Tubuh lelaki itu ambruk menimpa Joya, Joya hanya bisa pasrah mendapati lelaki tersebut menimpanya. Rasa sesak, lengket dan deburan kenikmatan benar-benar Joya rasakan saat ini. Semuanya bersatu menjadi satu, ini adalah pertama kali Joya merasakan semuanya sekaligus.
Joya merasakan pergerakkan di atas tubuhnya, lelaki tersebut sepertinya bergerak kesamping Joya. Joya diam pasrah, tubuhnya menggigil bukan main karena suhu udara yang dingin, sedangkan dirinya tidak mengenakan sehelaipun benang di tubuhnya.
“Berapa berat badan kamu?”
“Hah, gimana?” tanya Joya bingung, lelaki sinting itu malah bertanya berapa berat badannya? Buat apa?
“Kamu budek? Saya tanya berapa berat badan kamu?” tanya lelaki itu sambil meremas salah satu dada Joya.Joya merasakan rasa hangat menyelimutinya. Bukan, bukan selimut hotel yang menghangatkan tubuhnya yang kelelahan atas semua kegiatan yang telah dirinya lakukan. Joya merasakan dada yang bidang dihadapannya, lengan yang kekar dan kaki yang keras juga liat merengkuhnya.Wangi maskulin dari lelaki itu langsung menggelitik hidungnya, wanginya benar-benar membuat dirinya nyaman. Tanpa sadar Joya menelusupkan wajahnya diatara ceruk leher lelaki itu.Merasakan pergerakkan dari Joya, lelaki itu mengecup pucuk rambut Joya, terdengar gumanan dari lelaki itu, "Kamu wangi bayi, aku suka Oya."Tubuh Joya meremang saat merasakan jari jemari lelaki itu bergerak di belakang punggungnya. Menggelitiknya, memberikan sensasi yang tidak mampu Joya ungkapkan dengan kata-kata."
Delapan tahun kemudian....Kring ... Kring ...Terdengar suara handphone di atas nakas, tiba-tiba keluar sebuah tangan dari balik selimut. Selimutnya sedikit tersibak, dengan cekatan tangan itu berusaha meraih handphone di atas nakas.“Mamah,” jerit seseorang dari balik selimut.“Siapa? Mamah siapa?” tanya Szasza bingung sambil bangkit dari tidurnya dan melihat ke sekeliling kamar.“Szasza gue telat,” jerit Joya sambil berlari ke kamar mandi.“Telat apaan?” tanya Szasza bingung. “Lo telat datang bulan? Emang lo punya pacar atau one night stand sama siapa?”Brang ... Prang ...Terdengar suara barang-barang berjatuha
"Joya, kamu tolong kasih ini semua ke kokpit," pinta Diana sambil menyerahkan sebotol air mineral satu liter, tissue dan plastik sampah."Harus saya?" tanya Joya pada Diana dengan suara memelas. Joya sedang malas berurusan dengan sektor kopilot.Lebih tepatnya Joya sedang tidak mau berurusan dengan seorang Fajar Larsson. Pilot tampan berusia 38 tahun, yang memiliki gelar Captain America-nya maskapai penerbangan mereka. Dari pertama mereka berkenalan hingga detik ini Joya dan Fajar tidak pernah akur. tapi, entah kenapa schedulle mereka selalu sama dan untungnya Fajar tidak pernah menurunkan Joya dengan alasan tidak bisa diajak bekerja sama, padahal Fajar bisa melakukan hal tersebut pada dirinya."Mau siapa lagi?" tanya Diana sambil menatap Joya. "Ada orang lain di sini?"Argh ... rasanya Joya ingin melemparkan kettle yang ada di tangannya kearah Diana, andai Joya tidak ingat siapa Diana mungkin sudah Joya lakukan. "Baik, Mbak."Joya dengan patuh men
Sepanjang perjalanan bolak-balik Jakarta-Denpasar dan Denpasar- Jakarta, Joya harus banyak-banyak menahan kesabarannya. Fajar benar-benar membuat kepalanya hampir meledak. Ada saja hal yang salah di mata Fajar, rasanya Joya ingin berteriak kalau yang salah adalah mata Fajar bukan kelakuan Joya."Dasar Fajar Klakson sialan!?" maki Joya sambil memasukkan dua sendok gula ke dalam kopi milik Fajar."Kenapa? Salah lagi?" tanya Trisa sambil menahan tawanya."Taulah, kalau salah lagi aku kasih air keran, nyebelin sumpah. Kenapa sih, kenapa Diana nyuruh aku balik lagi ke bagian bisnis? Udah bagus kaya rute tadi aku di simpan di bagian Ekonomi," rutuk Joya sambil memasukkan mengocok kopi untuk Fajar."Kak Ani 'kan sakit, Kak. Ya udah mau gimana lagi, aku aja ampe b
