Damar menggenggam erat pergelangan tangan Wulan. Pria itu tak memperdulikan meski pun Wulan terus meronta. "Sayang udah mau berangkat?" tanya nyonya Laura pada keduanya putra putrinya.
Wanita paruh baya itu melihat aneh pada kelakuan Damar dan Wulan. Biasanya putra-putrinya itu selalu rukun, tapi saat ini nyonya Laura melihat ada yang tidak beres diantara kedua anaknya itu."Eh... i-iya Mah." Wulan menjawab dengan nada tergagap. Pasalnya wanita berparas cantik itu tengah sibuk meronta mencoba melepaskan diri. Hingga tak menyadari jika sang mamah sudah berdiri dihadapan mereka."Iya Mah, takut terlambat, nanti suami Mamah marah-marah lagi," imbuh Damar dengan nada dingin. Damar rupanya masih kesal dengan teguran sang Papah saat di meja makan tadi."Damar! Jaga bicara mu nak, Papah begitu agar kamu lebih disiplin lagi sayang." Nyonya Laura menegur tegas ucapan putranya, dengan penuh kelembutan. Wanita paruh baya itu mencoba memaklumi kekesalan putranya."Iya, iya Mah, ya sudah aku berangkat sekarang, Assalamu'alaikum," ucap Damar seraya mengecup punggung tangan nyonya Laura, yang diikuti oleh Wulan, yang sedari tadi hanya menyimak. "Berangkat dulu Mah." Dinda berpamitan seraya tersenyum dan mengecup punggung tangan nyonya Laura. Namun, gerakan wanita itu tertatih manakala Damar menyeret paksa tubuhnya."Hati-hati sayang." Nyonya Laura melepas kepergian kedua putra-putrinya, yang dibalas dengan lambaian tangan dari Wulan.Sesampainya di dalam mobil. Damar yang berada di kursi kemudi mentap sejenak Wulan yang tengah memasang wajah juteknya. "Lan, come on, tidak bisa kah terenyum, hem?" ucap Damar tersenyum. Pria itu benar-benar seperti tak memiliki perasaan."Kak! Kakak sadar nggak sih! Hubungan kita sudah nggak bisa lagi kayak dulu Kak, hubungan kita itu udah canggung!" Wulan berkata dengan malas. Wanita itu benar-benar sudah sangat muak dengan sikap Damar yang biasa-biasa saja setelah kejadian malam itu. "Lan, apa kamu menikmati malam itu?" ujar Damar seraya mengemudikan mobilnya. Perkataan Damar sontak saja mendapatkan pelototan tajam dari Wulan. Sungguh Wulan benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran Damar."Lan, Kakak mohon, kita jalani seperti dulu, kakak ingin kamu benar-benar melupakan kejadian malam itu, kakak hanya ingin hubungan kita berlandaskan sebatas kakak adik, kakak hanya ingi—""Kakak ingin aku melupakan semuanya dan menganggap hubungan kita sebatas adik kakak? Ajarkan aku cara bagaimana melupakan kejadian malam itu, ajari aku bagaimana melupakan saat-saat kakak mencium bibirku, mencumbu setiap jengkal tubuhku dan merenggut kesucianku! Ajarkan aku bagaimana cara melupakannya!" ucap Dinda dengan nada meninggi. Dengan Isak tangis yang sudah tak tertahankan lagi. Sunguh rasanya semakin sesak ketika Damar terus memintanya melupakan kejadian malam itu.Wulan benar-benar sakit saat mengingat kejadian malam kelam itu. Bagaimana pun kejadian itu benar-benar tidak dapat ia lupakan. Apalagi saat Wulan melihat, wajah Damar. Wanita itu selalu mengingatkan akan kepahitan yang tengah ia rasakan. Sekuat tenaga Wulan mencoba bangkit, namun, Damar seolah sama sekali tak merasa berdosa.Cittt!!Damar spontan menginjak rem dan menghentikan laju mobilnya. Ketika mendapati jawaban dari mulut Wulan. Sungguh ucapan Wulan begitu menusuk hingga relung jiwanya. Bagaimana mungkin Damar bisa menjawab itu semua."Kenapa diem Kak! Kakak, benar-benar ingin aku melupakan semuanya?" ujar Wulan yang benar-benar sudah muak."Lan, kakak hanya ingin hubungan kita kembali baik-baik saja seperti dulu, sungguh aku rindu Wulanku yang manja, Wulan yang selalu merengek meminta jatah coklat Wulan yang selalu datang memijit kakak ketika kamu lagi butuh uang jajan tambah, aku rindu Wulanku yang—" Perkataan Damar terhenti manakala Wulan dengan cepat memotongnya."Bullshit!" Wulan berkata seraya membuang muka. Sepanjang perjalanan mereka tak lagi bicara. Sampai akhirnya mereka sudah sampai di kampus tempat Wulan berkuliah."Lan