Share

Bab 12

Author: Kuning
Golden Hotel, ruang makan privat nomor tiga ….

Prisca masih berada di dalam menemani David makan. Di situ dia berkata, “David, kamu serius mau beli hotel ini?”

“Iya, masalahnya apakah bos kamu mau jual atau nggak. Dia orang mana?” tanya David.

“Aku juga kurang tahu. Pak Yoga jarang banget datang kemari. Biasanya aku cuma ketemu dia pas acara pertemuan tahunan. Katanya dia punya banyak perusahaan lain. Golden Hotel ini cuma salah satunya saja.”

“Semisterius itu orangnya? Kalau begini mungkin bakal aga susah, nih. Dia kayaknya nggak butuh uang dari hasil penjualan hotel ini.”

Prisca sudah bekerja di hotel paling mewah yang ada di Jina ini selama tiga atau empat tahun. Dengan kelebihan yang dia miliki, dia sudah berkenalan dengan berbagai macam klien dan banyak teman. Di antaranya bahkan ada yang punya harta hingga triliunan. Prisca merasa dirinya sebentar lagi sudah bisa bergabung dengan pergaulan mereka. Namun, selama dua hari ini dia telah belajar banyak dari David. Rupanya orang yang selama ini Prisca kenal baru hanya satu sisi dari sebuah gunung es yang besar. Bagi orang yang benar-benar kaya, hanya karena dorongan sesaat saja mereka tidak ragu untuk mengeluarkan miliaran bahkan triliunan. Orang yang selama ini Prisca kenal mungkin tidak ada apa-apanya bagi David.

Seperti inilah pria idaman yang selama ini dicari oleh Prisca. Di usia David yang masih muda, dia memiliki wibawa yang luar biasa. Sambil makan saja dia bisa membicarakan bisnis yang nilainya sudah mencapai triliunan. Kalau David bisa membaca pikiran Prisca saat ini, mungkin dia akan tertawa terbahak-bahak. Wibawa yang luar biasa? Kenyataannya, dua hari yang lalu David baru saja diputuskan oleh pacarnya hanya demi tas yang harganya tidak seberapa. Bahkan pakaian yang dia kenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki saja paling hanya beberapa ratus ribu harganya.

Di tengah masyarakat yang konsumtif dan materialistis ini, semua orang yang mendapatkan kekayaan tidak terbatas secara mendadak tentu akan memiliki wibawa yang beda dari orang kebanyakan.

“Belum tentu. Semua barang dagang pasti ada harganya. Kalau kamu berani buka harga tinggi, Pak Yoga pasti bakal setuju. Pak Yoga itu pebisnis yang cerdas, tujuan dia untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.”

“Habis dengar kamu bilang begini, aku jadi optimis ada peluang! Ayo, jangan berdiri saja. Duduk makan sini! Kalau aku sudah beli hotelnya, aku mau kamu yang urus!”

Hah? David bilang apa? Kalau dia membeli hotel ini, dia akan mempercayakan Prisca untuk mengurusnya? Meski jabatan yang Prisca pegang sekarang hanya satu tingkat di bawah general manager, gaji dan insentif yang mereka berdua terima jauh berbeda. Kenny sebagai general manager memegang kekuasaan tertinggi ketika para direktur tidak ada. Ketika Yoga sedang tidak ada, maka Kenny-lah yang menjadi bos besar disini. Gaji yang dia terima setiap tahunnya ditambah bonus sudah mencapai sekian miliar, sedangkan Prisca?

“David, kamu bercanda, ya?!”

“Siapa yang bercanda? Kenapa semua orang selalu menganggap aku lagi bercanda? Kan aku sudah bilang, kalau bos kamu nyusahin, biar aku beli hotel ini dan angkat kami jadi bos. Waktu tadi aku lihat kamu masuk dengan mata memerah, aku yakin pasti habis dimarahi karena tadi nggak di tempat.”

Seketika itu mata Prisca kembali memerah dan air mata pun mulai menetes tanpa henti. Bedanya kali ini dia menangis karena merasa terharu dan juga senang.

“David, kita baru kenal dua hari, kenapa kamu begitu baik sama aku? Kamu beliin aku mobil dan kasih aku rumah secara cuma-cuma. Sekarang kamu mau beli hotelnya cuma demi belain aku!”

David sontak menoleh begitu mendengar suara Prisca yang terisak.

“Prisca, kenapa kamu nangis ….”

