Camellia berbaring dipangkuan Ibunya, sedangkan Ayahnya memijati kaki Anak gadisnya itu, perlakuan mereka terlihat begitu memanjakan Anak gadisnya itu.
"Tidurlah sayang, Kamu butuh istirahat" ucap Ibunya Milla sambil mengelus-elus rambut putrinya itu.
"Musikalitas kamu dalam memainkan Biola semakin bagus dan tak tertandingi, Papah sampai terhipnotis tadi dikonser Kamu" sahut Ayahnya Milla sambil memijat lembut jari-jari tangan putrinya itu.
Camellia memanglah Violinist termuda berbakat, Dia mengusai semua teknik seperti teknik bowing yang benar, fingering dan musikalitas yang sangat terasah, ini semua Dia dapat karena berlatih konsisten setiap hari tanpa henti, hingga jiwanya dengan Biola menyatu menjadi satu.
"Yah Dia terlahir dari Ibu seorang cellis dan Bapak seorang Pianis, bibit unggul yang Kita buat hingga menghasilkan berlian seperti Dia, dulu lho Pah, Mamah ingin memberi Dia nama Alice Cellis tetapi Kakeknya maksa harus Camellia Zahra" ucap Ibunya Milla pada Suaminya itu.
"Gak, apa-apa Mah, Papahmu memang selalu senang memberi nama cucu-cucunya dan terbukti Dia begitu berbakat" jawab Ayah Milla.
Sementara kedua pasangan suami istri itu terus berbincang memuji Milla, terlihat yang dipujinya sudah terlelap tidur dipangkuan Ibunya, seperti bayi dan tak berkutik meskipun orangtuanya berbicara keras dan tertawa karena saking senangnya.
Camellia dari kecil tak pernah mengecewakan orangtuanya, Dia penurut dan tak pernah sekalipun membangkang mereka sehingga jalan hidupnya sudah diatur oleh pasangan itu.
☆ ☆ ☆
Keesokan paginya Camellia bangun seperti biasa yaitu pukul tujuh pagi, Ibunya sudah menyiapkan baju yang harus Dia pakai, Camellia pergi membersihkan diri, lalu memakai baju dan perhiasan lain yang sudah ibunya siapkan itu lalu bergegas keluar untuk sarapan.
"Oh, My Princess ayo duduk sayang, gimana tidurnya nyenyak?" Ibunya bertanya dengan penuh semangat.
"Nyenyak Mah, terimakasih" jawab Camellia.
"Hem, pagi My Bos" sapa Carol pada Camellia, Dia masih malas-malasan dan belum membersihkan diri.
"Pagi kak" jawab Camellia lembut.
"Kamu gak ngantuk yah tidur hampir jam tiga, jam tujuh udah bangun?" Tanya Carol.
"Tidak kak, Aku bisa lanjut tidur siang nanti, Mamah udah nyiapin jadwalku ke Hotel semalam untuk acara kolaborasi dengan Danish dan persiapan konser season dua sabtu minggu depan" jawab Camellia.
"Oh iya, tapi Mitakan berangkat pukul sembilan, masih ada dua jam kurang" tanya Carol lagi.
Ibunya yang mendengar ucapan Carol begitu tidak suka, kemudian berkata dengan kesal "Carol, jangan jadi manager gak baik, mengajarkan Adikmu tidak berdisiplin, jangan samakan Dia dan Kamu, Mamah sudah bilang berkali-kali dua jam sebelum bepergian kalian sudah harus siap, prinsip itu yang selalu Mamah ajarkan hingga Adikmu tidak pernah telat, Dia selalu on time, gak kaya kamu, manager macam apa kamu"
Carol yang mendengar ucapan kesal ibunya segera menunduk, Dia merasa sudah melakukan kesalahan lagi yang membuat Ibunya marah besar.
Sedangkan Camellia, dengan santai menyantap sarapan paginya tak menghiraukan suara Ibunya yang begitu keras sampai akhirnya Dia meminum dan menghabiskan susunya lalu menaruh gelas dengan sedikit bersuara, membuat Ibunya langsung terdiam.
"Oh, My Princess, maafin Mamah, aduh pagi-pagi sudah membuatmu stress, maafin Mamah yah sayang" ucap ibunya terlihat menyesal.
