Alvaro datang ke kantor karena permintaan dari papanya. Selesai dari restoran dan sudah mengantarkan Anjani pulang juga. Waktu dia di dalam ruangan, tiba-tiba saja papanya mengatakan. “Kamu sudah temukan wanita yang akan kamu nikahi?”Tapi benar-benar di luar dugaan bahwa orangtuanya masih menganggap itu adalah hal yang serius. Mana mungkin juga Alvaro hancurkan nama baik keluarga dengan cara yang seperti itu. “Aku nggak lakukan itu, Pa.”“Nggak akan ada orang yang teriak-teriak untuk minta tanggung jawab kamu kalau emang nggak kamu lakukan, Al. Siapa yang nggak kaget dengan pernyataan itu? Kamu sendiri udah ngecewain kami semua.”Mau menjelaskan seperti apa lagi? Orangtuanya sudah tidak percaya dengannya. Alvaro sudah melakukan yang terbaik selama menjadi anak, tapi ini yang didapatkan. “Kalau Papa nggak percaya aku nggak masalah.”“Al, yang namanya hamil itu harus kamu pertanggungjawabkan. Papa hanya mau kamu untuk bersikap dewasa, Nak.”Tanggung jawab seperti apa? Menyeret Anjani a
“Anjani, kamu udah siap?”Gadis itu menoleh ke arah Alvaro yang dengan setelan rapinya di pagi hari. “Kakak mau ke mana?”“Kamu nggak mau dianterin pulang, nih”Alvaro mau mengantarkan Anjani pulang karena dia tahu bahwa Anjani anak satu-satunya perempuan di keluarga itu. Jadi mau tidak mau harus membawa Anjani ke sana. Berkenalan dengan orangtuaya Anjani juga tidak akan ada masalah.Anjani yang sedang menyapu di ruang tengah dihampiri olehnya. “Kakak mau ikut pulang emang?”“Ya, biar orangtua kamu juga tahu kamu kerja dengan baik di sini. Biar mereka tuh nggak khawatir.”“Tapi kak, mereka nggak tahu kita tinggal bareng.”“Jangan bilang begitu ke mereka. Aku juga kalau ketahuan orangtua, pasti bakalan nikah hari ini juga sama kamu. Jangan sampai ketahuan sama siapa pun kalau kita itu tinggal berdua.”Anjani menganggukkan kepalanya kalau ia tidak mau ketahuan juga oleh siapa pun bahwa tinggal bersama dengan Alvaro, jadi bencana besar bagi keluarganya. Ia juga tidak mau ketahuan bahwa d
“Benarkah ini Ibu tiri?” ucap Alvaro di dalam hati ketika melihat perlakuan ibu tirinya Anjani yang sangat ramah sekali. Juga sudah menyiapkan banyak sekali bahan makanan yang akan dibawa ke tempat tinggal mereka. Anjani mengaku tinggal di kos. Jadi dia menyiapkan semua ini oleh ibu tirinya.Kalau memang ibu tiri, tidak seperti ini perlakuannya. Namun, dia malah menganggap bahwa wanita itu adalah ibu kandungnya Anjani. Apalagi dua adiknya yang laki-laki seperti bukan orang asing saja. Mereka adalah anak yang berbeda ibu dengan Anjani. Tapi perlakuan mereka sangat baik sekali. Memberikan uang kepada Anjani hasil menyimpan uang mereka selama ini yang dipaksa kepada Anjani untuk menerima itu semua.Walaupun rasanya masih tidak percaya. Akan tetapi Anjani tetap bahagia sekali melihat wanita itu tersenyum.Gelak tawanya Anjani juga lepas sekali di sini. Mana pernah dilihat oleh Alvaro bahwa wanita ini ternyata wanita yang sangat ceria.Ketika pamitan, ia diberikan uang juga oleh papanya. Di
“Anjani.”Alvaro memanggil beberapa kali pada wanita itu. Saat dilihatnya Anjani sedang makan keripik kentang di ruang tengah sambil menonton televisi. “Ada apa, Kak?”“Besok ke kantor, ya. Kamu jadi sekretarisku.”"Heh?"Pulang-pulang malah mengungkapkan kepada Anjani bahwa kabar baik yang diberikan oleh Alvaro pada wanita itu. Dikembalikannya Alvaro ke kantor oleh Arman adalah kabar baik untuk saat ini. Kabar buruknya adalah dia tidak ingin kalau Anjani ketahuan telah melakukan kesalahan saat itu.Alvaro yang duduk di sebelah Anjani. “Tapi kamu nggak masalah tinggal sendirian? Jarak dari rumah kamu ke kantor juga cukup jauh. Kalau nggak keberatan, kamu tinggal di sini. Aku bakalan balik lagi ke apartemen atau di rumah orangtuaku. Nggak mungkin kita tinggal bareng lagi, Anjani.”Anjani menganggukkan kepalanya. Tidur sendirian di sini, kalau ada apa-apa juga harus mengurus sendiri. “Kakak tega ninggalin aku?”“Kenapa emangnya?”“Aku nggak pernah tinggal sendirian, Kak. Jadi kalau kaka
