Share

BAB 15

Author: Rayhan Rawidh
last update Last Updated: 2025-09-04 21:30:18

Pendeta menyelesaikan khotbahnya, dan setelah jeda singkat, ayahandaku bicara. Sebagai raja, adalah tugasnya untuk memberikan penghormatan kepada keluarga Marylise atas kehilangan mereka.

Aku telah menghadiri cukup banyak pemakaman sehingga aku hampir bisa membacakan penghormatannya, yang hanya mengulang kembali apa yang telah dia katakan berkali-kali sebelumnya. Tak pernah ada anekdot pribadi, tak ada yang bisa dikatakan tentang almarhum sebagai individu. Namun kemudian, saat pertarungan sengitku dengan Leanne berlanjut, aku mendengar sesuatu yang menyadarkanku kembali.

“... mereka bekerja untuk musuh dan karena itu adalah musuh kita. Mereka tak akan luput dari hukuman. Mereka akan membayar pengkhianatan mereka. Besok, pada jam ini, kita akan mendapatkan keadilan.”

Aku menatap kerumunan pelayat. Rasa bersalah menerangi mata mereka yang sendu. Kapan pelakunya ditemukan?

Aku membuka mulut untuk bertanya kepada Leon tentang hal itu, tet

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 16

    Dari luar, penjara tampak sunyi. Obor menyala di kedua sisi pintu masuk. Dua cincin besi besar disandarkan pada kayu pintu yang gelap dan usang.Aku menegakkan tubuh, menarik gaunku untuk menghilangkan kerutan, dan menarik napas dalam-dalam. Aku mengangkat salah satu cincin, merasakan besi kasar dan berkarat itu menggores jari-jariku. Aku mengetuk dua kali.Pintu terbuka sedikit dan seorang pria berjanggut dengan tampang garang dan mata berkaca-kaca mengantuk mengintip ke arahku. Hembusan napas hangat yang menerpa hidungku sedikit bau tengik, dan aku menahan seringai. Rambut abu-abunya tergerai acak-acakan ke bahunya.Dia berkedip beberapa kali lalu menegakkan tubuh, membuka pintu sepenuhnya. Dia membungkuk."Yang Mulia."Aku menautkan kedua tanganku, berharap dia tak menyadari betapa gemetarnya kedua tanganku."Raja telah mengutusku untuk menjemput kedua pelayan yang dituduh berkhianat," kataku, menjaga suaraku tetap tenang dan mantap.

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 15

    Pendeta menyelesaikan khotbahnya, dan setelah jeda singkat, ayahandaku bicara. Sebagai raja, adalah tugasnya untuk memberikan penghormatan kepada keluarga Marylise atas kehilangan mereka.Aku telah menghadiri cukup banyak pemakaman sehingga aku hampir bisa membacakan penghormatannya, yang hanya mengulang kembali apa yang telah dia katakan berkali-kali sebelumnya. Tak pernah ada anekdot pribadi, tak ada yang bisa dikatakan tentang almarhum sebagai individu. Namun kemudian, saat pertarungan sengitku dengan Leanne berlanjut, aku mendengar sesuatu yang menyadarkanku kembali.“... mereka bekerja untuk musuh dan karena itu adalah musuh kita. Mereka tak akan luput dari hukuman. Mereka akan membayar pengkhianatan mereka. Besok, pada jam ini, kita akan mendapatkan keadilan.”Aku menatap kerumunan pelayat. Rasa bersalah menerangi mata mereka yang sendu. Kapan pelakunya ditemukan?Aku membuka mulut untuk bertanya kepada Leon tentang hal itu, tet

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 14

    Terkejut, kami berbalik, mata kami mengamati semak-semak. Leroy melangkah di depanku, memperingatkanku untuk tetap di belakang.Napasku memburu. Seseorang telah mengawasi kami.Gerakan di atas menarik perhatianku. Leon berjongkok di pohon di sebelah kananku, kakinya tertanam kuat di dahan yang besar. Tangannya bersandar di batang pohon seolah memanjat pohon adalah kegiatan yang biasa dan santai buatnya."Tidak apa-apa, Leroy, dia pengawalku," kataku, sambil tetap menatap Leon. Aku berjalan ke kaki pohon."Apa yang kamu lakukan di sana?" tanyaku, ketika Leroy muncul di sampingku."Mengawasimu.""Kau mengikutiku?" Aku mengangkat alis. "Kenapa?""Karena kau membuat keputusan yang buruk," katanya.Aku mengepalkan tanganku di samping tubuhku.Leon turun, meluncur di antara dahan-dahan. Dia melompat turun dari dahan terendah, mendarat dengan kedua kakinya yang ditekuk sedikit.Dia menegakkan tubuh dan melangkah beberapa