Carol yang dimarahi tetapi Ibunya meminta maaf pada Adiknya, sungguh Ibu yang aneh, Carol hanya terdiam, selera nafsu makanya hilang, kemudian ikut pergi saat Camellia juga pergi dari meja makan itu.
"Ada apa mah?" Tanya papah Milla saat mendekati istrinya.
"Aduh pah, tadi si Carol berulah, Mamah kesel jadi Mamah bersuara keras, tapi My Princess sepertinya terganggu" jawab istrinya itu dan terlihat begitu khawatir.
"Waduh, tahan emosi Mah, yoga Mah biar bisa kontrol emosi, jangan sampai si princess merasa terganggu, ingat Dia harus bahagia selalu" ucap suaminya.
Camellia dan Carol keluar dari rumahnya untuk kembali melakukan pertemuan di Hotel semalam. Terlihat para bodiguard dan staf lain sudah berbaris rapih menunggu kehadiran Camellia. Pagi ini Camellia memakai gaun berwarna softblue yang ngepas dibadan, terlihat cantik dengan kombinasi tulle pada bagian dada model sabrina, di lehernya yang terbuka melingkar kalung bermatakan blue safir, satu set dengan giwang, cincin serta gelangnya. Rambutnya digerai lurus dan tak lupa hiasan rambut yang menambah keanggunanya. Sedangkan kaki jenjangnya dihiasi dengan sandal lancip berhak tinggi berwarna navy yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Dalam hal mendandani, Ibunya memang paling sempurna dan tak ada tandinganya. Semua staf terus memandangi kecantikan Bos besarnya itu, Orangtua Camellia memanglah nyonya besar di rumah ini, Carol juga Nona utama dirumah ini, tetapi Bos
Mobil limosin yang Camellia tumpangi, berhenti di depan lobbi utama hotel The Rizh-Buana, terlihat sudah banyak wartawan dan tamu lain yang mau menyapa sang Violist dengan penjagaan yang ketat.Camellia, mengatur nafas sejenak, kemudian menurunkan tangan bersamaan dengan membuka matanya, di luar terlihat sudah banyak kerumunan orang.Dia mengetuk jendela pintu mobil, isyarat itu untuk bodyguard, agar membukakan pintu untuknya, tanda Dia sudah siap keluar.Pintu terbuka, Orang-orang bersiap mengambil gambar, pertama-tama kaki jenjang Camellia keluar, itupun sudah langsung cekrak cekrek, selanjutnya seluruh tubuh Camellia sudah berada di luar Mobil, angin berhembus kencang membuat rambut panjangnya terbang melambai-lambai, penampilanya sangat artistik hingga semua mata terpukau padanya, Dia begitu bersih, putih dan tak ternoda bak seorang Malaikat.Camellia tersenyum pada semua orang yang menunggunya,
"Terimakasih Tuan Danish,sukses selalu untuk Anda dan Nona Milla" ucap Wartawan tersebut kemudian mundur karena sudah puas dengan jawaban dari Danish.Danish dan Camellia mengangguk dengan hormat,mereka terus berjalan di red carpet Lobbi Hotel tersebut,kemudian masuk keruangan jumpa pers di gedung hotel itu.Cukup lama Camellia berada di dalam,membahas kerjasama antara dia dan majalah Globalmode milik keluarga Abraham Angkasa Global.Rumor kerjasama ini sudah sangat dinanti-nanti oleh para wartawan,fans dan kalangan atas,mengingat banyak yang berebut ingin bekerjasama dengan Violist termuda bertalenta itu,dan ternyata rumor yang ditunggu-tunggupun menjadi kenyataan,Globalmode berhasil menggaet sang Violist tak terjamah itu,karena sebelumnya Camellia tak pernah mau bekerjasama dengan majalah lainya termasuk majalah yang mendunia.Namanya sering diulas majalah lain,wartawan dan paparazi yang sengaja membuntutinya atau diula
