Camellia dan Carol keluar dari rumahnya untuk kembali melakukan pertemuan di Hotel semalam.
Terlihat para bodiguard dan staf lain sudah berbaris rapih menunggu kehadiran Camellia.
Pagi ini Camellia memakai gaun berwarna softblue yang ngepas dibadan, terlihat cantik dengan kombinasi tulle pada bagian dada model sabrina, di lehernya yang terbuka melingkar kalung bermatakan blue safir, satu set dengan giwang, cincin serta gelangnya. Rambutnya digerai lurus dan tak lupa hiasan rambut yang menambah keanggunanya.
Sedangkan kaki jenjangnya dihiasi dengan sandal lancip berhak tinggi berwarna navy yang terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya.
Dalam hal mendandani, Ibunya memang paling sempurna dan tak ada tandinganya.
Semua staf terus memandangi kecantikan Bos besarnya itu, Orangtua Camellia memanglah nyonya besar di rumah ini, Carol juga Nona utama dirumah ini, tetapi Bos besar sesungguhnya di rumah ini sebenarnya adalah Camellia, sang Violinist anggun dan berwibawa yang harus selalu dijaga, di lindungi dan dimanjakan oleh keluarganya. Tetapi dimata Camellia justru Dia kebalikanya, Dia merasa menjadi budak dari Orangtuanya, posisi sebenarnya adalah berstatus paling rendah, karena Dia tidak pernah bisa melakukan keinginanya sendiri dan harus menuruti semua keinginan orangtuanya itu, Dia tidak memiliki pilihan lain bahkan dari ujung kaki hingga ujung rambut semua ini milik Orangtuanya.
Camellia juga tidak diijinkan untuk dekat dengan para staf, karena menurut Orangtuanya itu akan membuat status gelar kebangsawananya tercoreng, sehingga Camellia selalu hidup dalam kesendirian.
Camellia berjalan memasuki mobil yang sudah disiapkan sopir dan para bodyguardnya, tiba-tiba tanpa sengaja Dia terpeleset, seketika bodyguard yang sedang membukakan pintu untuknya itu langsung menyangga tubuh Camellia, tetapi karena terkejut, Camellia hanya terdiam saat wajah sang bodyguard berada tepat di atas menatapnya, tangan si bodyguard memegang pinggang Camellia yang tubuhnya akan terpelanting jatuh kebelakang, Sang bodyguard juga tidak secepatnya merapihkan posisi seperti seharusnya, Dia mematung, membungkuk dengan satu tangan berpegangan pada pintu mobil dan satu lagi pada pinggang Camellia.
"Kurang ajar!"
Seseorang berseru dan itu adalah Ayah dari Camellia.
Bodyguard lain cepat-cepat menghampiri dan membantu bodyguard tersebut agar secepatnya melepaskan tanganya dari pinggang Nona muda, tetapi Ayah Camellia sudah terlanjur menghampirinya juga, Camellia berdiri tegap kembali lalu merapihkan pakaian dan rambutnya, sedangkan Ayahnya tiba-tiba saja menampar bodyguard tersebut.
Plak!
"Berani-beraninya pegang tubuh Putri Saya dengan tangan kotormu itu" ucap Ayah Camellia.Si bodyguard hanya terdiam dan menunduk.
"Mohon maafkan Dia Tuan besar, Dia baru di sini" ucap seorang bodyguard lain yang merupakan pemimpin dari tim bodyguard tersebut.
"Kamu betul-betul tidak becus mengurusi Anak buahmu, segera pecat Dia" perintah Tuan besar.
Camellia yang tadinya acuh dan ingin memasuki kendaraanya tiba-tiba berhenti, lalu memegang tangan Ayahnya tersebut.
"Tuan Marvelio Kharel ... tolong jangan kelewatan, kalau tidak ada Dia, mungkin tadi Putrimu ini akan segera terjatuh dan mungkin juga sekarang Putrimu ini sedang diperjalanan dibawa olehmu ke rumah sakit" ucap Camellia pada Ayahnya.
