Seorang gadis tiba-tiba masuk, menyelinap dan menyuruh Gio berhenti memainkan pianonya dengan menempelkan jari dibibirnya.
Si gadis terlihat memakai gaun malam berwarna emas yang menjuntai begitu elegant, wajahnya tak begitu terlihat jelas karena bersembunyi dibalik pintu ruangan yang setengah gelap, hanya pakaian yang berwarna emasnya saja berkerlap kerlip terlihat di bawah lampu cahaya yang remang-remang.
Gio menghentikan permainan pianonya, Gio segera menghampiri si gadis.
"Diem dulu yah, jangan main piano dulu" ucap gadis tersebut, terdengar sangat merdu, kemudian menarik tangan Gio agar lebih dekat denganya.
Gio tak berani memandang kearah wajah gadis didepanya, suara orang-orang berlarian di luar terdengar begitu gaduh, kemudian ada teriakan dari suara seorang perempuan di luar ruangan itu "cepat cari sampai ketemu!"
Setelah suara teriakan itu, suara gaduh orang berlarian kesana kemari semakin ramai seperti sedang mencari seseorang.
"Di luar itu, yang lagi nyariin kamu?" Tanya Gio memberanikan diri berbisik
"Sttttt! Iya" jawab gadis itu begitu terdengar syahdu, membuat Gio penasaran dengan wajah asli si gadis.
"Ayo kita cari keruangan ini" ajak seseorang di luar, terdengar akan memasuki ruangan cafe yang pintunya setengah terbuka itu.
Si gadis terlihat khawatir, kemudian dengan spontan memeluk dan bersembunyi di dada Gio menutupi kepalanya dengan Jas yang Gio pakai.
Gio merasa gugup, ini pertama kalinya ada seorang gadis memeluknya, gadis ini begitu wangi dan kulitnya terasa lembut saat bersentuhan denganya.
Krikkkkk!
Terdengar suara rollingdorr yang akan dibuka, karena sebelumnya rollingdorr tersebut sudah terbuka setengahnya, Gio terpaksa memeluk dan menarik gadis itu, untuk bersembunyi di dalam gudang sempit ruangan tersebut.
☆ ☆ ☆
Dug! dug! dug!
Suara detak jantung Gio terdengar keras, Dia sangat gugup dengan posisi merapat berhadapan dengan gadis di depanya, wajahnya masih terlihat samar karena gelap.
"Kamu gugup?" Tanya gadis di depanya dengan suara pelan
"Iya" jawab Gio datar.
"Terimakasih yah" bisik gadis itu lagi
"Apakah mereka penculik?" Tanya Gio polos.
"Iya,hiks" jawab si gadis kemudian tertawa tetapi dia mencoba menahanya.
"Perlukah kita lapor polisi?" Tanya Gio lagi
Si gadis malah menjadi-jadi,dia menahan tawanya dan menekankan wajahnya di dada Gio
"Kenapa ketawa?" Tanya Gio keheranan lalu menunduk melihat kearah wajah si gadis yang juga mendongakan wajahnya melihat ke arah Gio.
"Kamu lucu" jawab si gadis itu.
"Tampaknya mereka sudah pergi" ucap Gio lagi.
"Iya,sepertinya mereka tidak menemukanku,baiklah akupun akan pergi,aku fikir sudah cukup main petak umpetnya,terimakasih yah,nama kamu siapa?" Tanya si gadis.
"Giovanni,pa-pa-nggil aku Gio" jawab Gio terbata-bata.
Si gadis tersenyum setelah mendengar nama Giovanni,kemudian dia berjinjit lalu mengecup pipi pemuda itu dengan lembut,Gio tak berkutik,hanya mematung,sigadis lalu pergi berlari keluar dari ruangan sempit itu.
Gio meraba pipinya,kecupan lembut baru saja menempel di wajahnya dan masih terasa hangat,ini kecupan pertama Gio dari gadis yang wajahnyapun tidak bisa dia lihat karena gelap dan hanya meninggalkan wangi parfum yang sangat khas,semerbak seperti wangi bunga lavender,memenuhi ruangan sempit itu seakan menempel juga di pakaianya.
Gio lupa tidak menanyakan nama gadis itu,dia begitu penasaran,kemudian bergegas keluar dari ruang sempit tadi,tetapi diluar sudah tidak ada siapa-siapa,gadis misterius itu menghilang hanya dengan sekejap mata,meninggalkan wangi tubuhnya yang semerbak memenuhi ruangan cafe itu.
