Share

Kepanikan Damar.

Malam telah berganti pagi, jam pun, sudah menunjukan pukul 08.00. Sesosok tubuh atletis menggeliat dari atas tempat tidur. Pria itu membuka perlahan kedua kelopak matanya kemudian mengedarkan pandangannya kesegala arah.

Damar, pria yang baru saja bangun, dari tidur panjangnya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat mendapati dirinya tertidur di kamarnya. Karena seingatnya, tadi malam ia tengah menghabiskan malamnya disebuah klub.

Seketika Damar pun, teringat akan kejadian dua hari lalu saat Elga sang kekasih memutuskan hubungan mereka. Kemudian menerima lamaran dari pria lain, kemudian menikah dengan pria itu. Padahal Damar dan Elga sudah menjalin hubungan selama dua setengah tahun.

Mereka juga sudah saling mengenalkan pada kedua orang tua masing-masing. Tak hanya itu, Damar dan Elga sudah berniat akan lanjutkan hubungan mereka. Mereka bahkan sudah merencanakan akan menikah tahun depan.

Di tengah lamunannya, sedetik kemudian Damar justru tersentak. Seketika pria itu nampak panik saat melihat pakaian yang tercecer tak berbentuk. Ditambah lagi bercak darah di seprei berwarna biru langit yang terlihat begitu jelas. Pandangan Damar langsung berganti cepat melihat tubuhnya sendiri.

"Sial! Apa yang sudah terjadi dan ini, akhhh!" teriak Damar frustasi.

"Wulan," Damar kembali berucap pelan seraya melotot panik. Pria itu menyadari jika ternyata dirinya telah merenggut kesucian sang adik angkat.

Damar langsung beranjak memakai celana boxernya. Pria itu kemudian berlari mencari keberadaan sang adik. Damar bergegas berlari ke kamar Wulan. Namun nihil, tak ada tanda-tanda Wulan dimana pun.

Sepuluh menit mencari, Damar tak menemukan siapapun di rumah mewah itu. Kecuali Bi Sari dan juga Bi Tia, pembantu yang memang datang jam enam pagi dan pulang pada jam lima sore. Pembantu yang sama-sama berusia empat puluh tahunan itu memandang aneh pada kelakuan sang majikan yang terlihat berlari panik dan kebingungan.

"Bi Sari, Bibi lihat Wulan?" tanya Damar pada pembantunya yang tengah mencuci peralatan masak.

"Tidak Den, bibi belum lihat Non Wulan sejak bibi datang, bibi juga lagi heran kok sampai jam segini Non Wulan belum juga turun, padahal biasanya, jam tujuh si Enon sudah sibuk senam di ruang fitnes." Bi Sari meneragkan panjang lebar.

"Iya Bi, terima kasih," ucap Damar kemudian melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kemana Wulan, apa dia sudah berangkat kuliah? Akhhh! Bodoh! Bodoh! Bodoh, kamu Danar!" Damar kembali berteriak frustasi seraya menatap bercak darah kesucian sang adik di sprei tempat tidurnya.

Setelah beberapa menit terdiam, Damar kemudian bergegas menuju kamar mandi. Pria itu berniat akan membersihkan dirinya terlebih dahulu. Damar berniat akan kembali mencari Wulan di kampus.

Namun, betapa terkejutnya pria itu ketika mendengar gemercik air. Mata Damar langsung berbinar ketika mengira jika Wulan ternyata ada di kamar mandi.

"Wulan! Wulan! Kau di dalam?" Damar mengetuk pintu kamar mandi seraya memanggil nama Wulan.

Sayangnya tak ada jawaban dari dalam kamar mandi meski Damar sudah beberapa kali mengetuk dan memanggil nama Wulan. Damar tak sabar lagi, pria itu kemudian memutar kenop pintu kamar mandi. Ia kembali tersentak ketika mendapati ternyata pintu kamar mandi tak terkunci. Damar segera membuka pintu kamar mandi itu dengan tak sabar.

"Wulan!" teriak Damar begitu terkejut saat pria itu baru saja membuka pintu kamar mandi. Melihat sosok Wulan tergeletak di bawah kucuran air shower. Tubuh Wulan terasa sangat dingin dengan wajah yang juga sudah terlihat sangat pucat.

Wulan segera menggendong tubuh Wulan yang hanya terbalut bra dan CD. Damar membaringkan tubuh Wulan di atas ranjangnya. Tanpa pikir panjang, Damar langsung membuka bra dan CD Wulan.

Namun, lagi-lagi pria itu kembali tercengang saat ia tersadar dan melihat ada banyak tanda merah yang tercetak di tubuh sang adik. Sungguh Damar tak pernah membayangkan jika dirinya mampu berbuat seperti ini pada Wulan, adik yang begitu ia cintai dan ia sayangi.

Damar tak menyangka jika dia'lah laki-laki yang merusak masa depan Wulan. Dia yang seharusnya menjaga dan melindungi sang adik. Kini justru menjadi penjahat yang merenggut kesucian adik perempuannya itu.

