Home / Romansa / Skandal Dengan Boss / 7. Rindu Suasana Kantor

Share

7. Rindu Suasana Kantor

Author: Queenazalea
last update Last Updated: 2023-02-16 03:27:11

Alvaro sedang menelepon dengan salah satu anak buahnya di kantor sang papa yang sampai saat ini masih ada di sana. Tapi dia juga butuh informasi banyak mengenai perusahaan tersebut. Akan tetapi apa untungnya berharap pada perusahaan sang papa untuk saat ini. Lebih baik fokus untuk mengatur siasat cara agar penjualan di restorannya ini terus meningkat.

Namun, saat Alvaro sedang sibuk dengan semua laporan itu. Tiba-tiba saja dia mencium aroma masakan yang sangat enak sekali. Beberapa waktu lalu Anjani mengatakan kalau dia akan masak mulai hari ini untuk Alvaro.

Tapi begitu dia sibuk bekerja. Malah tercium sekali masakan itu. Meskipun dia izin untuk tidur tadi.

Dia segera menyelesaikan teleponnya dengan anak buahnya. Kemudian keluar dari kamarnya untuk menuju ke dapur. Dilihatnya Anjani sedang menata piring di atas meja dan sudah siap untuk hidangan kali ini.

“Apa sudah selesai?” Alvaro menghampiri. Anjani mengangguk mendengar pertanyaan Alvaro.

“Ya. Semua sudah selesai. Mau langsung makan sekarang?”

Alvaro malah duduk tanpa menjawab pertanyaan dari Anjani saat melihat makanan yang menggugah selera. “Apa ini tidak ada racunnya?”

Ekspresi Anjani malah berubah mendengar itu. Tidak biasanya juga Alvaro berkata demikian dan malah menyakiti hatinya sebagai seorang juru masak. “Kakak kan nggak pernah ngomong gini ke aku.”

Alvaro baru sadar dia salah bicara. “Aku bercanda, ayo makan! Kamu istirahat, biar aku yang cuci piring nanti.”

Cuci piring? Apa seorang pria bisa cuci piring dengan sangat bersih. “Kakak bisa cuci piring?”

Alvaro malah menertawakan Anjani. “Kamu pikir aku tidak pernah cuci piring?”

“Nggak tahu, kita cuman ketemu beberapa kali.”

Alvaro mengambilkan nasi untuk Anjani. “Sudahlah, yang tadi lupakan ucapanku. Mari makan! Setelah itu kamu yang istirahat, kamu mandi kek terserah. Untuk kamar kamu juga sudah aku pasangkan kunci sidik jari, biar aku nggak bisa masuk. Kamu nanti tinggal daftarkan sidik jari kamu dan blokir sidik jariku.”

“Kenapa sampai sejauh itu?”

Sedangkan Alvaro tahu bahwa mereka ini adalah lawan jenis yang tidak bisa dibiarkan untuk tinggal bersama tapi karena butuh dengan jasa Anjani, maka mau tidak mau harus tetap tinggal bersama. “Kamu tau kan risiko perempuan sama laki-laki tinggal bersama?”

“Ya, biasa aja.”

Tapi mana bisa Alvaro bersikap biasa saja kalau tinggal dengan seorang wanita. “Sudahlah jangan dibahas, kamu makan saja.”

Anjani duduk di tempat berlawanan dengan Alvaro. “Apa orangtuamu tidak bertanya apa pun?”

Anjani menjawab. “Nggak sih kak, cuman mungkin nanti pulangnya seminggu sekali. Itu kalau kakak perbolehkan.”

“Jangan nginap.”

“Lah, kok gitu?”

“Aku nggak suka sendirian.”

Anjani mengangguk sembari dia mengunyah makannya. “Ya, kak. Aku pasti kembali lagi.”

“Kalau bisa aku yang anterin kamu pagi, pulangnya malam hari. Aku juga yang jemput.”

Tapi baru kali ini Anjani merasa dirinya ditanggung jawab oleh seorang pria. “Apa kakak tidak akan repot?”

“Tidak, akan lebih tidak tenang kalau kamu kembali sendirian. Maka dari itu aku tanya kamu mau mobil atau tidak. Tapi karena kita bakalan bareng terus, sepertinya nggak usah.”

