Di tempat berbeda Camellia duduk diam sambil menutup matanya, Carol yang melihat Adiknya seperti orang yang sedang bersemedi itu, kemudian perlahan memegang tangan Adiknya.
"Dingin?" Tanya Carol.
"Tidak kak" jawab Camellia pelan dengan mata masih tertutup dan berpangku tangan dengan tenang.
"Harusnya kita tidur di Hotel itu saja, agar Kamu tak harus kecapean lagi, keamanan di sana oke punya lho Mill" ucap Carol.
"Hem ... dan Aku pasti tidak akan bisa tidur dengan nyenyak, kakak seperti tidak tahu saja sifat wartawan dan fans yang mengejarku, mereka akan melakukan apapun bahkan menggedor pintu kamarku" jawab Camellia.
"Iya sih, mana fans kamu tua muda lagi, kakek-kakek borjuis pun sudah tak tau malu terang-terangan ingin makan malam denganmu tadi" ucap Carol.
"Hem ... itulah alasanku ingin pulang, home sweet home" jawab Camellia masih dengan tenang dan menutup matanya.
Carol menghela nafas panjang,
"Hem ... tetapi inilah dunia industri hiburan Mill, Kita akan dihadapkan pada beberapa orang yang bermacam-macam dan beraneka ragam. Tetapi siapa sih yang tidak mau menjadi temanmu, sahabat mungkin, kenalan, pasangan apalagi, Siapa sih yang ngga mau coba? Kamu ini violist termuda berbakat di seantero jagat raya, Kamu begitu popular di mana-mana karena bakat dan kecantikanmu, Kamu harus syukuri meskipun kakak tahu kamu harus membayar mahal kepopularan ini dengan masa mudamu yang terenggut" ucap Carol sedikit lesu.
"Bukanya Aku tidak bersyukur, tetapi wajar dong Kak jika Aku ingin menikmati kebebasan walau hanya semenit saja, boro-boro bebas jalan keluar, rasanya sudah lama Aku tidak shopping, jajan di luar dan makan di restaurant kesukaanku, Aku sudah jadi alien selama ini, hidupku bagai zombie, hari-hariku disibukan belajar dan jadwal yang padat" jawab Camellia.
Carol terdiam, Dia berfikir, Camellia memiliki masa muda yang gemilang, terhormat dan sangat exclusif bak bidadari tak terjamah, tetapi sudah sangat lama Adiknya itu tidak menikmati hidup seperti kebanyakan remaja-remaja lain seumuranya, Camellia tidak memiliki teman satupun, bukan karena tidak ingin, tetapi karena tidak ada waktu untuk bermain.
"Baiklah Mill, besok kan kita ada jadwal lagi di Hotel tadi, gimana jika kita shopping, curi-curi waktu sebentar dari mamah?" Tanya Carol.
"Kak ... kakak gak kapok yah mamah pukuli" jawab Camellia yang membuka matanya dan melirik kearah kakaknya yang kadang ceroboh itu.
"Ya udah, Kita bicarain lagi besok, udah sampe nih, nanti istirahat yah jangan banyak ngobrol sama mamah" ucap Carol karena mobil sudah memasuki pekarangan rumahnya.
"Sejak kapan Aku suka ngobrol sama mamah,dia yang selalu nyerocos, tuh udah nungguin Kita padahal udah hampir jam dua" tunjuk Camellia dari jendela, terlihat kedua orangtuanya sedang berdiri menunggunya.
"Hem, baiklah my Bos, nungguin Kamu kales bukan kakak" jawab Carol mesem-mesem menggoda adiknya itu.
Seorang Bodyguard membukakan pintu mobil, Camellia dan Carol keluar, dari jauh ibunya sudah menghampirinya kemudian memeluknya.
"Oh my princes, good job sayang, Konser tadi malam begitu spektakuler, Kamu sungguh amazing, muach-muach"
Ibu Milla terus menciumi pipi Anak kebangganya itu dan tak menghiraukan Carol yang berjalan masuk ke rumah tanpa menyapanya. Camellia melihat Carol sudah di depanya.
"Kak Carol juga sudah bekerja keras Pah, Mah" ucap Camellia.