Di saat David hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba pintu ruangannya dibuka kembali dari luar. Prisca pun bergegas merapikan dirinya dan berdiri di samping. Yoga masuk ke dalam, masih diikuti oleh Kenny di belakang seperti biasanya. Apa boleh buat? Nasibnya akan ditentukan oleh momen ini. Sebentar lagi hotel ini akan berpindah kepemilikan, dan apakah kelak dia masih bisa menduduki jabatan sebagai general manager? Jika dilihat dari hubungan antara David dengan Prisca, posisi Kenny sedang terancam. Gajinya per tahun adalah 12 miliar, dan bonus yang dia dapat juga kurang lebih sama dengan gajinya. Ketika Yoga sedang tidak ada, hotel ini menjadi daerah kekuasaannya. Hanya dengan kerja santai saja dia bisa mendapatkan gaji setinggi itu. Di mana lagi dia bisa mendapatkan pekerjaan senyaman ini?

Selama ini dia menggunakan kekuasaannya untuk membantu para karyawan wanita yang ingin naik pangkat. Dia juga sempat beberapa kali memberi kode kepada Prisca, tapi Prisca tidak pernah menanggapinya. Kalau bukan karena kemampuan Prisca dalam bekerja yang memang unggul, mungkin sudah sejak dulu dia dipecat. Saat ini Kenny hanya berharap transaksinya batal.

“Kenny, kamu sama Prisca keluar sebentar. Aku mau ngomong secara pribadi sama Pak David,” kata Yoga.

“Siap, Pak Yoga,” jawab Kenny dan Prisca bersamaan. Setelah itu mereka berdua pun pergi.

“Pak David, serius mau beli hotel ini?” tanya Yoga sekali lagi.

“Jelas. Asal Pak Yoga bersedia jual, aku siap beli.”

“Pak David, tadi saya sudah berdiskusi sama direktur yang lain. Kalau Bapak serius mau beli hotel ini? Ini harga yang bisa saya kasih, bagaimana?”

“Hmm, 40 triliun?”

“Betul, Pak David. Bapak tahu sendiri lokasi hotel ini terletak di pusat Kota Jiwan. Interior hotel ini juga dibuat berdasarkan standar tertinggi, dan setiap tahunnya pendapatan kami terus mengalami peningkatan. Saya rasa harga ini tidak berlebihan.”

“Oke, 40 triliun, deal!” Tapi aku nggak terlalu paham soal proses pemindahan tangannya. Coba panggil Prisca kemari! Ke depannya dia yang bakal jadi general manager di sini.”

“Kita sepakat! Tapi proses pemindahan tangannya akan sedikit repot, mungkin butuh waktu sekitar satu minggu. Sesuai peraturan yang ada, Pak David harus membayarkan deposit sebesar 10%. Apabila transaksinya batal secara sepihak dari sisi Pak David, uang depositnya tidak akan kembali.”

“Oke, nggak masalah!”

Yoga pun mengeluarkan ponselnya dan melakukan sebuah panggilan.

“Halo, Pak Yoga. Ini Harry, ada yang bisa dibantu?”

Yang menerima telepon itu adalah Harry, kepala bagian finansial di Golden Hotel.

“Pak Harry, bisa kemari sebentar? Di ruang makan privat nomor tiga!”

“Siap, Pak Yoga. Mohon tunggu sebentar,” jawab Harry.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 119

    Sekarang sudah masuk hari Minggu. David pikir Yoga akan menghubunginya, tapi setelah ditunggu seharian, tidak ada telepon yang masuk. Kemarin malam David mendapat telepon dari Selly yang menanyakan mengapa David tidak datang ke rumahnya. David baru ingat kalau dua membuat janji akan datang ke rumahnya Selly, tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan Yasmine, jadi mau tidak mau David mencari waktu lain untuk datang.Siang harinya David mendapatkan sebuah kabar. Prisca melaporkan tim sudah terbentuk. Dengan bantuan uang, dia berhasil menarik banyak orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya. David meminta Prisca untuk melakukan investasi ke proyek mana pun yang cukup potensial, tanpa harus mengkhawatirkan soal uang sedikit pun. Dia juga menyuruhnya menghubungi Wanto. Masih ada investasi senilai 10 triliun, setara dengan 50 Poin Kekayaan.Sekarang David harus cepat mengeluarkan uang untuk mendapatkan Poin Kekayaan agar dia bisa meng-upgrade Sistem. Dia merasa Fisik dan Mental-

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 118

    Memang, unit ini jelas lebih kecil jika dibandingkan dengan penthouse yang David tempati, tapi dari segi dekorasi interior, unit ini tidak kalah mewah dan layak dinobatkan sebagai rumah 200 miliar.“David, ngapain kamu ajak kami ke sini?” tanya Yasmine.“Om, Tante, kira-kira rumah ini gimana?” tanya David balik.“Bagus, sih! Tapi Tante mana sanggup beli!”“Rumahnya sudah aku beli! Tinggal urus surat-suratnya saja, habis itu bisa langsung ditempati.”Dari awal Yasmine dan Yovi sudah punya firasat David pasti akan membelikan rumah ini untuk mereka, makanya dia mengajak mereka melihat-lihat. Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa menutupi rasa kaget mereka saat David benar-benar melakukannya.“Mana bisa begitu! David, kamu sudah kerja keras cari uang. Kami nggak bisa terima rumahnya!” kata Yasmine.“Iya! Rumah ini terlalu mahal, kamu nggak perlu!” timpal Yovi.Hanya Indah seorang yang menikmati pemandangan dari balik kaca. Berhubung David yang bersikeras ingin memberi, maka diterima sa