Saat mereka sedang makan, tiba-tiba Anjani membahas. “Mengenai kakak diusir dari rumah dan juga kehilangan pekerjaan. Juga karena aku yang buat kakak putus sama pacar kakak, aku minta maaf sebesar-besarnya.”

Tapi tidak masalah bagi Alvaro, tahu kalau itu adalah neneknya yang dibantu oleh Anjani pada hari itu. Dua menitnya Anjani sudah dilewatkan oleh hal yang berharga sekali. Padahal semua juga demi sang nenek.

Namun untuk kali ini tidak akan mempermasalahkan soal itu. “Seharusnya kamu nggak perlu lagi bahas soal itu. Sekarang gimana caranya kita hidup di tempat seperti ini berdua dan harus saling dukung satu sama lain. Kamu jangan bahas yang sudah lewat. Kamu adalah kamu yang waktu itu sudah lakukan kesalahan. Aku juga lakukan. Sudahi jangan bahas lagi.”

Kemudian Alvaro mengambil sayur asam yang dibuat oleh Anjani. Waktu mencicipi kuahnya, dia diam sejenak. “Apa tidak enak?”

Alvaro diam bukan karena dirinya tidak suka, tapi malah diam lantaran dia baru kali ini merasakan masakan yang sangat enak. “Bukan.”

“Apa ada yang kurang?”

“Sedikit pedas, mungkin kamu bisa kurangi untuk masak yang pedas. Sudah aku ingatkan tadi.”

Anjani meminta maaf. “Jangan dimakan kalau nggak bisa kak, nanti kakak mules.”

Tapi sudah disukai oleh Alvaro kalau sayur asam buatan Anjani sangat enak. Tapi dilihatnya juga lauk yang ada di atas meja yang disediakan oleh Anjani.

“Apa kamu bisa bikin nasi kuning?”

“Tentu.”

“Apa kamu terbiasa memasak?”

“Ya, Kak. Mama selalu bilang kalau wanita itu harus bisa masak. Mau sekaya apa pun suaminya, harus bisa masak. Karena ada waktu di mana suami nanti bakalan minta masakan sendiri. Mama selalu tekankan itu, jadi aku sudah diajari masak sama Mama sejak lama. Kalau Mama kerja, terus aku sama adikku di rumah. Aku yang masak, soalnya Mama sama Papa kan kerja. Aku sama kedua adikku di rumah dan kadang masak bareng.”

Tidak heran kalau Anjani sepertinya mahir sekali dalam membuat bumbu dan rasanya juga sangat pas, Alvaro justru suka dengan rasa yang melekat sekali dan bisa dibanggakan oleh Alvaro kali ini. Tidak salah kalau dia memilih Anjani dalam segi masakan.

“Besok kamu buatkan aku nasi kuning, telur dadar, aku juga pengen telur bacem.”

“Oke, besok ya kak. Untuk menu makan siang?”

“Ya. Malamnya juga boleh kok seperti ini. Tapi jangan yang pedas. Untuk sambal di nasi kuning besok, bikin yang pedas manis. Usahakanlah gimana enaknya pokoknya.”

Anjani mengiyakan pria itu lalu melanjutkan makannya. Tapi dilihat kalau Alvaro malah makan dengan cukup lahap.

Anjani bersandar karena baru saja selesai makan dan menikmati hidangan kali ini. “Kamu kalau belanja bulanan nanti catat yang kamu butuhkan.”

“Ya, Kak.

“Kamu mandi saja, aku yang beres-beres.”

Anjani lalu kemudian meninggalkan Alvaro di meja makan sendirian untuk membersihkannya.

Begitu Anjani pergi, justru Alvaro mengambil nasi lagi dan menambah porsi makannya. Mana pernah dia sampai makan sebanyak ini sekalipun itu di rumah.

“Dia resek, tapi kalau soal makanan. Aku nggak bisa remehkan,” ucap Alvaro yang menambah untuk ketiga kalinya.

Benar-benar bisa jadi berat badannya akan naik drastis dengan cara yang seperti ini. Jujur saja kalau Alvaro memang suka dengan masakan yang dibuat oleh Anjani.

Alvaro mencuci piring dan merapikan meja makan. Saat Anjani keluar dari kamarnya dan menuju dapur, Alvaro baru selesai untuk menaruh di rak piring. “Kakak benar-benar mencuci?”