“Iya Kapt,” jawab Joya sambil menatap manik mata Fajar.Fajar sama sekali tidak bisa berkata apapun, manik mata Joya seakan memerangkapnya. Tatapan, Joya benar-benar membius Fajar. Tanpa sadar jemari Fajar terulur dan menyentuh bibir Joya.Joya tersentak kaget saat merasakan sentuhan jari Fajar, Joya langsung merasakan perasaan aneh ditubuhnya. “Kapt ....”Fajar tersentak saat mendengar panggilan Joya, dengan cepat diturunkan kembali tangannya dari bibir Joya. “Maaf, kamu bisa pergi.”Fajar melepaskan pegangan tangannya, sebelum Joya melangkah Fajar berkata, “Maaf, Joya. Tapi, saya nggak mungkin keluarin kamu dari crew.”“Kenapa?” tanya Joya bingung sambil membalikkan tubuhnya dan menatap manik mata hitam Fajar. Sepatu hak tinggi miliknya membuat tubuhnya hanya kurang lima sentimeter dari tinggi Fajar.
“Love, kayanya kita nikah di Hotel—“ “Terserah, nikah di mana aja, gimana kamu. Aku nggak peduli,” jawab Fajar sambil membulak balik majalah di hadapannya. Detik ini mereka sedang duduk-duduk di sofa penthouse milik Fajar, setelah kemarin Fajar pulang dari Bali, bekerja. Fajar sangat-sangat ingin mendapatkan ketenangan namun, semuanya sirna karena Fajar mendengarkan celotehan Naomi tentang pernikahan impiannya. Hingga, kepala Fajar rasanya ingin pecah. Fajar sama sekali tidak ingin menikah dengan Naomi, seandainya bukan karena keinginan almarhum Ayahnya dan desakan orang tua Naomi, Fajar pasti sudah memutuskan hubungannya dengan Naomi. Fajar pernah mencintai Naomi tapi, dulu. Iya dulu saat semuanya indah dan saat Naomi belum menunjukkan wajah aslinya yang ternyata hobi selingkuh dan bermuka dua. Argh ... rasanya Fajar ingin melempar semua baran
"Gimana, Jar?" tanya Joya kaget, kesambet apa lelaki dihadapannya ini tiba-tiba mengajaknya makan. Sepertinya sebelum masuk kedalam lift kepala pilotnya ini terantuk pot bunga."Makan, kamu tau makan nggak sih?" tanya Fajar."Taulah, aku 'kan manusia bukan siluman ubur-ubur," ucap Joya yang kesal karena Fajar mulai menyebalkan kembali."Astaga siluman ubur-ubur tolong humor aku makin receh," kekeh Fajar tiba-tiba."Makan apa?" tanya Joya."Apapun, aku yang traktir. Mau nggak?" tanya Fajar."Tumben, biasanya tiap liat saya bawaannya darah tinggi," ledek Joya."Sekarang juga saya darah tinggi. Tapi, saya lapar dan saya liat kamu juga lapar," ucap Fajar."Tau dari mana saya la—"Kruyuk ..."Suara perut kamu," jawab Fajar sambil tersenyum pada Joya.Deg
Tubuh Joya langsung meremang saat mendengar perkataan Fajar, tanpa sengaja garpu di tangannya jatuh ke lantai.Prang ...“Joy, kamu kenapa?” tanya Szasza kaget mendengar suara garpu yang jatuh ke lantai.Joy terenyak, dengan cepat dialihkan pandangannya dari netra mata hitam milik Fajar yang memabukkan ke mata sahabatnya Szasza. “Apa, gimana?”“Garpu kamu jatuh loh,” ucap Szasza sambil menunjuk tangan Joya.“Iya, kok bisa jatoh yah?” tanya Joya.Fajar langsung terbahak saat mendengar perkataan Joya, ternyata Joya adalah gadis yang sangat-sangat polos dan menggemaskan. Ternyata, ini sifat asli seorang Joya Dimitra yang selalu dianggap munafik oleh Fajar. Polos.“Yeh ... dasar klakson bemo m