Ayahnya yang mendengar ucapan Camellia segera terdiam, Dia memang seperti istrinya, sangat sensitif dan histerisan, Dia juga paling cemburuan dan tidak suka jika melihat ada yang menyentuh Putrinya itu bahkan hanya dengan gaunya saja, pemandangan tadi sudah membuatnya marah, karena bodyguard tersebut bukan hanya menyentuh gaun Putrinya saja tapi dengan sangat berani, memegang tubuh Putrinya.
Tetapi Dia tidak sadar jika salah satu tugas bodyguard adalah mengutamakan keselamatan Tuanya meskipun harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
"Pah ... seharusnya Papah berterimakasih dan menaikan jabatanya karena Dia sudah cepat tanggap menyelamatkan Putrimu ini dari kecelakaan yang fatal" ucap Camellia lagi.
Mobil limosin yang Camellia tumpangi, berhenti di depan lobbi utama hotel The Rizh-Buana, terlihat sudah banyak wartawan dan tamu lain yang mau menyapa sang Violist dengan penjagaan yang ketat.Camellia, mengatur nafas sejenak, kemudian menurunkan tangan bersamaan dengan membuka matanya, di luar terlihat sudah banyak kerumunan orang.Dia mengetuk jendela pintu mobil, isyarat itu untuk bodyguard, agar membukakan pintu untuknya, tanda Dia sudah siap keluar.Pintu terbuka, Orang-orang bersiap mengambil gambar, pertama-tama kaki jenjang Camellia keluar, itupun sudah langsung cekrak cekrek, selanjutnya seluruh tubuh Camellia sudah berada di luar Mobil, angin berhembus kencang membuat rambut panjangnya terbang melambai-lambai, penampilanya sangat artistik hingga semua mata terpukau padanya, Dia begitu bersih, putih dan tak ternoda bak seorang Malaikat.Camellia tersenyum pada semua orang yang menunggunya,
"Terimakasih Tuan Danish,sukses selalu untuk Anda dan Nona Milla" ucap Wartawan tersebut kemudian mundur karena sudah puas dengan jawaban dari Danish.Danish dan Camellia mengangguk dengan hormat,mereka terus berjalan di red carpet Lobbi Hotel tersebut,kemudian masuk keruangan jumpa pers di gedung hotel itu.Cukup lama Camellia berada di dalam,membahas kerjasama antara dia dan majalah Globalmode milik keluarga Abraham Angkasa Global.Rumor kerjasama ini sudah sangat dinanti-nanti oleh para wartawan,fans dan kalangan atas,mengingat banyak yang berebut ingin bekerjasama dengan Violist termuda bertalenta itu,dan ternyata rumor yang ditunggu-tunggupun menjadi kenyataan,Globalmode berhasil menggaet sang Violist tak terjamah itu,karena sebelumnya Camellia tak pernah mau bekerjasama dengan majalah lainya termasuk majalah yang mendunia.Namanya sering diulas majalah lain,wartawan dan paparazi yang sengaja membuntutinya atau diula
"Ayo, kita ke restaurant di lantai 48, Mamah Papahku udah nungguin" Ajak Danish pada Camellia.Seperti biasa Camellia hanya tersenyum kemudian melirik pada Carol, Carol menganggukan kepalanya tanda jika Camellia aman, tidak ada jadwal mendesak dan bisa makan siang dengan Danish.Camellia mengangguk pada Danish kemudian berjalan terlebih dahulu, sedangkan Danish berbisik pada Carol."Apakah saya harus bertanya padamu dulu jika ingin berjalan-jalan, menelpon atau mengajak dia makan?" Tanya Danish pada Carol.Carol tertawa kecil dan menutupi bibirnya "iya,harus atas izinku""Wah gawat nih, he-he, Dia emang sesibuk ini setiap harinya?" Tanya Danish lagi."Iya" jawab Carol."Ah ... sungguh kasian" ucap Danish mendesah."Kenapa harus kasian, Dia saja tidak pernah mengeluh, ayo sambil jalan" jawab Carol yang kemudian b
