Share

Bab 7. Mandi Bersama

Author: Lavinka
last update Last Updated: 2024-06-07 17:58:58

“Bolehkah saya yang menjawabnya?”

Sebelum Ama menyelesaikan jawabannya, sebuah tangan besar menggenggamnya di bawah meja. Adalah Orion pelakunya. Ama mengerjap.

“Apa kalian tahu takdir kalian apa?” Orion mengambil alih mikrofon yang satunya.

“Itu adalah kisah kami.” Orion melempar tatapan teduh pada Ama. “Kisah kami memang sedikit rumit, tetapi di balik pertengkaran yang sering dilakukan, ada cinta yang mengikat kami untuk bersama.”

Orion memberikan senyum manis pada Ama sebelum kembali melanjutkan ucapannya,

“Pernikahan kami memang terkesan mendadak, tapi percayalah! Tidak ada yang saling menikung di sini. Ama dan Edrick sudah berpisah saat kami memutuskan menikah. Terima kasih!”

Ama terdiam, mendengarkan perkataan Rion ketika menjawab pertanyaan karyawan yang terakhir. Dia sedikit tersentuh dengan kata-kata Orion. Bibirnya sempat membalas senyum pria itu sebelum dirinya tersadar, kalau mereka masih berada di tempat konferensi pers.

‘Bagaimana bisa dia terlihat begitu lancar? Padahal, di sana sekali tak mempunyai teks seperti aku….’

*

“Huhhhh, capeknya!”

Ama langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Namun tiba-tiba, Orion ikut duduk di sana, merebahkan tubuhnya yang atletis di samping Ama.

“Sempit, Orion!” seperti biasa, Ama langsung menendang paha Orion agar turun dari sofa.

Orion sama sekali tidak bergerak. Tubuhnya sekeras batu, dan itu membuat Ama semakin sebal. Wanita itu menendang Orion lebih keras.

“Sanaaa! Ah!” Ama terkejut saat Orion tiba-tiba menangkap kakinya, lalu membawa kedua kaki itu ke pangkuannya.

Tidak hanya sampai situ, Orion juga memberikan pijatan kecil di sana. “Sst… aku juga capek.”

Ama akhirnya tidak menendang lagi, ia malah menikmati pijatan kecil Orion. Tanpa sadar, ia pun menyandarkan punggungnya ke sofa.

Pikiran Ama seketika kembali ke acara konferensi pers tadi. Indera pendengarannya merekam jelas ucapan Orion pada wartawan tadi.

“Kisah kami memang sedikit rumit, tetapi di balik pertengkaran yang sering dilakukan, ada cinta yang mengikat kami untuk bersama”

Sudut bibirnya terangkat naik ketika mengingatnya. Namun, secepat kilat dia menggeleng.

‘Astaga, bagaimana bisa aku mikirin itu orang,’ batinnya menjerit.

Ama memilih mengabaikan Orion yang terus memijit kakinya. Sambil bersandar, dia membuka salah satu sosial medianya, lalu berpindah ke salah satu akun media sosial yang tengah menayangkan hasil konferensi pers-nya tadi.

Ama penasaran membaca komentar para netizen yang budiman. Ada yang mendukung, dan ada juga yang menghujat.

“Hobi sekali mereka mengurusi hidup orang lain,” komentarnya balik.

Lalu, kebanyakan isi komentar itu hanya ketikan asal yang menggiring opini publik ke arah yang negatif.

“Hamil duluan?!” Ama membaca salah satu komentar netizen dengan dengkusan kesal. “Ini yang mengetik kayaknya lagi ada masalah hidup, deh. Sembarang sekali nuduh aku hamil duluan!”

“Kenapa kamu senang sekali membaca komenan orang sih, Mal?” Suara Orion terdengar malas. “Daripada kamu sibuk ngurusin hal-hal yang gak berguna itu, mending gantian mijitin kaki suami kamu.”

Ama menatap Orion dengan mata menyipit, lalu menepis tangan pria itu. “Menyingkirlah! Aku mau mandi!” Ama menarik kakinya kesal.

Mood-nya benar-benar dibuat naik turun hari ini. Setelah tadi sempat dibuat naik oleh ucapan Orion, kini komentar netizen mampu membuat dirinya down.

Ditambah, berdekatan dengan Orion dalam jangka waktu yang lama cukup membahayakan jantungnya. Ia jadi mudah kesal dan tambah sensitif.

“Mau mandi bersama?”

Mata Ama melotot, lalu mengambil sandal rumah yang ia pakal. “Kalau kamu bicara sembarangan lagi, aku akan lempar sandal ini ke kepalamu!” Ama mengangkat sandal itu tinggi.

Orion tertawa keras, dan itu cukup membuktikan kalau pria itu kembali menggodanya. Ama melempar sandal itu ke arah Orion, dan sialnya bisa ditangkap dengan mudah.

Karena sudah terlanjur kesal, wanita itu bergegas masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.