“Dek, kamu sudah siap belum?”Anjani mengambil tasnya, dipanggil adek oleh Alvaro. Ia seketika terdiam.Memangnya pria mana yang pernah memanggilnya seperti itu kalau bukan orang yang menaruh perasaan? Adik, artinya adalah untuk berkenalan lebih intim lagi. Itu yang dia ingat dari beberapa pria yang sedang mencoba mendekatinya dulu. Akan tetapi dia teringat sekarang ini kalau ternyata orang yang modus itu seperti ini.Ia bergegas ketika menyadari kalau ternyata dia harus buru-buru ke kantor. “Kak, nanti kan ada dua sekretaris. Nah yang satunya mau di kemanain?”“Dia akan ke Surabaya. Aku sama kamu ya berdua.”Akhirnya mereka berdua berangkat ke kantor. Hari pertama Anjani bekerja di sini.Harus mendapatkan nama yang baik juga di hadapan orangtuanya Alvaro nanti. Ingat kalau dia adalah orang yang menjadi pelaku pengusiran Alvaro.Alvaro keluar dari ruangannya, untuk mencari keberadaan Anjani yang sudah dua jam tidak kembali. Ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh wanita itu.Begitu ia
Alvaro mendapatkan undangan dari Trijaya group di acara 50 tahun perusahaan itu berdiri. Orangtuanya, juga dia mengajak Anjani ke sana. Dengan maksud agar tidak sendirian. Sudah bisa dipastikan kalau Alvaro pasti akan dijodohkan dengan beberapa wanita karier anak dari teman-teman orangtuanya di sana. Jadi jangan sampai dia tidak membawa pasangan ke tempat resmi itu.Semua telah disiapkan oleh Alvaro, mulai dari membuat Anjani menjadi semakin cantik. Ditambah lagi dengan wanita itu dibelikan barang-barang mahal agar bisa dipakai malam ini.Turun dari mobilnya, disambut dengan karpet merah lalu memberikan kunci mobilnya pada ajudan yang berdiri di depan sana. Alvaro menggenggam tangan Anjani untuk masuk dan menghadiri acara paling penting ini.Begitu dia masuk. Banyak sekali tamu yang sudah ada di sana sambil mengobrol dengan teman-teman bisnisnya. Lalu Alvaro tidak melepaskan tautan tangannya dengan Anjani ketika masuk ke tempat inti.Semua makanan dan minuman disusun dengan begitu rap
Dua minggu Alvaro bertugas di luar kota karena perintah dari orangtuanya. Tapi tidak mengajak Anjani. Sejak kejadian pertama itu sudah lewat tiga bulan. Namun Alvaro belum sentuh wanita itu lagi.Namun begitu dia pulang, justru Anjani mengabaikannya, tidak bicara padanya sedari tadi.Alvaro yang langsung merebahkan diri di atas sofa menatap wanita itu. “Sayang, kenapa sih?”Anjani sibuk memainkan ponselnya, tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Alvaro. Pria itu menarik napas menatap wanita yang ada di depannya mengabaikan. “Nggak kangen sama aku?”Anjani tidak menanggapi tapi malah pergi.Alvaro baru pulang tadi pagi. Seharusnya mendapatkan sambutan dari wanita itu. Pasalnya juga mereka sudah menjalin hubungan. Jujur saja kalau dia bukan orang yang mudah jatuh cinta juga mau untuk main-main dengan hubungan.Sewaktu dia lihat Anjani pergi dari ruang tengah. Alvaro baru berpikir ini adalah hari Sabtu.Dia menarik napasnya panjang.Barangkali Anjani menginginkan kencan. Karena sudah l
“Anjani, titip berkas untuk Bapak tanda tangan, ya!Anjani diberikan dua map oleh rekan kerjanya untuk dibawa ke Alvaro untuk ditandatangani. Wanita itu membaca sedikit lalu mengangkat jempolnya. “Nanti kamu balikin pas makan siang nggak bisa?”“Bisa.”“Kamu makan siang di mana?”Ia selalu membawa dua bekal, salah satunya untuk Alvaro. Satu lagi untuknya sendiri.Anjani punya dua ruangan yang berbeda. Satu di tempat karyawan yang lain satu lagi ada di ruangan Alvaro. Jadi dia bisa bekerja di mana saja pekerjaannya. Kalau pria itu menginginkan untuk dirinya sendiri karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan sendiri. Maka Anjani harus siap keluar dari ruangan Alvaro.Sewaktu dirinya hendak beranjak dari tempat duduknya. “Saya selalu bawa bekal, Mbak.”“Kamu selalu makan di berdua sama Bapak. Kamu keluarganya kah?”Anjani menggelengkan kepala. Ah ya lebih tepatnya adalah mereka berdua calon suami istri. Yang dijanjikan oleh Alvaro ketika Anjani siap. “Nggak Mbak. Saya kan sekretaris bi