"Hem,ayo sayang cepet cuci-cuci dulu,sikat gigi,cepetan tidur udah mau jam tiga" ajak ibunya tersebut
"Ayo masuk,my princes,papah sangat bangga" puji ayah Milla.
Camellia berbaring dipangkuan Ibunya, sedangkan Ayahnya memijati kaki Anak gadisnya itu, perlakuan mereka terlihat begitu memanjakan Anak gadisnya itu."Tidurlah sayang, Kamu butuh istirahat" ucap Ibunya Milla sambil mengelus-elus rambut putrinya itu."Musikalitas kamu dalam memainkan Biola semakin bagus dan tak tertandingi, Papah sampai terhipnotis tadi dikonser Kamu" sahut Ayahnya Milla sambil memijat lembut jari-jari tangan putrinya itu.Camellia memanglah Violinist termuda berbakat, Dia mengusai semua teknik seperti teknik bowing yang benar, fingering dan musikalitas yang sangat terasah, ini semua Dia dapat karena berlatih konsisten setiap hari tanpa henti, hingga jiwanya dengan Biola menyatu menjadi satu."Yah Dia terlahir dari Ibu seorang cellis dan Bapak seorang Pianis, bibit unggul yang Kita buat hingga menghasilkan berlian seperti Dia, dulu lho Pah, Mamah ingin memberi Dia nama Alice Cellis
Camellia dan Carol keluar dari rumahnya untuk kembali melakukan pertemuan di Hotel semalam. Terlihat para bodiguard dan staf lain sudah berbaris rapih menunggu kehadiran Camellia. Pagi ini Camellia memakai gaun berwarna softblue yang ngepas dibadan, terlihat cantik dengan kombinasi tulle pada bagian dada model sabrina, di lehernya yang terbuka melingkar kalung bermatakan blue safir, satu set dengan giwang, cincin serta gelangnya. Rambutnya digerai lurus dan tak lupa hiasan rambut yang menambah keanggunanya. Sedangkan kaki jenjangnya dihiasi dengan sandal lancip berhak tinggi berwarna navy yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Dalam hal mendandani, Ibunya memang paling sempurna dan tak ada tandinganya. Semua staf terus memandangi kecantikan Bos besarnya itu, Orangtua Camellia memanglah nyonya besar di rumah ini, Carol juga Nona utama dirumah ini, tetapi Bos
Mobil limosin yang Camellia tumpangi, berhenti di depan lobbi utama hotel The Rizh-Buana, terlihat sudah banyak wartawan dan tamu lain yang mau menyapa sang Violist dengan penjagaan yang ketat.Camellia, mengatur nafas sejenak, kemudian menurunkan tangan bersamaan dengan membuka matanya, di luar terlihat sudah banyak kerumunan orang.Dia mengetuk jendela pintu mobil, isyarat itu untuk bodyguard, agar membukakan pintu untuknya, tanda Dia sudah siap keluar.Pintu terbuka, Orang-orang bersiap mengambil gambar, pertama-tama kaki jenjang Camellia keluar, itupun sudah langsung cekrak cekrek, selanjutnya seluruh tubuh Camellia sudah berada di luar Mobil, angin berhembus kencang membuat rambut panjangnya terbang melambai-lambai, penampilanya sangat artistik hingga semua mata terpukau padanya, Dia begitu bersih, putih dan tak ternoda bak seorang Malaikat.Camellia tersenyum pada semua orang yang menunggunya,
"Terimakasih Tuan Danish,sukses selalu untuk Anda dan Nona Milla" ucap Wartawan tersebut kemudian mundur karena sudah puas dengan jawaban dari Danish.Danish dan Camellia mengangguk dengan hormat,mereka terus berjalan di red carpet Lobbi Hotel tersebut,kemudian masuk keruangan jumpa pers di gedung hotel itu.Cukup lama Camellia berada di dalam,membahas kerjasama antara dia dan majalah Globalmode milik keluarga Abraham Angkasa Global.Rumor kerjasama ini sudah sangat dinanti-nanti oleh para wartawan,fans dan kalangan atas,mengingat banyak yang berebut ingin bekerjasama dengan Violist termuda bertalenta itu,dan ternyata rumor yang ditunggu-tunggupun menjadi kenyataan,Globalmode berhasil menggaet sang Violist tak terjamah itu,karena sebelumnya Camellia tak pernah mau bekerjasama dengan majalah lainya termasuk majalah yang mendunia.Namanya sering diulas majalah lain,wartawan dan paparazi yang sengaja membuntutinya atau diula