Selesai mandi, dia keluar kamar. Namun, matanya berotasi malas saat menemukan Orion yang masih rebahan sambil ngupil dengan satu kaki terangkat.

“Iyuh! Jijik banget sih, kamu, Rion!”

Rambutnya yang basah dibiarkan saja. Ama tadi sempat mencari hairdryer, tetapi tidak ditemukan. Jadi, dibiarkan saja.

“Apa, sih, Mal?” Pria itu menoleh malas.

Dan sedetik kemudian, ekspresinya mendadak kaku.

Pria itu malah bengong menatapnya. Orion sempat mengerjap beberapa kali, tapi Ama tidak mengerti kenapa pria itu tidak juga bergerak. Lalu, saat ingin memanggilnya, mata Ama malah melihat telinga Orion memerah tanpa sebab.

Kedua alis Ama berkerut. “Kenapa nih manusia?” batinnya bertanya-tanya.

Ia berjalan menuju Orion yang masih seperti orang bodoh. Ia memukul sofa di sebelahnya agar pria itu bangun.

“Mandi sana! Kamu bau asem!” usirnya.

Sret!

Kalau tadi pria itu bengong seperti orang kerasukan, kali ini dia malah langsung bangun. Wajahnya masih kaku, dan telinganya masih tampak merah. Lalu, tanpa banyak kata, Orion bangun, dan berjalan pergi meninggalkannya.

Dahi Ama semakin berkerut.

“Kamu kenapa sih—”

Tidak lama kemudian, kepala pria itu kembali menyembul dari balik pintu kamar.

“Kamu yakin gak mau mandi lagi sama aku?” tanya Orion santai.

Bibir Ama seketika berkedut, dan tanpa ba-bi-bu lagi, ia melempar sandalnya ke arah pintu. Namun, secepat kilat kepala Orion sudah menghilang, berganti dengan tawa keras di balik pintu kamar.

“Arghh! Awas aja kamu, Rion!” Ama menendang udara kosong. Dia mendengkus, membiarkan emosi menguasai dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 113. Iri?

    Farah memukul lengan Kirun. “Cium, noh, tembok!” Setelah itu, dia pun berlalu pergi meninggalkan calon suaminya di teras. “Yah, Calon Bojo! Kok, lananganmu ditinggal, sih?” Kirun memanggil Farah.“Ora urus!” Bibir wanita itu tak berhenti mengulas senyum. “Jadi, aku sekarang udah mau jadi istri? Kyaaa, aku jadi gak sabar nunggu hari itu tiba!”Farah tak menggubris Kirun di belakang yang sedang memandangnya. Hatinya tengah berbunga-bunga juga malu secara bersamaan. Bagaimana tidak? Orang yang disukai akhirnya melamar. “Amal, aku mau nikah!” Farah berteriak tertahan di depan pintu utama. Namun, wajah itu langsung berubah biasa saja ketika tiba di ruang tamu. Kirun sudah menyusul dan kini duduk di samping ayah dan ibunya. Memandang Farah yang terus mengacuhkan dirinya. Namun, ia tidak marah, justru tersenyum senang karena lamaran keduanya berhasil.“Jadi, kita langsung cari hari bagusnya aja bagaimana, Pak, Bu?” Orang tua Kirun segera berseloroh seolah tak sabar untuk menikahkan anak m

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 112. Pilih Kamu, iya kamu

    “Saya berniat melamar anak Bapak dan Ibu,” jeda Leo sambil menunjuk sopan ke arah Farah.Farah membelalak. Tangannya menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi kaget luar biasa. “Melamar saya?”“Iya, Far,” jawab Leo, “sudah lama aku menyimpan perasaan ke kamu. Sekarang, aku ingin melamarmu untuk menjadi pendamping hidupku, dan ibu dari anak-anakku kelak.”Adik Kirun yang perempuan berbisik kepada kakaknya. “Saingan lo pejabat, Bang. Yakin lo masih punya kesempatan?” Kirun sempat insecure melihat lelaki di sampingnya. Leo bahkan datang seorang diri tanpa bala bantuan seperti dirinya untuk melamar seorang wanita. Rivalnya yang terlalu percaya diri, atau dirinya seorang pengecut. Apalagi, saingan kali ini bukan kaleng-kaleng, pejabat negara langsung. Apa dia tidak kalah telak? Jelas, kekayaan yang dimiliki olehnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Leo.Haruskah Kirun menyerah?“Berisik lo, Dek!” timpal Kirun, “ setidaknya gue yakin, kalau Farah itu ada rasa sama gue.”“Percaya diri