Sementara di luar, sang gadis terus berlari dengan riang, berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang mendapatkan sesuatu, sesekali memandang ke belakangnya, kemudian berlari kecil sambil mengangkat anggun gaun emas yang menjutai dan menyapu lantai bangunan megah itu, kakinya bertelanjang dan sesekali berjinjit karena lantai marmer gedung itu terasa dingin.Rambutnya tergerai panjang hingga pinggang, sedikit bergelombang dengan beberapa helaian menghiasi kedua pipinya serta suara gemerincing perhiasan yang dia pakai membuat sosoknya terlihat bak bidadari yang baru saja menginjakan kaki di bumi, terlihat asing tapi menikmati kebebasanya.Sang gadis tiba-tiba menghentikan langkahnya. Senyuman merekah yang menghiasi wajahnya seketika hilang, gemerincing perhiasan yang seperti alunan musikpun terhenti seketika, karena beberapa pria tegap berwajah maskulin dan berpakaian rapi seragam menghampirinya, lalu mereka serentak membungkuk pada Sang gadi
"Hei siapa disitu?" Tiba-tiba seseorang memergoki keberadaan Gio digedung tersebut.Gio terdiam, berlaripun tak mungkin lagi tiba-tiba lampu gedung tersebut menyala, sehingga jika dia kabur akan fatal akibatnya karena camera CCTV terletak diberbagai sudut disana."Gio?""Sedang apa kau malam-malam begini?" Tanya seorang petugas keamanan yang memiliki badan kekar tersebut."Hem...he-he" Gio menggaruk-garuk kepalanya meskipun tidak merasa gatal, Dia bingung harus menjawab apa."Haha-hehe tidak jelas, jawab!" Bentak petugas tersebut"Maaf pak, hem ... Saya anu, tadi anu pak" Gio gugup, masih bingung akan menjawab apa."Anu-anu, yang jelas ayo ngomong, tidak akan kumakan kau inilah, kenapa takut sekali!" Bentak petugas itu lagi."Iya pak, mohon maaf pak, tadi saya sedang membersihkan Piano di cafe tempat saya bekerja sekalian bel
Di tempat berbeda Camellia duduk diam sambil menutup matanya, Carol yang melihat Adiknya seperti orang yang sedang bersemedi itu, kemudian perlahan memegang tangan Adiknya."Dingin?" Tanya Carol."Tidak kak" jawab Camellia pelan dengan mata masih tertutup dan berpangku tangan dengan tenang."Harusnya kita tidur di Hotel itu saja, agar Kamu tak harus kecapean lagi, keamanan di sana oke punya lho Mill" ucap Carol."Hem ... dan Aku pasti tidak akan bisa tidur dengan nyenyak, kakak seperti tidak tahu saja sifat wartawan dan fans yang mengejarku, mereka akan melakukan apapun bahkan menggedor pintu kamarku" jawab Camellia."Iya sih, mana fans kamu tua muda lagi, kakek-kakek borjuis pun sudah tak tau malu terang-terangan ingin makan malam denganmu tadi" ucap Carol."Hem ... itulah alasanku ingin pulang, home sweet home" jawab Camellia masih dengan tenang dan menutup
Camellia berbaring dipangkuan Ibunya, sedangkan Ayahnya memijati kaki Anak gadisnya itu, perlakuan mereka terlihat begitu memanjakan Anak gadisnya itu."Tidurlah sayang, Kamu butuh istirahat" ucap Ibunya Milla sambil mengelus-elus rambut putrinya itu."Musikalitas kamu dalam memainkan Biola semakin bagus dan tak tertandingi, Papah sampai terhipnotis tadi dikonser Kamu" sahut Ayahnya Milla sambil memijat lembut jari-jari tangan putrinya itu.Camellia memanglah Violinist termuda berbakat, Dia mengusai semua teknik seperti teknik bowing yang benar, fingering dan musikalitas yang sangat terasah, ini semua Dia dapat karena berlatih konsisten setiap hari tanpa henti, hingga jiwanya dengan Biola menyatu menjadi satu."Yah Dia terlahir dari Ibu seorang cellis dan Bapak seorang Pianis, bibit unggul yang Kita buat hingga menghasilkan berlian seperti Dia, dulu lho Pah, Mamah ingin memberi Dia nama Alice Cellis
