"ya ampun sekarang sudah jam sembilan, dari tadi dimana dong, kok Aku gak lihat?" tanya Mila lagi.
"dari tadi, nemenin Papa sama si Marius, terus angkutin koper kamu" sahut Tuan Marvel dari luar yang berjalan menuju ruang tengah.
"ya Papa, Kak Danish takut sama si Marius, jangan jahil ah, ngomong-ngomong makasih yah udah angkat koper Aku?" tanya Mila tanpa sedikitpun rasa tidak enak karena telah membuat seorang pengusaha muda, kaya raya, pewaris tunggal seperti Danish, mengangkut barang-barangnya.
"sama-sama Mil, jadi apa Kita berangkat sekarang? atau masih betah dirumah?" tanya Danish sedikit bercanda.
"oh berangkat sekarang dong" jawab Carol tiba-tiba, "soalnya tempat favorit Dia itu rumah, kalau d
Perasaannya begitu dilema saat ini, bicara salah, tidak bicara pun serba salah, karena semakin dia melihat Danish dekat dengan Mila, semakin khawatir perasaannya, dia takut Danish bersama Mila dan lebih memilih bersama adiknya itu. "Argh …." teriak Carol tiba-tiba sambil memegangi kepalanya yang penuh dengan banyak pertanyaan dan kebingungan. "kenapa Non?" tanya Paman Thomas dan memandang ke arah Carol yang berada di belakangnya. "oh, nggak Paman Thomas, nggak apa-apa hehe" jawab Carol terlihat malu, dia tidak kontrol hingga berteriak keras, dia lupa jika di depannya ada Paman Thomas dan Pak sopir. Kendaraan pun tiba di lobi hotel Ritz Buana, Carol dan Paman Thomas keluar duluan, sementara Danish mem
"Kak, aku pergi ke Ballroom untuk latihan yah" ucap Camelia. "Mil, tunggu aja dulu, Paman Thomas lagi beres-beres" jawab Carol sambil membereskan isi koper milik Camelia adiknya. "aku pergi sendiri saja, sudah saatnya aku mandiri, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku kak, aku bisa jaga diri, seperti kemarin" ucap Camelia lagi. "kamu yakin Mil?" tanya Carol sedikit ragu. "yakin, tenanglah jika hal seperti kemarin terjadi lagi aku pasti bisa menyiasatinya, aku bawa baju ganti juga untuk berjaga-jaga" jawab Camelia. "ah lebih baik tunggu paman Thomas dan yang lainnya dulu Mil, kakak gak tenang nih, kalau Mama sama Papa menghubungi gimana?" ta
Ada beberapa orang yang melewati tangga darurat tersebut, kebanyakan adalah para karyawan Hotel dan Mall tersebut, terlihat dari seragamnya, Camelia ragu untuk bertanya, dia hanya berusaha menghindari setiap pandangan dari orang-orang yang melewatinya. Hingga seseorang tiba-tiba saja mengambil tas yang dijinjingnya kemudian memegang tangan Camelia. Camelia awalnya akan menolak dan berteriak, tetapi saat dilihat itu adalah pria yang dikenalnya, dia pun akhirnya tersenyum lalu mengikuti pria tersebut di belakangnya sambil tak hentinya Camelia tersenyum karena pria tersebut begitu mengagumkan di matanya. Mereka berdua keluar dari pintu darurat, terlihat hamparan keramik marmer menghiasi gedung tersebut, terlihat begitu mewah dan megah, suasana di gedung tersebut pun terasa sepi dan menenangkan.