"Ayo, kita ke restaurant di lantai 48, Mamah Papahku udah nungguin" Ajak Danish pada Camellia.Seperti biasa Camellia hanya tersenyum kemudian melirik pada Carol, Carol menganggukan kepalanya tanda jika Camellia aman, tidak ada jadwal mendesak dan bisa makan siang dengan Danish.Camellia mengangguk pada Danish kemudian berjalan terlebih dahulu, sedangkan Danish berbisik pada Carol."Apakah saya harus bertanya padamu dulu jika ingin berjalan-jalan, menelpon atau mengajak dia makan?" Tanya Danish pada Carol.Carol tertawa kecil dan menutupi bibirnya "iya,harus atas izinku""Wah gawat nih, he-he, Dia emang sesibuk ini setiap harinya?" Tanya Danish lagi."Iya" jawab Carol."Ah ... sungguh kasian" ucap Danish mendesah."Kenapa harus kasian, Dia saja tidak pernah mengeluh, ayo sambil jalan" jawab Carol yang kemudian b
"Apa? Ca-ca-camel" Gio mendadak tergagap, matanyapun membelalak."Bos kamu yang super baik itu gak ngasih tahu? Padahal Dia datang ke konsernya semalem" tanya Andi lagi."Apa? Semalem Dia konser?" Gio semakin histeris."Iya" jawab Andi."Serius?" Tanya Gio lagi, masih belum mempercayai Andi."Sumpah ... " jawab Andi berusaha bersabar, dengan rentetan pertanyaan temanya itu."Kok Aku bisa gak tau yah ndi?" Tanya Gio lagi."Kamu sibuk kuliah dan belajar di Cafe, Kamu bahkan tidak pergi ke lobbi utama Hotel, di sana terpampang poster-poster violinist itu" jawab Andi lagi."sudahlah jangan terlalu dipikirkan, lagian itu konser bukan untuk kalangan orang rendahan seperti kita, harga karcisnya saja puluhan juta, t
"Baiklah" jawab Carol lalu memegangi tangan adik nya itu. Keluarga pemiliki Rizh-Buana terlihat berdiri kembali, tampak terlihat senang, kecuali Rizki yang cuek dan masih duduk sibuk dengan gadget nya. Tetapi tampaknya keluarga itu harus menelan ludah pahit lagi, karena Camelia menuju kemeja lain. "Danish, temani Camelia agar dia mau kembali dan makan bersama kita, cepatan" bisik Abraham pada anaknya Danish. "Pah, biarkan saja, harusnya papah senang dari awal dia memberi penghormatan pertama untuk keluarga kita" jawab Danish santai. "Betulkah itu? Jadi keluarga kita tetap nomor satu?" Tanya Abraham, dengan mata berbinar, "baiklah, biarkan Milla berkenalan juga dengan tamu lain, Papah senang sekali jika begitu artinya ha-ha" lanjutnya sambil tertawa bahagia. Diujung sana Milla terlihat menuju meja tamu lain, Carol memperkenalkan mereka satu persatu
Betapa bahagia suasana makan siang itu, mereka menyantap makanan dengan suka cita. Sedangkan Carol terlihat duduk bersama keluarga Abraham, sebagai perwakilan dari Camellia. "Hem ... tampaknya baju kamu terlihat masih basah" tanya Camelia pada Rizki. "Oh iya, maafkan saya Nona" jawab Rizki salah tingkah celingak celinguk mencari tissue atau saputangan. "Ini pakailah" ucap Camelia sambil memberikan Rizki saputangan katun sutra miliknya. Rizki bingung sekaligus bahagia, Camelia juga tidak sabar menunggu Rizki yang hanya diam saja, dengan spontan dia mengelap anggur yang membasahi kemeja putih Rizki, Camellia memang tidak suka melihat baju oranglain berantakan atau ada sedikit kotoran. Rizki semakin berdebar sa
"Lihat-lihat dong mas kalo jalan" jawab Rizki terlihat kesal karena bahunya sedikit sakit. Padahal yang menabrak Dia karena berjalan terburu-buru, sedangkan Posisi Gio sedang berdiri diam dan tidak menghalangi jalan. "Sekali lagi maaf Tuan" ucap Gio lagi. Padahal sebenarnya Dia bukan yang salah. "Dasar manusia rendahan" dengus Rizki kemudian pergi menuju tempat tujuan yaitu Toilet pria. Gio melihat saputangan katun sutra di bawah lantai, Dia bertanya-tanya milik siapa itu, tetapi tampaknya bukan milik siapapun, karena tidak ada yang mencari dan mengambilnya, daripada dibuang petugas pembersih, Gio akhirnya mengambil sapu tangan yang tergeletak itu. Gio melihat dan menelaah sapu tangan yang berukiran bo