"Ayo, kita ke restaurant di lantai 48, Mamah Papahku udah nungguin" Ajak Danish pada Camellia.Seperti biasa Camellia hanya tersenyum kemudian melirik pada Carol, Carol menganggukan kepalanya tanda jika Camellia aman, tidak ada jadwal mendesak dan bisa makan siang dengan Danish.Camellia mengangguk pada Danish kemudian berjalan terlebih dahulu, sedangkan Danish berbisik pada Carol."Apakah saya harus bertanya padamu dulu jika ingin berjalan-jalan, menelpon atau mengajak dia makan?" Tanya Danish pada Carol.Carol tertawa kecil dan menutupi bibirnya "iya,harus atas izinku""Wah gawat nih, he-he, Dia emang sesibuk ini setiap harinya?" Tanya Danish lagi."Iya" jawab Carol."Ah ... sungguh kasian" ucap Danish mendesah."Kenapa harus kasian, Dia saja tidak pernah mengeluh, ayo sambil jalan" jawab Carol yang kemudian b
"Apa? Ca-ca-camel" Gio mendadak tergagap, matanyapun membelalak."Bos kamu yang super baik itu gak ngasih tahu? Padahal Dia datang ke konsernya semalem" tanya Andi lagi."Apa? Semalem Dia konser?" Gio semakin histeris."Iya" jawab Andi."Serius?" Tanya Gio lagi, masih belum mempercayai Andi."Sumpah ... " jawab Andi berusaha bersabar, dengan rentetan pertanyaan temanya itu."Kok Aku bisa gak tau yah ndi?" Tanya Gio lagi."Kamu sibuk kuliah dan belajar di Cafe, Kamu bahkan tidak pergi ke lobbi utama Hotel, di sana terpampang poster-poster violinist itu" jawab Andi lagi."sudahlah jangan terlalu dipikirkan, lagian itu konser bukan untuk kalangan orang rendahan seperti kita, harga karcisnya saja puluhan juta, t
"Baiklah" jawab Carol lalu memegangi tangan adik nya itu. Keluarga pemiliki Rizh-Buana terlihat berdiri kembali, tampak terlihat senang, kecuali Rizki yang cuek dan masih duduk sibuk dengan gadget nya. Tetapi tampaknya keluarga itu harus menelan ludah pahit lagi, karena Camelia menuju kemeja lain. "Danish, temani Camelia agar dia mau kembali dan makan bersama kita, cepatan" bisik Abraham pada anaknya Danish. "Pah, biarkan saja, harusnya papah senang dari awal dia memberi penghormatan pertama untuk keluarga kita" jawab Danish santai. "Betulkah itu? Jadi keluarga kita tetap nomor satu?" Tanya Abraham, dengan mata berbinar, "baiklah, biarkan Milla berkenalan juga dengan tamu lain, Papah senang sekali jika begitu artinya ha-ha" lanjutnya sambil tertawa bahagia. Diujung sana Milla terlihat menuju meja tamu lain, Carol memperkenalkan mereka satu persatu
Betapa bahagia suasana makan siang itu, mereka menyantap makanan dengan suka cita. Sedangkan Carol terlihat duduk bersama keluarga Abraham, sebagai perwakilan dari Camellia. "Hem ... tampaknya baju kamu terlihat masih basah" tanya Camelia pada Rizki. "Oh iya, maafkan saya Nona" jawab Rizki salah tingkah celingak celinguk mencari tissue atau saputangan. "Ini pakailah" ucap Camelia sambil memberikan Rizki saputangan katun sutra miliknya. Rizki bingung sekaligus bahagia, Camelia juga tidak sabar menunggu Rizki yang hanya diam saja, dengan spontan dia mengelap anggur yang membasahi kemeja putih Rizki, Camellia memang tidak suka melihat baju oranglain berantakan atau ada sedikit kotoran. Rizki semakin berdebar sa