“Ya, kamu istirahat saja. Aku juga ada pekerjaan.”

Alvaro harus bisa menjaga dirinya di hadapan Anjani karena ingat dia punya karakter dingin yang sudah dikenal sekali oleh Anjani. Sekarang harus tetap dingin juga karena tidak mau kalau nanti malah diremehkan oleh Anjani.

Wanita cantik, hebat dalam memasak, ingin jadi tulang punggung, ingin membahagiakan orangtuanya.

Alvaro berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamarnya. “Masih ada wanita yang berpikiran untuk orangtuanya, dibandingkan dengan memikirkan diri sendiri.” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Dengan Boss   52. Cinta Yang Tak Habis (TAMAT)

    Sebaik itu penerimaan keluarga besarnya Alvaro tentang kehamilan Anjani yang kedua. Sekarang dia mengandung anak ketiga mereka. Mulai dari sensitifnya, marah ketika Alvaro mulai menyentuh bagian yang tidak dia sukai, terutama bagian dada. Lalu mereka pergi untuk periksa kandungan. Hasil menunjukkan dia yang berbadan dua untuk kedua kali.Kehamilan sekarang disambut baik oleh orangtuanya Alvaro. Terutama sang mama yang berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sangat adil. Si kembar juga mendapatkan perlakuan yang istimewa di sini. Jeniffer juga sangat sayang pada Anjani.Mereka memang jarang bertemu. Apalagi dulu ketika si kembar sudah ada, bahkan dia juga dilarang untuk bertemu Anjani dan Alvaro. Tapi sekarang justru mereka sangat akrab.Jeniffer sedang menyusui anaknya. Kemudian Alea datang sambil menangis dan naik ke atas sofa. “Apa sayang?”Alea menarik bajunya Anjani. Dia berusaha menyingkirkan tangan anaknya yang berusaha membuka baju. Alea menangis semakin keras dan mengatakan. “M

  • Skandal Dengan Boss   51. Pria Luar Biasa

    Pertengkaran kedua anaknya semakin menjadi-jadi di rumah ini. Ada saja yang dipertengkarkan. Tapi jangan harap suara tinggi yang keluar dari mamanya Alvaro maupun papanya. Dua anak ini sangat diperlakukan baik. Belum lagi saat bertemu Wenda. Mereka akan jadi komplotan dan ribut sana sini. Anjani ingat waktu itu dia sering bertemu dengan Wenda.Tingkat kesabaran mertuanya memang bisa diacungkan jempol. Tidak pernah memarahi mereka semua. Justru berikan pengarahan yang bagus. Memecahkan piring sudah sering terjadi. Tapi suara teriakan mamanya Alvaro tidak pernah terdengar untuk memarahi keduanya.Hari ini pun sama. Keduanya berteriak karena mainan. Anjani duduk sambil memijit pelipisnya.Kalau dia marah, pasti ditegur oleh mertuanya.Dia benar-benar merasa tidak enak hati ada di sini jika berkaitan dengan anak-anak. Aiden pernah memecahkan televisi. Tapi tidak ada kemarahan juga dari mertuanya. Sementara Anjani yang merasa menciut karena pasti itu mahal sekali.Alea menangis karena tida

  • Skandal Dengan Boss   50. Berdamai Dengan Diri Sendiri

    “Mama, bagus kan, Ma?”Anjani sedang berdandan kemudian dipanggil terus menerus oleh Alea. Hari ini dia memutuskan untuk kembali ke rumah mertuanya semenjak beberapa kali mertua dan neneknya Alvaro datang menjemput mereka semua. Tapi waktu itu karena alasan kamar si kembar yang belum jadi.Anjani juga takjub melihat perjuangan mama mertuanya yang datang meminta maaf. Mengakui kesalahan dan pergi ke rumah keluarga mendiang ibunya Anjani untuk meminta maaf meskipun ucapan itu tidak diketahui oleh mereka.Sekarang, dia telah menyanggupi ajakan pulang itu.Saat dia sedang menggunakan maskara, Alea menarik lengannya Anjani. “Mama, lihat sini dulu!”Akhirnya dia menghela napas dan melihat ke arah Alea yang dari tadi memanggilnya.Dia melihat anaknya sudah selesai terlebih dahulu didandani oleh Alvaro. Di sini Aiden selalu anteng tanpa ada masalah apa pun. Akan tetapi setelah dia melihat Alea yang memang agak centil untuk seusianya. “Bagus sayang.”Lalu Alea langsung pergi. Dia mendengar tig