"Ih, kamu yah!" ucap Camelia manja sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Gio, hingga Gio bergidik. "Jangan begitu juga, ingat aku ini lelaki normal tau!" balas Gio sambil tersenyum dan mengusap sejenak telinganya yang terasa geli tak karuan. Mereka berdua terus berjalan sambil sesekali bercanda, gedung tersebut benar-benar sangat sepi, penjaga memang ada di beberapa titik, tapi mereka sangat jauh posisinya, sehingga Gio dan Mila dapat tertawa dan bercanda sepuasnya tanpa ada yang memperhatikan. Lalu sampailah Gio disebuah Cafe yang masih tutup dan memasukinya dengan segera. Camelia turun dari punggung Giovanni. "Duduklah, aku ambilkan air minum dulu ya." Kata Giovanni kemudian pergi ke belakang. Cameli mengangguk, "terima kasih" jawab Mila lirih dan memandang punggung Giovanni yang terlihat menjauh dari pandangannya, pergi entah kemana. Tak lama kemudian Gio kembali lagi, menyodorkan sebotol air minum pada Camelia."Ini minumlah dulu." Pinta Gio sambil membukakan penutup botol,
Kring... kring... kring....Tiba-tiba ponsel Camelia berbunyi, Camelia segera mengambil ponselnya, disana terlihat nama Carolin memanggil. (Halo kak?)sapa Camelia. (Halo Mil, kamu dimana? Sudah dua jam lebih kamu pergi, kemana kamu hah?) tanya Carol terdengar panik. (A-aku baik-baik saja kak, aku tadi tersesat selama satu jam, setelah itu dengan penyamaranku... aku pun sekarang sedang mengisi bahan bakar dulu.) Jawab Camelia terdengar tenang namun tak nyambung.(Oh syukurlah, kakak masih di butik tapi Paman Thomas menghubungi katanya tidak bisa menemukanmu, semua penjaga panik. Kata Tuan Mark kamu sudah pergi dua jam yang lalu untuk mencari makan siang tapi belum kembali.) Balas Carol.(I-iya tadi aku lupa memberitahu paman Thomas karena panik, tolong segera kakak beritahukan padanya kalau aku baik-baik saja, sebentar lagi menuju ballroom.)(Tolong jangan panik apalagi sampai melaporkan ini pada Mama Papa, nanti kakak yang akan kena marah mereka.) (Ya kalau kamu tidak mau kakak ken
"Secret admirer?" tanya Camelia setelah melihat nama kontak Giovanni di ponselnya. Giovanni mengangguk, kemudian dia mengambil ponselnya. Saat melihat pesan masuk, dia tersenyum sendiri karena merasa konyol saat melihat pesan emoji hati yang dia kirimkan sendiri pada ponselnya sendiri melalui ponsel Camelia, kemudian dia mengetik nama 'gadis lavenderku' untuk kontak Camelia. Camelia tersenyum, "kenapa gadis lavender?" tanyanya penasaran. "Karena dari awal bertemu wangimu seperti bunga lavender, aku menyukainya, dimanapun kamu... aku tahu jika itu kamu bahkan hanya dengan hanya mencium wanginya.""Bahkan tadi siang pun aku mencium wangimu, untuk itulah aku bisa mengikutimu hingga ke tangga darurat dan menemukanmu disana." Camelia sangat tersentuh dengan pernyataan dari bibir pria itu."Oh, terima kasih Gio." ucap Camelia, dia benar-benar merasa sangat terharu. Perlakuan dan setiap kata yang Giovanni lontarkan untuknya selalu mampu membuatnya bahagia. "Sama-sama... kalau gitu... bol
"Kalau mau ditemenin bilang ke aku aja ya?" ucap Danis tiba-tiba, sambil membukakan pintu kamar untuk Camelia. "I-iya Kak." Jawab Camelia lirih dengan raut wajah yang bingung."Bukannya aku yang nemenin dia? Kok kini seakan-akan aku yang butuh ditemenin." Batin Camelia bertanya-tanya."Padahal aku maunya tidur, aku sudah kenyang banget." Lanjutnya masih di dalam hati."Ayo masuklah." Pinta Danish. Lagi-lagi Camelia dibikin geleng-geleng, sekarang beda cerita. Saat masuk kamar saja, seakan itu kamar milik Danish.Akhirnya Camelia memasuki ruangan kamarnya, lalu dia langsung pergi untuk memasuki ruangan tempat tidurnya, sedangkan Danish terlihat duduk di meja makan. "Mil temenin aku makan yuk, kamu bisa sambil minum juice." Ajak Danish. "Baiklah kak, tunggu. Aku berganti pakaian dulu." Jawab Mila dari dalam kamarnya. "Ini ruanganku kan? Kok jadi aku yang seperti tamu dan dia pemiliknya sih?" tanya Camelia lirih sehingga hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.Ruangan hotel tersebu
Danish mengerlingkan kedua matanya, bisa-bisanya Camelia terlihat cemburu padanya. Tapi entah kenapa pria itu sangat menyukainya hingga percaya diri kalau gadis itu memang cemburu padanya."Aku pesan gaun untuk kamu pakai nanti malam, jangan marah gitu...." Jawab Danish memilih menjelaskan daripada timbul salah paham, karena bagaimanapun juga dia tidak mau dicap pria tidak baik."Yey siapa juga yang cemburu? Eh iya, aku 'kan gak bawa gaun selain untuk acara hari sabtu." Balas Mila. Danis terkekeh, "iya makanya aku beliin buat entar malam." "Hm... nyogok ceritanya?" goda Mila. "Buat kamu, apa sih yang gak bisa aku lakuin?" tanya Danish lalu memandangi wajah Mila lekat-lekat, terlihat Mila salah tingkah, hingga gadis itu berdiri dan pergi dari meja makan tempat dimana Danish berada. Danish tersenyum saat melihat Camelia gugup, Danish tahu betul jika Camelia tidak pernah dekat dengan pria lain selain dirinya, hanya saja dia merasa khawatir karena Rizki sudah datang ke kamar Camelia se