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 117

    Siang hari itu David menghubungi Karin untuk menanyakan apakah ada unit kosong untuk ditempati. Dia ingin membelikan rumah untuk kedua tantenya, kemudian mempekerjakan mereka di Golden Hotel. Tidak menghasilkan juga tidak masalah, yang penting mereka punya kesibukan. Setahun David tinggal memberikan mereka sekian miliar untuk biaya hidup satu tahun, dengan begitu mereka sudah bisa hidup berkecukupan.David mendatangi Karin yang sudah berjaga di resepsionis dan langsung pergi melihat unit. Kedatangan David kali ini berhasil membangkitkan kenangan pahit beberapa sales lainnya. Waktu itu tidak ada yang mau melayani David, dan Karin yang masih pegawai baru saat itu langsung melayaninya, dan berhasil mengantongi komisi miliaran.Belajar dari kesalahan di masa lalu, kali ini mereka langsung mengelilingi David begitu dia tiba di kantor pemasaran.“Permisi, Pak, ada yang bisa dibantu?”“Bapak mau beli rumah? Mari saya antar!”“Ini kartu nama saya. Kalau Bapak butuh bantuan, bisa langsung hubun

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 116

    Di suatu kediaman yang sunyi di Amba, seorang pemuda dan pria tua sedang asyik bermain catur. Pria tua terlihat sudah berusia 70-80 tahun. Namun meski di usianya yang uzur, rambutnya masih terlihat lebat hitam, dan matanya masih terlihat begitu bergairah. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda penuaan dalam dirinya. Sedangkan lawan mainnya, mesti disebut dengan pemuda, usianya sudah menginjak 30 tahun, tapi jika dibandingkan dengan si pria tua, tidak salah dia disebut sebagai pemuda.“Permainan kamu makin hari makin bagus saja!” puji si pria tua.“Mana adalah! Permainanku masih jauh dari kata bagus!”Pemuda itu bernama Ruben, salah satu anggota Partai Terio. Nama Ruben tidak hanya terkenal di kalangan anak muda, tapi juga cukup dikagumi di kalangan orang tua.“Ruben, main catur itu sama kayak kehidupan nyata. Waktunya maju, kamu harus maju dengan berani. Waktunya mundur, ya harus mundur. Kayaknya belakangan ini kamu lagi ada masalah, ya?” tanya si pria tua yang bernama Joseph itu.“Pengamat

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 115

    “Eh … ha-halo! A-aku … Carlos!” ucap Carlos terbata-bata sembari menjabat tangan Sasha. Hanya sentuhan tangan saja sudah membuat wajahnya merah padam. Sasha tidak menyadari ada sesuatu yang aneh dari Carlos, dia hanya menjabat tangan dan langsung melepasnya.David menoleh kepalanya ke Carlos seketika mendengar ucapannya yang gagap, dan dia melihat wajah Carlos sudah memerah seperti tomat dengan tingkah lakunya yang aneh pula. Penampilan Sasha yang mengenakan seragam rok mini memang memberikan kesan anak muda yang sangat kuat. Untuk Carlos yang sedang masa puber, Sasha memiliki daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, Sasha bukanlah gadis yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya lebih baik David menyarankan Carlos untuk mengurungkan niatnya daripada nanti dia sendiri yang terluka.“Kak David, aku sudah titip salam ke sekolah. Kaka tinggal langsung bawa Carlos ke dalam saja untuk urus administrasinya!” kata Sasha.“Oke, makasih, ya, Sasha!”“Kak David nggak usah sungkah begitulah!”“Oh,

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 114

    Di hari berikutnya, David meminta Sasha untuk mengurus prosedur masuk sekolah Carlos di sekolah yang sama dengannya. Meski sekarang David punya uang yang tak terbatas, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih belum membangun reputasi. Namanya hanya baru sekadar diperbincangkan saja di KMB dan Partai Terio.Sebagai anak kesayangan keluarga Lumanto, hal semacam ini tentu adalah tugas sepele bagi Sasha. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah mengabari David bahwa Carlos berhasil diterima. Lantas, David pun segera membawa Carlos ke sekolah yang bernama Ricci School itu.Ricci School adalah akademi untuk kaum elite yang paling ternama di Provinsi Jina. Meski termasuk sekolah swasta, kualitas pengajar di sana sangat tinggi dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, dan mereka juga disokong oleh keluarga Lumanto secara langsung.Murid yang bisa belajar di sekolah tersebut entah memang berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa penuh, atau anak orang kaya yang harta keluarganya sudah di luar nalar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status