kakak benar-benar tidak ingin hubungan kita begini kakak ingin—" "Dasar pengecut!" umpat Wulan merasa muak. Selesai mengucapkan kalimat umpatan, Wulan kemudian turun dan tak lupa menggebrak pintu mobil Damar sekencang-kencangnya. Tindakan Wulan seketika hal itu membuat Damar tercengang. Wulan sang adik, berubah menjadi wanita yang begitu kasar. Dan itu membuat Damar merasa sangat bersalah.Numun, tetap saja baginya Wulan adalah adiknya. Pria itu bukannya tidak memikirkan segalanya. Bukan juga tak memiliki perasaan hingga tak ingin bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan pada Wulan.Damar hanya sedang memikirkan bagaimana cara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tak dapat Damar pungkiri, pria itu juga khawatir jika nantinya Wulan sampai hamil. Meski keyakinannya mengatakan tidak akan terjadi apapun pada sang adik."Oh ya ampun, ceroboh sekali anak itu," ujar Damar melihat buku-buku milik Wulan yang tertinggal di dalam mobilnya.Damar bergegas keluar dari mobilnya kemudian mencari keberadaan Wulan yang sudah tak terlihat. Damar akhirnya masuk kedalam kampus, menuju kelas Wulan. Tiba-tiba langkah pria itu terhenti. Ketika melihat sosok yang ia cari ada di lorong kampus."Wulan!" teriak Damar seketika membuat dua insan yang sedang bersama itu terkejut.Tanpa basa-basi Damar yang sudah sangat emosi langsung menghajar James. Iya, pria yang sedang bersama wulan adalah James."James!" Wulan sontak histeris ketika melihat James dihajar di depan matanya oleh sang kakak angkat. Wulan berjongkok menolong James. Hal itu sontak membuat Damar melotot melihat reaksi Wulan. Tanpa pikir panjang Damar langsung mendekat seraya berkata."Menjauh darinya Wulan!" bentak Damar seraya menarik pergelangan tangan Wulan."Kakak lepasin!" Wulan menepis tangan Damar mencoba menepis pergelangan tangan Damar. Namun, cekalan tangan Damar begitu erat hingga Wulan tak bisa lepas dari genggaman tangan Damar.Damar langsung membawa paksa wulan kembali ke mobil mereka. Seketika suasana kampus menjadi riuh karena kejadian ini. Sementara, James pria itu hanya bisa diam mengingat Damar adalah kakak dari wanita yang ia sukai. James sudah bisa menebak jika Damar pasti salah paham padanya.Iya, Damar memang salah paham pada James dan Wulan. Saat pria itu melihat Wulan dan James. Saat itu mata Wulan tak sengaja kelilipan dan James mencoba meniup mata Wulan untuk mengeluarkan debu yang ada di matanya. Namun yang terlihat di mata Damar adalah James yang sedang mencium Wulan. Itulah yang menyebabkan Damar begitu marah pada James."Lepasin Kak!" ujar Wulan seraya menyentak keras tangan Damar. Pria itu seketika terdiam mendapat perlakuan yang begitu mengejutkan dari sang adik."Kakak apa-apa sih! Datang-datang mukul James?" Wulan kembali berkata dengan sorot mata penuh amarah."Lan, kamu yang apa-apaan kamu mikir nggak sih berciuman di tempat umum kam—" Terhenti, perkataan Damar terhenti, manakala Wulan langsung memotong ucapannya."Stop kak! Aku tekan kan aku dan James tidak sedang berciuman! James membantuku meniup mata ku karena ada debu yang masuk! Jadi tolong jangan pernah mengira yang tidak-tidak!" ujar Wulan seraya melangkah pergi."Apapun alasannya aku tetap tidak suka kau berdekatan dengan pria itu!" Damar berteriak yang seketika menghentikan langkah Wulan. Wulan terdiam mencoba mengatur nafasnya yang masih tersengal karena emosi."Kau hanya Kakak angkat ku tidak lebih dari itu! Maka lakukan kewajibanmu layaknya sebatas Kakak! Karena masa depanku tetap aku yang tentukan!" Wulan berkata dengan nada dingin, tanpa menoleh lagi pada sang kakak.Perkataan Wulan lagi-lagi membuat Damar terdiam tak mampu berkata-kata. Sungguh Damar tak menyangka jika Wulan bisa menjadi sosok yang sangat berbeda.Tak lagi ada Wulan yang hangat, Wulan yang ceria yang manja dan selalu menurut padanya. Kejadian malam itu benar-benar membuat Wulan berubah 180⁰ menjadi Wulan yang benar-benar tidak lagi Damar dikenal.Sore harinya Damar sedari tadi