gagang pisau, perlahan mengendur dan terlepas sepenuhnya. Pupil merahnya yang pekat manatap hanfu kotor Alice dengan perasaan campur aduk.

Alice menarik pisau keluar dari perutnya. Menahan pendarahan menggunakan energi spiritual. Kulit putihnya sedikit pucat, namun mata hitamnya tetap bertekad kuat. Ia menatap Yue Moran, bertanya serius, "Apa kau ingin hidup panjang untuk bangkit lalu balas dendam?"

azzurayna

Terima kasih sudah mampir, aku akan usahakan update 2 bab dalam sehari. Jangan lupa share, vote, komen, dan follow jika kalian suka buku ini 💗💗

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status