Share

Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur
Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur
Penulis: Ziajung

BAB 1

Penulis: Ziajung
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 10:22:13

Positif.

Tangan Irene bergetar melihat satu garis yang muncul samar di sebelah garis lainnya. Ia menghela napas panjang, lalu menjatuhkan benda itu ke lantai—membuatnya ikut bergabung dengan 3 benda serupa lainnya di sana. Irene mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seharusnya ia sudah menduga ini akan terjadi.

Hari itu, Irene memang merasa seperti bukan dirinya. Ya, dirinya yang penuh perhitungan, perhatian cermat, dan agak keras. Malam itu, Irene terbuai oleh bujuk rayu kekasihnya untuk menyerahkan pengalaman pertamanya. Ditambah dengan pengaruh alkohol, lengkap sudah kebodohan Irene.

Irene menurunkan tangannya dan melihat kembali empat testpack yang berserakan di lantai. Ketika merasa tubuhnya ada yang aneh, hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa jadwal menstruasinya. Benar saja, itu sudah telat sembilan hari. Dengan implusif, Irene pun segera pergi ke apotek yang berada di depan apartemennya, dan membeli lima buah testpack sekaligus.

Kali ini, tatapan Irene berpindah pada satu testpack yang belum terbuka. Sepertinya, percuma saja dia menggunakan yang terakhir, hasilnya pasti sama saja. Jalan selanjutnya adalah membicarakan hal ini dengan sang kekasih.

Irene menatap perutnya yang masih belum ada perbedaan. Di dalam sini... ada makhluk kecil yang mulai tumbuh. Entahlah... Irene tidak memahami apa yang dirasakannya. Sedih? Marah? Atau malah... bahagia?

Aku... gak sendiri lagi di tubuh ini....

Dirinya yang sudah lama memendam kesendirian, akhirnya bisa memiliki keluarga. Memang, ini bukan awal yang mulus, tetapi... mereka pasti bisa menjadi keluarga kecil yang normal, kan? Tidak seperti keluarganya yang tidak pernah utuh itu. Irene tidak pernah tahu siapa ibu kandungnya, dan ayahnya... meninggal ketika dia berusia enam tahun. Bibinya pun tak pernah memberikan kasih sayang sesungguhnya, hanya selalu memarahi dan memukul Irene.

“Mas Keenan adalah pria yang baik... dia pasti terima anak ini, kan?” Irene bergumam sambil masih mengusap perutnya.

Ting!

Satu pesan masuk.

Mas Keenan: [Irene, aku mau ngomong sesuatu]

Mas Keenan: [Temui aku di kafe Hotel Candrika, jam 10 besok]

Senyum Irene terbit. Telepatinya dengan Keenan ternyata begitu kuat. Pria itu pasti sangat merindukannya dan ingin segera menemuinya.

“Tapi... Mas Keenan mau ngomong sesuatu?” Irene membaca lagi sebaris kata itu.

Jangan-jangan....

Lamaran?

***

Irene menghentikan mobilnya di parkir basemen Hotel Candrika. Ia sudah meminta izin kepada manajernya untuk mengosongkan jadwal pagi ini, sehingga bisa bertemu dengan Keenan lebih santai. Lagi pula, Irene tidak mau menyita waktu Keenan terlalu lama. Pria itu adalah direktur kreatif di G Magazine—sebuah majalah fesyen online dan cetak terkenal. Satu detik waktu luangnya pasti sama berharganya dengan ribuan views konten yang harus dikejarnya.

Irene memastikan penampilannya sekali lagi melalui cermin di tengah mobil. Ia tidak mau terlihat mencolok, jadi hanya memakai celana jeans, kaus biru muda, yang dipadukan dengan sweater putih. Ia juga memakai kacamata minus berbingkai hitam juga topi baseball untuk penyamaran tambahan. Berterimakasihlah atas suksesnya drama terakhir yang dia bintangi, sehingga hampir tak ada orang di negeri ini yang tak mengenali dirinya.