  • Skandal Dengan Boss   49. Undangan Kembali

    Anak-anak dibawa oleh orangtuanya, sedangkan Anjani dan Alvaro berkunjung ke rumah orangtua pria itu. Untuk pertama kalinya semenjak dia menginjakkan kaki lagi di rumah itu setelah sekian lama. Dulu, di sini dia mendapatkan kasih sayang paling baik dari mertuanya. Akan tetapi semenjak kejadian di mana dia ketahuan hamil di luar nikah. Mertuanya begitu kecewa dan memperlakukan dia dengan cara tidak baik.Beruntungnya suami juga tidak menuruti ucapan orangtuanya. Justru memperjuangkan Anjani dan juga anak-anak saat itu juga.Alvaro adalah pria keras kepala yang pernah Anjani temui selama ini. memiliki karakter yang paling beda dari kebanyakan orang yang pernah dia kenal. Sementara dia adalah seorang wanita yang dibesarkan dari keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan juga kemandirian. Bertemu dengan pria yang memiliki segalanya.Jika dikatakan secara ekonomi, Anjani jelas jauh di bawah Alvaro. Tapi entah kenapa sejak mereka berkasus, keduanya sama-sama jatuh cinta. Sampai Anjani tida

  • Skandal Dengan Boss   48. Usaha Menyatukan

    Alvaro bangun pagi-pagi karena kedua anaknya yang masuk ke dalam kamar begitu saja. Sedangkan dia belum mengenakan apa pun. Dia menoleh ke sebelahnya juga tidak ada Anjani.Sekarang yang menjadi masalah di sini adalah dia tidak mengenakan celana. Hanya menutupi tubuhnya dengan selimut usai bercinta tadi pagi.“Papa, kakak ikut kerja, ya!”“Alea juga, Papa.”Alvaro menghela napasnya. “Papa nggak ke kantor.”“Kenapa?”“Hari ini mau ajak Mama ke klinik kecantikan.”“Oh kita boleh ikut?”“Nanti pas pulangnya aja, ya.”“Mama disuntik di sana, Pa?”Keduanya naik ke atas ranjang. Alvaro tidak bisa membuka dirinya sekarang. “Biar Mama tetap cantik. Papa makin sayang sama Mama.”“Kalau nggak cantik, Papa nggak sayang?” tanya Aiden dengan polos.“Papa tetap sayang sama Mama.”Keduanya justru duduk di dekatnya Alvaro. Anak-anak yang dulu tidak pernah diinginkan Anjani sekarang tumbuh dengan sangat baik. Apalagi keduanya menjadi kesayangan di keluarga Anjani maupun Alvaro.“Kakak, adik sini benta

  • Skandal Dengan Boss   47. Merindukan Kebersamaan

    Alvaro duduk di ruang tamu sambil mengirimkan pesan kepada mamanya kalau dia sebentar lagi akan ke sana. orangtuanya meminta pulang. Dia juga sudah izin kepada kedua mertuanya. Tapi lihat saja bagaimana kelakuan anak-anak kalau Alvaro sudah rapi. Keduanya pasti akan menempel padanya. Seolah mengerti kalau sebentar lagi akan keluar rumah.“Kakak, ambilin Kakek asbak di dekat akuarium!”Aiden turun dari sofa karena mengerti ini adalah pengalihan mertuanya agar dia bisa pergi dari rumah tanpa anaknya menangis ingin ikut.“Papa duduk situ!” perintah Aiden dan seolah mengerti sebentar lagi Alvaro akan pergi.Yang belum bisa disingkirkan adalah Alea. Tatapan anaknya yang dari tadi tidak lepas dari Alvaro.Anaknya menyengir waktu itu. “Papa mau ke mana?”“Papa nggak ke mana-mana.”“Kenapa Papa ganteng?” maksud Alea adalah rapi karena seperti biasa. Kalau Alvaro berpenampilan seperti ini, tandanya dia akan pergi.“Nggak ada, Papa cuman di rumah kok.”Tapi anaknya tidak menanggapi lagi. Alea y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status