"Apa? Ca-ca-camel" Gio mendadak tergagap, matanyapun membelalak."Bos kamu yang super baik itu gak ngasih tahu? Padahal Dia datang ke konsernya semalem" tanya Andi lagi."Apa? Semalem Dia konser?" Gio semakin histeris."Iya" jawab Andi."Serius?" Tanya Gio lagi, masih belum mempercayai Andi."Sumpah ... " jawab Andi berusaha bersabar, dengan rentetan pertanyaan temanya itu."Kok Aku bisa gak tau yah ndi?" Tanya Gio lagi."Kamu sibuk kuliah dan belajar di Cafe, Kamu bahkan tidak pergi ke lobbi utama Hotel, di sana terpampang poster-poster violinist itu" jawab Andi lagi."sudahlah jangan terlalu dipikirkan, lagian itu konser bukan untuk kalangan orang rendahan seperti kita, harga karcisnya saja puluhan juta, t
"Baiklah" jawab Carol lalu memegangi tangan adik nya itu. Keluarga pemiliki Rizh-Buana terlihat berdiri kembali, tampak terlihat senang, kecuali Rizki yang cuek dan masih duduk sibuk dengan gadget nya. Tetapi tampaknya keluarga itu harus menelan ludah pahit lagi, karena Camelia menuju kemeja lain. "Danish, temani Camelia agar dia mau kembali dan makan bersama kita, cepatan" bisik Abraham pada anaknya Danish. "Pah, biarkan saja, harusnya papah senang dari awal dia memberi penghormatan pertama untuk keluarga kita" jawab Danish santai. "Betulkah itu? Jadi keluarga kita tetap nomor satu?" Tanya Abraham, dengan mata berbinar, "baiklah, biarkan Milla berkenalan juga dengan tamu lain, Papah senang sekali jika begitu artinya ha-ha" lanjutnya sambil tertawa bahagia. Diujung sana Milla terlihat menuju meja tamu lain, Carol memperkenalkan mereka satu persatu
Betapa bahagia suasana makan siang itu, mereka menyantap makanan dengan suka cita. Sedangkan Carol terlihat duduk bersama keluarga Abraham, sebagai perwakilan dari Camellia. "Hem ... tampaknya baju kamu terlihat masih basah" tanya Camelia pada Rizki. "Oh iya, maafkan saya Nona" jawab Rizki salah tingkah celingak celinguk mencari tissue atau saputangan. "Ini pakailah" ucap Camelia sambil memberikan Rizki saputangan katun sutra miliknya. Rizki bingung sekaligus bahagia, Camelia juga tidak sabar menunggu Rizki yang hanya diam saja, dengan spontan dia mengelap anggur yang membasahi kemeja putih Rizki, Camellia memang tidak suka melihat baju oranglain berantakan atau ada sedikit kotoran. Rizki semakin berdebar sa
"Lihat-lihat dong mas kalo jalan" jawab Rizki terlihat kesal karena bahunya sedikit sakit. Padahal yang menabrak Dia karena berjalan terburu-buru, sedangkan Posisi Gio sedang berdiri diam dan tidak menghalangi jalan. "Sekali lagi maaf Tuan" ucap Gio lagi. Padahal sebenarnya Dia bukan yang salah. "Dasar manusia rendahan" dengus Rizki kemudian pergi menuju tempat tujuan yaitu Toilet pria. Gio melihat saputangan katun sutra di bawah lantai, Dia bertanya-tanya milik siapa itu, tetapi tampaknya bukan milik siapapun, karena tidak ada yang mencari dan mengambilnya, daripada dibuang petugas pembersih, Gio akhirnya mengambil sapu tangan yang tergeletak itu. Gio melihat dan menelaah sapu tangan yang berukiran bo
Camelia hanya tersenyum saat melihat tingkah genit Nyonya Rizh, di meja ujung sana tampak Nyonya Abraham tidak begitu menyukai kedekatan Camelia dengan Nyonya Rizh, padahal mereka berdua pada kenyataanya berteman dalam ruang lingkup ibu-ibu sosialita, satu grup arisan juga. "Tante, Om ayo sudah waktunya kita makan siang" ajak Camelia sambil menyodorkan piring pada kedua orang tua tersebut. "Oh iya, iya, ayo semua makan, mari makan siang" jawab Tuan Rizh kemudian menerima piring dari Camelia. Setelah selesai makan, tampak terlihat Carol dan Danish menghampiri Camelia