Seingat Irene, kafe Hotel Chandrika berada di lantai dua. Jadi, dari basemen, Irene menaiki lift dan langsung memencet angka 2. Beruntungnya lift itu sedang sepi, jadi Irene tidak perlu merasa was-was. Turun dari lift, wanita itu melangkah menuju resepsionis dan menyebutkan nama Keenan. Ia pun dipandu ke sebuah meja yang berada agak pojok.

Sebenarnya, Irene tidak keberatan dengan hubungan yang disembunyikan begini. Walaupun berkali-kali ia meyakinkan Keenan kalau dirinya bisa menahan semua komentar buruk, tapi pria itu tetap tidak mau mempublikasikan hubungan mereka. Mungkin dengan kehadiran janin ini, pada akhirnya Keenan akan luluh. Bagaimanapun, Irene tidak mau pernikahannya terjadi secara rahasia.

Sembari menunggu, Irene sudah memesan secangkir Americano hangat. Ia sempat membaca semalam kalau ibu hamil masih boleh meminum kopi, hanya saja jangan terlalu sering. Ya... sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk mengurangi adiksinya terhadap minuman pahit itu.

Irene sudah mengirimkan pesan kalau dirinya sudah tiba sejak lima menit yang lalu, tapi tidak ada balasan dari Keenan. Mungkin pria itu masih menyetir. Ia pun kembali menunggu dengan sabar. Ini bukan kali pertamanya dia menunggu Keenan, meskipun jadwalnya tidak kalah sibuk. Pernah sekali Irene menunggu sampai satu jam karena pria itu masih rapat.

“Irene.”

Panggilan itu membuat Irene mengangkat pandangannya dari ponsel. Senyum di balik topi itu langsung melebar begitu mengetahui siapa pemilik suara itu. Namun hanya beberapa detik, sampai matanya menatap sosok lain yang berdiri di samping Keenan.

Perlahan, Irene berdiri dari kursi. Matanya masih menatap Keenan dan wanita itu bergantian. Wanita itu terlalu muda untuk dikatakan ibunya Keenan, dan terlalu dewasa kalau disebut sebagai adiknya. Penampilannya terlihat elegan dengan dress berwarna krem dengan bros berlabel C. Tangannya memegang tas kulit hitam yang Irene tahu persis berapa harganya. Intinya, wanita ini dilapisi barang mewah dari atas sampai bawah.

“Dia... siapa, Mas?” tanya Irene pelan, penuh kebingungan.

“Mari kita duduk dulu,” Keenan menjawab dengan cepat, bahkan Iren bisa merasakan kepanikannya.

Hal yang lebih mencengangkan pun terjadi. Keenan menarik kursi untuk wanita itu, sebelum dirinya juga duduk. Irene kehabisan kata. Aroma kopi yang kuat di depannya pun seakan menghilang begitu saja.

“Mas, apa maksudnya?” tanya Irene langsung. Pikirnya, tidak ada waktu untuk berbasa-basi sementara di depan matanya sudah terjadi sesuatu.

“Irene, jadi begini—“

“Sudah berapa lama kamu berhubungan sama Keenan?” sebelum Keenan menyelesaikan ucapannya, wanita itu menyambar lebih dulu.

Pandangan Irene pun teralihkan. “Kenapa saya harus menjawab pertanyaan Anda?”

Satu sudut bibir wanita itu terangkat. “Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri.” Dia pun merogoh tas mahalnya itu, lalu menggeser satu kartu nama ke hadapan Irene. “Perkenalkan, saya Ayudira Teresa Greg, desainer....”

Irene membaca nama di kartu itu tanpa mengangkatnya. Tertulis di sana kalau Ayudira adalah seorang kepala desainer untuk brand Giselle—brand yang terkenal dengan gaun-gaun dan tuxedo mewahnya. “Greg” merupakan nama keluarga yang tak biasa dan tentu saja ia mengenal betul siapa mereka. Keluarga itu hampir menguasai bidang fesyen di negara ini, termasuk G Magazine tempat Keenan bekerja.