"Maafkan aku Wulan maafkan kakak sayang, kakak—" ujar Damar begitu menyesali perbuatannya. Setetes air mata jatuh dari kedua mata Damar. Pria itu, benar-benar merasa menjadi pria yang begitu brengsek saat ini.

Damar kemudian menyelimuti tubuh Wulan menggunakan selimutnya. Pria itu kemudian melangkah menuju kamar sang adik. Damar ke kamar Wulan untuk mengambil baju ganti. Karena tidak mungkin, ia menggendong Wulan dan memindahkan ke kamar wanita itu dengan mengenakan selimut. Kerena Bi Tia atau Bi Sari pasti akan melihatnya.

Setelah mengambil baju ganti untuk Wulan, Damar langsung bergegas menuju kamarnya kembali. Damar perlahan memakaikan baju pada tubuh sang adik dari mulai bra dan CD dan yang terakhir setelah piyama.

Selesai memakaikan baju pada tubuh Wulan. Damar kemudian meraih ponselnya yang berada di atas meja nakas. Pria itu kemudian mencarai nama Aunty Alia, dokter pribadi keluarga Aditama.

Untung saja saat ini Papah dan Mamahnya sedang keluar kota. Tuan Prabu sedang melakukan perjalanan bisnisnya ke kota Surabaya. Pria paruh baya itu selalu mengajak sang istri jika ada kegiatan di luar kota maupun di luar negeri. Begitu pun, kali ini Tuan Prabu juga mengajak sang istri untuk menemaninya dalam perjalanan bisnisnya.

Tiga puluh menit kemudian, dokter Alia sampai di kediaman keluarga Prabu Aditama. Wanita paruh baya itu langsung menuju kamar Damar.

"Siang Damar,"

"Siang Aunty,"

"Wulan kenapa?"

"Em... Aku tidak tahu Aunty, em... Aku menemukannya sudah seperti ini, tadi pagi-pagi sekali Wulan ke kamarku dan meminta injin untuk menggunakan kamar mandi, tapi saat itu aku hanya menanggapinya dengan anggukan karena setelah itu aku kembali tidur, dan jam sembilan tadi aku yang hendak ke kamar mandi kaget saat melihat Wulan sudah dalam keadaan pingsan," ujar Damar begitu tentang. Rupanya Damar sudah mempersiapkan alibi agar kejadian semalam tidak diketahui oleh orang lain.

Dokter Alia sempat terdiam mencoba mencerna cerita yang di ucapkan oleh, Damar. Entah kenapa dokter cantik berusia empat puluh lima tahun itu merasakan sesuatu yang janggal saat, mendengar cerita Damar.

Dokte Alia seperti melihat ada kekhawatiran yang terpancar di wajah Damar. Namun, wanita itu tak ingin mengambil kesimpulan begitu cepat. Lagi pula dirinya juga belum bisa menerka ada kejadian apa sebenarnya antara Damar dan Wulan.

"Damar, Wulan terkena hipotermia jadi aunty menyarankan jika dia sebaikanya di bawa kerumah sakit untuk menjalani perawatan lebih lanjut," ujar dokter Alia dengan wajah khawatir. Dokter cantik itu, menyarankan agar Wulan segera dibawa ke rumah sakit. Karena, saat ini Wulan mengalami hipotermia. Dimana suhu tubuh Wulan turun di bawah suhu normal.

Bagaimana tidak, Wulan semalaman diguyur air. Ditambah lagi cuaca di luar yang malam tadi memang sedang hujan deras. Tentu saja menambah hawa dingin, terlebih lagi tubuh Wulan yang juga tengah kelelahan.

"Em... Baik Aunty aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang." Damar langsung mengiyakan saran dari dokter Alia.

"Iya, aunty akan ikut mengantar kalian, dan iya aunty juga akan menelpon orang tua kalian, mengabarkan jika Wulan dirawat,"

"Jangan Aunty!" Damar dengan cepat mencegah dokter Alia untuk mengabarkan pada kedua orang tuanya.

"Kenapa? Papah dan Mamahmu harus tahu Damar," ujar dokter Alia seketika bertambah curiga pada penolakan Damar. Dokter Alia menjadi semakin yakin jika ada yang tidak beres.

Namun, lagi-lagi dokter Alia tak ingin menyimpulkan sesuatu terlalu dini. Wanita itu juga benar-benar belum bisa menerka kejadian apa yang sudah terjadi diantara mereka. Dokter Alia, merasa tidak percaya jika Damar bisa berbuat jahat pada Wulan. Karena yang ia tahu, Damar begitu menyanyangi sang adik.

"Begini Aunty, Papah sekarang sedang ada pekerjaan, aku tidak ingin mereka khawatir dan kepikiran karena mereka—"

"Eumm," Wulan tiba-tiba saja mengigau dan mulai tersadar dari pingsannya. Sontak saja Damar kembali dilanda ketakutan saat melihat sang adik yang mulai terbangun. Pria itu takut jika adilnya itu akan mengadu pada dokter Alia tentang kejadian semalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status