sudah stand by di parkiran kampus untuk menjemput Wulan dari pukul empat sore. Meskipun tadi pagi mereka bertengkar namun, Wulan tetap mau menjemput Wulan. Sementara, Wulan yang sudah tahu jika sang kakak menjemputnya, terpaksa ikut pulang bersama Damar. Wanita berparas cantik itu keluar dari kampusnya. Setelah mendapatkan notifikasi pesan bahwa Damar sudah ada di parkiran kampusnya. Wulan melangkah malas menuju tempat di mana Bima memarkirkan mobilnya. Meski dengan wajah cemberut. Wulan tetap masuk ke dalam mobil sang kakak. Karena mau tidak mau dirinya memang harus pulang bersama Wulan agar sang mamah tidak merasa khawatir dan curiga pada mereka."Come on Lan, jangan cemberut gitu ya, hem," ujar Damar melirik Wulan yang masih saja terlihat cemberut.Sementara, Wulan hanya diam tak menjawab. Sebenarnya ia sudah benar-benar enggan untuk berbicara dengan kakaknya itu. Terlalu malas menanggapi ucapan dan sikap Damar yang egois dan tak berperasaan. Satu ja
Tok!Tok!Tok!"Wulan, Sayang, makan malam yuk nak." Ketukan pintu diiringi dengan panggilan lembut terdengar dari luar kamar Wulan. Nyonya Laura mengetuk, pintu kamar sang putri. Karena sedari tadi putri cantiknya itu tak kunjung datang ke meja makan untuk makan malam."Wulan Prabu Aditama, bangun sayang, cepat turun ya nak, semua sudah menunggu untuk makan malam," Panggil nyonya Laura sekali lagi namun, tetap dengan suara yang terdengar lembut."Eummm... Iya Mah." Wulan akhirnya menjawab akan tetapi, masih dengan mata terpejam."Ya sudah mamah tunggu di bawah ya nak," ujar nyonya Laura seraya berlalu kembali ke meja makan."Iya Mah." Wulan menjawab seraya perlahan bangkit dari tidurnya namun, masih didalam posisi duduk diatas ranjangnya."Akhhh! Ummm!" teriak Wulan namun, dengan cepat membekap mulutnya sendiri. Wulan benar-benar kaget melihat penampakan dirinya di depan cermin meja rias yang menghadap kearahnya. Wulan begitu terkejut manakala mendapati penampilan dirinya yang polos
Dua bulan sudah Yesi berada di kediaman keluarga Aditama. Selama dua bulan ini, wanita berparas cantik itu selalu memantau segala gerak gerik yang Damar dan Wulan.Sementara, Damar dan Wulan, kini semakin dekat. Tak ada yang curiga, karena kedekatan mereka memang sudah terlihat dari dulu. Bedanya sekarang ada rasa yang lain yaitu cinta yang mereka hadirkan disana. Bukan cinta persaudaraan melainkan cinta antara dua jenis manusia yang berbeda jenis.Bahkan kini, Damar sudah merencanakan jika minggu depan saat mamah dan papahnya kembali dari luar kota. Ia akan berterus terang prihal hubungannya dengan Wulan. Iya, satu minggu sudah tuan prabu dan nyonya Laura pergi keluar kota.Seperti yang sudah-sudah Wulan dan Damar hanya tahu, jika orang tua mereka pergi untuk urusan bisnis. Namun, yang sebenarnya mereka pergi karena untuk melakukan pengobatan lanjutan pada nyonya Laura.Damar rupanya sudah merencanakan untuk bicara berdua dengan sang papah. Pemuda itu ingin berterus-terang dan memin
Damar Wulan telah selesai dengan acara jalan-jalan meteka. Kini mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Namun, sepanjang perjalanan wajah Damar terlihat datar. Sampai-sampai Wulan, yang ada disebelahnya pun tak berani buka suara. Damar benar-benar sedang dalam mode emosi saat ini.Bagaimana tidak, saat di mall tadi dirinya benar-benar dibuat kesal akan sikap dan perilaku James pada Wulan. Pria itu benar-benar membuatnya naik pitam. Sikap dan perhatian pria itu pada Wulan membuat Damar sangat cemburu.Apalagi saat James mengelap sisa makanan di bibir Wulan. Sontak saja, Damar langsung naik darah dan langsung menghajar James. Keributan pun tak terelakkan membuat seisi restoran menjadikan mereka pusat perhatian. Keribukan itu pun disaksikan oleh kedua sahabat Wulan Karin dan Mery.Jika Karin sudah tahu akan alasan kenapa Damar bisa semarah itu pada James. Lain halnya dengan Mery. Mery yang tak tahu apa-apa. Hanya bisa terdiam dengan wajah bingungnya. Gadis itu hanya terdi