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 111. Dua Sekaligus

    “Ada yang harus kulakukan. Ya, aku harus memberi makan kucing!” seru Farah cepat.“Loh, sejak kapan Farah punya kucing?” Kirun menggaruk belakang kepalanya. “Eh, apa jangan-jangan dia mau ngehindar lagi dari gue?”Lelaki itu terduduk di kursi dengan lemas. Tubuhnya mendongak, menatap langit cerah yang seolah tengah mengejeknya. “Ya Allah, apa ini adalah karma buat gue yang udah buat hati banyak wanita di luar sana tersakiti? Jika memang benar, Engkau berhasil, Tuhan!”Kirun menepuk bagian dadanya. “Di sini sakit banget, Ya Allah!” Di dalam sana kini tengah menangisi nasibnya yang begitu malang. Ditinggal Farah iya, bahkan ditolak lamarannya sudah dirasakan langsung olehnya dari seorang perempuan yang ia cintai.Sungguh sial sekali nasib percintaan Kirun. Jika dulu, ia begitu masa bodoh dengan para perempuan. Kini, ia seolah bisa melihat dirinya sendiri dari sikap Farah padanya.“Nasib punya muka pas-pasan, tapi ini semua takdir Tuhan.” Bibir Kirun kini menyenandungkan sebuah lagu yan

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 110. Keputusan

    "Aku hanya merasa kaget aja, Yank,” jawab Orion setelah sekian detik terpaku. Dia tidak menyangka jika usahanya selama ini berbuah manis. Cinta yang diperjuangkan hanya untuk Amalthea, berbalas oleh sang pemilik hati. Ya, walaupun mereka sudah menikah setahun lebih, tetapi Amalthea jarang mengungkapkan perasaannya. Jadi, wajar saja jika Orion terkejut. “Sayang, coba tampar aku!” ujarnya menatap sang istri.“Apaan sih, Mas? Nggak usah ngaco, deh! Lagian kamu itu tidak sedang bermimpi, ini nyata.” Amalthea menangkup wajah Orion, lalu mengecup bibir itu dengan mesra. Setelah puas, barulah ia melepaskannya. “See, apa kau masih merasa ini mimpi?”Mata Orion mengerjap, ia tak mengalihkan sedikitpun pandangan dari wajah Amalthea. Istrinya memang begitu cantik, murah hati, hingga ia jatuh sejatuh-jatuhnya mencintai wanita yang kini berada di hadapan. “Ya, aku memang sedang tidak bermimpi. Karena kau jauh lebih indah daripada mimpi-mimpi setiap malamku dulu. This is real, no dream.” Orion la

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 109. Siapa Yang Duluan

    “No! Aku gak setuju.” Amalthea menolak usulan sang suami. “Lebih baik, kita serahkan saja ke mereka. Aku juga udah minta Kak Leo buat deketin Farah sendiri. Kamu tau, kan, aku lagi hamil, Yank?” Tangannya mengusap perutnya yang sudah mulai membesar.“Astaga!” Orion menepuk kening karena hampir lupa jika istrinya tengah berbadan dua. Ia langsung menundukkan wajahnya kemudian mengecup perut Amalthea berkali-kali. “Maaf, Sayang. Hampir saja Papa lupa jika kamu berada di sana,” sesalnya.Bibir Amalthea cemberut, tetapi hanya sebentar. “It's ok, Papa. Yang penting Papa cepet sehat biar bisa main lagi sama dedek bayi,” ujarnya menirukan suara anak kecil.“Iya, Sayang. Aamiin. Makasih doanya.” Orion kembali mengecup puncak perut istrinya, lalu ia menengadahkan wajah untuk menatap Amalthea. “Makasih ya, karena kamu selalu ada untukku, Yank.”Amalthea mengusap wajah suaminya yang masih terlihat pucat. “Sama-sama, Mas. Lagian, kita kan emang harus saling mendukung satu sama lain. Ingat, kita in

  • Skandal Panas: Dari Musuh, Jadi Butuh   Bab 108. Balas Budi

    Orion menatap sekitarnya dengan mata mengerjap. Dia mengerang sambil memegang bagian kepala yang terasa pening. “Ke mana semua orang? Bukankah aku tadi sedang ada di ruangan rapat?” tanyanya pada diri sendiri.Suara pintu yang terbuka dan munculnya sosok Amalthea membuat pria itu menoleh. Mereka saling bertatapan dan untuk sesaat ada kelegaan dari wajah mereka. “Sayang,” panggil Orion berusaha untuk bangun. Amalthea tersenyum senang melihat suaminya yang akhirnya sadar setelah 2 jam pingsan. Kakinya melangkah cepat untuk membantu Orion duduk di ranjang kecil yang terdapat di ruangan kantor sang suami. “Kamu sudah bangun, Mas?” Orion mengangguk, lalu menepuk sisi kosong ranjang di sampingnya. “Kemarilah! Aku ingin memelukmu, Sayang,” pintanya dengan wajah yang pucat.Amalthea menuruti keinginan sang suami. Setelah itu, ia duduk dan menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan hangat Orion. Jujur, ia sangat khawatir ketika melihat orang yang selama ini kuat, tiba-tiba jatuh pingsan. Diha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status