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 13

    Gambaran jenazah ibu Blanche di tempat tidur berkelebat di benakku."Apakah kamu sempat mengucapkan selamat tinggal?" tanyaku lembut.Blanche memalingkan muka."Tidak," bisiknya. "Dia sudah tiada waktu aku tiba."Aku benci melihatnya seperti ini, terluka luar dalam. Dan aku benci tidak bisa berbuat apa-apa."Aku sangat senang tidak kehilanganmu juga. Aku menyayangi, Em," katanya. Air mata mengalir di pipinya.Sungguh bodoh dan berisiko mengejar Blanche seperti itu. Tapi jika tidak, tak akan ada yang datang menjemputnya. Aku pasti sudah kehilangannya.Aku memeluknya. "Aku juga menyayangimu."***Orang-orang di istana tidak terlalu mudah menerima berita kematian Marylise. Dalam dua hari terakhir, rasa takut telah menyelimuti penghuni baru istana. Terlihat paranoia di sorot mata dan wajah pucat orang-orang.Mereka menjalani hari mereka dengan gumaman dan bisikan. Suasana suram istana semakin mempertajam rasa su

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 12

    Leon mengguncangku lagi."Putri."Dia menatapku, matanya tegas dan mendesak. Dia berdiri begitu dekat hingga aku menyadari warnanya bukan hitam, seperti yang kukira sebelumnya, melainkan biru tua.Aku menggeleng perlahan."Kamu ingat pelayan mana yang mengisi cangkirmu?"Gambar-gambar di kepalaku berkelebat tak beraturan, sebuah ingatan yang tak konsisten tentang Sebastien dan anak laki-laki lain yang mengisi cangkir. Aku kurang memperhatikan. Tapi tak masalah, aku sudah tahu jawabannya."Bukan dia," gumamku.Saat itu, para penjaga menyerbu halaman. Jeritan telah berhenti, digantikan oleh isak tangis dan rintihan. Beberapa gadis telah menemukan kenyamanan satu sama lain, meringkuk bersama, berpegangan pada lengan dan tangan satu sama lain.Salah satu penjaga menggendong Marylise dan membawanya pergi. Leanne memelototiku sambil menangis. Lalu, dengan langkah bergegas, dia menyerbu ke arahku. Yang mengejutkan sekaligus melegakan, Leon menghalangi jalannya, menggunakan tubuhnya sebagai b

  • Skandal Asmara Putri yang Terlarang   BAB 11

    Saat pertama kali melangkah ke halaman, para wanita sibuk mengobrol. Lega rasanya, tak seorang pun memperhatikan, kecuali sekilas pandang. Namun, tak lama kemudian, seseorang melihat memarku dan napasku yang tersengal-sengal, yang langsung membungkam semua percakapan. Mereka berbisik dan bergumam satu sama lain.Aku melihat Leanne, bibirnya melengkung geli.Begitu gampang ditebak.Dia berbalik dan membisikkan sesuatu kepada sahabatnya, Marylise. Mereka berdua menatapku dan terkikik.Dame Loana melangkah keluar dari balik sekelompok gadis dan membungkuk hormat. "Yang Mulia." Mata abu-abu bajanya mengamatiku dengan saksama. Ia mengangkat jari telunjuk ke pipinya dan menggelengkan kepala pelan.Aku menggigit bibir bawahku. Meskipun aku tidak terlalu menyukai Dame Loana, aku selalu menghormatinya. Dia membawa dirinya dengan keanggunan dan etiket yang begitu halus sehingga orang hanya bisa berharap untuk menjadi seperti dirinya. Dan terlepas dari usianya, dia tetap tampak awet muda. Aku ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status