Camellia dan Carol keluar dari rumahnya untuk kembali melakukan pertemuan di Hotel semalam. Terlihat para bodiguard dan staf lain sudah berbaris rapih menunggu kehadiran Camellia. Pagi ini Camellia memakai gaun berwarna softblue yang ngepas dibadan, terlihat cantik dengan kombinasi tulle pada bagian dada model sabrina, di lehernya yang terbuka melingkar kalung bermatakan blue safir, satu set dengan giwang, cincin serta gelangnya. Rambutnya digerai lurus dan tak lupa hiasan rambut yang menambah keanggunanya. Sedangkan kaki jenjangnya dihiasi dengan sandal lancip berhak tinggi berwarna navy yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Dalam hal mendandani, Ibunya memang paling sempurna dan tak ada tandinganya. Semua staf terus memandangi kecantikan Bos besarnya itu, Orangtua Camellia memanglah nyonya besar di rumah ini, Carol juga Nona utama dirumah ini, tetapi Bos
Mobil limosin yang Camellia tumpangi, berhenti di depan lobbi utama hotel The Rizh-Buana, terlihat sudah banyak wartawan dan tamu lain yang mau menyapa sang Violist dengan penjagaan yang ketat.Camellia, mengatur nafas sejenak, kemudian menurunkan tangan bersamaan dengan membuka matanya, di luar terlihat sudah banyak kerumunan orang.Dia mengetuk jendela pintu mobil, isyarat itu untuk bodyguard, agar membukakan pintu untuknya, tanda Dia sudah siap keluar.Pintu terbuka, Orang-orang bersiap mengambil gambar, pertama-tama kaki jenjang Camellia keluar, itupun sudah langsung cekrak cekrek, selanjutnya seluruh tubuh Camellia sudah berada di luar Mobil, angin berhembus kencang membuat rambut panjangnya terbang melambai-lambai, penampilanya sangat artistik hingga semua mata terpukau padanya, Dia begitu bersih, putih dan tak ternoda bak seorang Malaikat.Camellia tersenyum pada semua orang yang menunggunya,
"Terimakasih Tuan Danish,sukses selalu untuk Anda dan Nona Milla" ucap Wartawan tersebut kemudian mundur karena sudah puas dengan jawaban dari Danish.Danish dan Camellia mengangguk dengan hormat,mereka terus berjalan di red carpet Lobbi Hotel tersebut,kemudian masuk keruangan jumpa pers di gedung hotel itu.Cukup lama Camellia berada di dalam,membahas kerjasama antara dia dan majalah Globalmode milik keluarga Abraham Angkasa Global.Rumor kerjasama ini sudah sangat dinanti-nanti oleh para wartawan,fans dan kalangan atas,mengingat banyak yang berebut ingin bekerjasama dengan Violist termuda bertalenta itu,dan ternyata rumor yang ditunggu-tunggupun menjadi kenyataan,Globalmode berhasil menggaet sang Violist tak terjamah itu,karena sebelumnya Camellia tak pernah mau bekerjasama dengan majalah lainya termasuk majalah yang mendunia.Namanya sering diulas majalah lain,wartawan dan paparazi yang sengaja membuntutinya atau diula
"Ayo, kita ke restaurant di lantai 48, Mamah Papahku udah nungguin" Ajak Danish pada Camellia.Seperti biasa Camellia hanya tersenyum kemudian melirik pada Carol, Carol menganggukan kepalanya tanda jika Camellia aman, tidak ada jadwal mendesak dan bisa makan siang dengan Danish.Camellia mengangguk pada Danish kemudian berjalan terlebih dahulu, sedangkan Danish berbisik pada Carol."Apakah saya harus bertanya padamu dulu jika ingin berjalan-jalan, menelpon atau mengajak dia makan?" Tanya Danish pada Carol.Carol tertawa kecil dan menutupi bibirnya "iya,harus atas izinku""Wah gawat nih, he-he, Dia emang sesibuk ini setiap harinya?" Tanya Danish lagi."Iya" jawab Carol."Ah ... sungguh kasian" ucap Danish mendesah."Kenapa harus kasian, Dia saja tidak pernah mengeluh, ayo sambil jalan" jawab Carol yang kemudian b