Tante Tantri begitu bahagia setelah mengatakan niatnya pada Damar. Namun, tidak dengan Damar. Pria itu terus saja menekuk wajahnya. Sungguh ini adalah hari terburuknya. Dan tentang perjodohannya, pria itu akan bertanya langsung pada kedua orang tuannya."Pah, Mah, apa benar aku dan Yesi mau di jodohkan?" ucap Damar langsung melontarkan pertanyaan pada kedua orang tuanya. Begitu sambungan telponnya tersambung dengan sang papah."Maksudnya?" Nyonya Laura menjawab dengan wajah bingungnya. Ketika mendengar pernyataan dari sang putra. Saat ini telpon tuan Prabu tengah dalam mode loudspeaker. Nyonya Laura nampak bingung. Karena ternyata wanita paruh baya itu tak tahu apapun tentang rencana yang ternyata dibuat oleh tuan Prabu dan tuan Sanjaya. Rupanya dulu ketika tuan Sanjaya belum mengalami stroke. Mereka berdua sempat merencanakan perjodohan Yesi dan Damar tanpa sepengetahuan nyonya Laura."Iya sayang, jadi dulu aku dan Sanjaya pernah berencana untuk menjodohkan Yesi dan Damar, tapi wak
Tuan Prabu Laura akhirnya pulang. Wanita paruh baya itu terlihat begitu tak suka melihat keberadaan adik iparnya itu. Nyonya Laura, sudah merasakan sesuatu yang tidak enak."Assalamualaikum Mba Laura, Mas Prabu," sapa Nyonya Tantri berbasis basi."Waalaikumsalam." Tuan Prabu dan Nyonya Laura kompak menjawab salam."Anak-anak ke mana Tantri?" tanya Nyonya Laura dengan nada dingin."Damar pergi ke kantor Mba, kalau Yes—""Apa Wulan juga berangkat ke kampus?" ujar nyonya Laura memotong ucapan sang adik ipar. Nyonya Laura sama sekali tak tertarik tentang Yesi. Sontak saja hal itu membuat nyonya Tantri itu kembali menahan gejolak kekesalannya."Iya Mba, Wulan kuliah." Nyonya Tantri menjawab dengan senyum kecut."Kalau Yesi saya sudah tahu dia pasti sedang dikamar sambil bermain handphone," ucap nyonya Laura yang seolah tahu yang sebenarnya ."I-iya Mba dia ada di kamar." Nyonya Tantri kembali menjawab dengan senyum hambarnya.'Dasar anak bodoh bukannya ikut menyambut kepulangan calon mertu
Nyonya Laura begitu terkejut melihat apa yang baru saja ia lihat di dalam ponsel nyonya Tantri. Bagaimana tidak, wanita paruh baya itu baru saja melihat foto dan vidio. Dimana putranya Damar sedang berciuman dengan seorang wanita.Ciuman yang begitu panas penuh gairah. Posisi sang wanita yang membelakangi kamera tak terlihat dengan jelas. Apalagi penerangan di kamar Damar pun terlihat remang-remang."Jadi Damar membawa wanita kerumah saat saya tidak ada?" tanya nyonya Laura dengan wajah penuh emosi."I-iya Tante ta-tapi Tante jangan bilang kalau aku yang kasih tahu ya Tante, aku cuma penasaran saat satu malam mergokin Kak Damar bawa perempuan jadi di hari berikutnya saat Kak Damar berangkat ke kantor aku pasang kamera di kamarnya." Yesi menjawab dengan nada yang dibuat ketakutan. Wanita licik itu juga berbohong. Padahal wanita yang ada didalam vidio yang ia pertontonkan pada nyonya Laura itu adalah Wulan.Iya, bukan hanya di kamar Wulan. Di kamar Damar pun sama, kedua kalajengking itu
Damar terdiam mematung ucapan sang mamah yang terdengar begitu menusuk relung hatinya. Dirinya belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan segalanya. Namun, mau tidak mau, pria itu tetap harus memikirkan solusi terbaiknya.Karena Damar tahu betul jika apa yang dikatakan oleh sang mamah itu mutlak dan pasti. Sesekali Damar juga melirik Wulan meminta persetujuan wanita itu untuk mengungkap kebenaran hubungan mereka.Namun, Wulan terus menggeleng kecil seolah mengatakan jangan, jangan sekarang. Untuk itulah Damar harus mengatur strategi yang tepat agar ia tidak salah pilih jalan. Bagaimana pun, Wulan sudah menjadi miliknya. Dia'lah pria pertama yang merenggut kesucian sang adik angkat.Damar dan Wulan juga sudah saling jatuh cinta. Jadi untuk memikirkan menikah dengan wanita lain sungguh Damar benar-benar tak sanggup. Bukan hanya Damar, Wulan pun sama. Wanita itu pun terlihat murung dan terdiam. Sungguh Wulan tak dapat memikirkan apapun saat ini. Meski ingin sekali ia bicara jika diri