Namun... apa hubungan semua ini? Apakah Keenan melakukan kesalahan dan salah satu keluarga Greg ini sedang mengadu padanya?

“Oh, mungkin kamu juga belum paham, ya? Maaf, saya kira kamu orang pintar,” suara Ayudira yang agak mengejek itu membuat alis Irene berkerut. Namun sebelum sempat membalas, wanita itu kembali berucap, “Saya putri bungsu Brandon Greg, pemilik G Magazine, dan juga istri dari Keenan Djatmiko.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 6

    Seminggu berlalu dengan damai, yang justru itu membuat Irene merasa sangat kosong. Ini terlalu normal dengan segala huru-hara yang terjadi hari itu. Keenan tidak menghubunginya sama sekali dan media juga tidak ada yang berisik. Sekarang, Irene seperti sedang diabaikan.Bukannya Irene berharap ada kejadian yang luar biasa, yang bisa membuat setidaknya Bu Kristin melempar asbak ke arahnya. Setidaknya, ia ingin mendengar satu penjelasan dari Keenan. Mual yang dirasakannya setiap pagi masih terjadi, seolah terus mengingatkan Irene bahwa janin ini masih hidup. Hubungan mereka masih terjalin, tetapi kenapa hanya dirinya yang menanggung?“Apa digugurin aja?”“Hah?”Irene mengerjap. Dia baru sadar kalau dirinya masih berada di dalam mobil bersama Maudy. Saat ini, ia sedang dalam perjalanan menuju lokasi syuting film terbarunya di daerah Bandung. Karena terlalu tenggelam dalam lamunannya, Irene tidak sengaja mengucapkan apa yang pikirannya.“Gak,” kilah Irene, sebelum menghela napas panjang da

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 5

    Setelah mendapatkan persetujuan dari Maudy, Irene pun kembali ke brankarnya. Tidak lupa dia menutup rapat setiap sisi tirai. Beruntungnya dia sudah meminta Maudy mengosongkan satu hari dari jadwal apa pun. Dia sudah berpikir ingin menghabiskan waktunya dengan Keenan.Ah, pria itu. Untuk sesaat, Irene sempat melupakannya karena serangan panik dan rasa kekhawatirannya akan janin itu. Bukan diselingkuhi, tapi menjadi selingkuhan. Bukan sekadar berpacaran, tapi mereka sudah menikah. Tidak ada pembelaan, Keenan malah menciut di depan istrinya.Irene kehilangan harapan lagi.Namun entah kenapa, ia tidak bisa menangis. Apakah ini berarti perasaan yang sempat hidup karena Keenan, sudah mati seketika kembali?Irene menunduk dan meletakkan tangannya di perut. Tidak ada harapan lagi untuk janin ini. Dia harus—Srak!“Eh? Sudah siuman?”Irene menoleh dengan cepat ke arah pria yang tiba-tiba menyibai tirai brankarnya. Pria itu memakai kemeja berwarna hitam yang digulung sampai siku yang sisi bawah

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 4

    Bau antiseptik yang tercampur dengan bau pahit obat mengusik ujung hidung Irene. Kepalanya masih terasa nyeri, tetapi pernapasannya sudah lebih ringan. Irene juga merasa seperti ada aliran udara masuk melalui lubang hidungnya.Matanya bergerak perlahan dan akhirnya terbuka. Cahaya yang menyorot membuatnya sejenak berpikir, apakah aku sudah mati?. Namun, langit-langit tinggi berwarna kebiruan dan suara riuh-rendah di sekitar meyakinkan Irene kalau ini bukan surga, melainkan hanya Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit.Irene menoleh. Di sekeliling ranjangnya ditutupi oleh tirai berwarna putih. Entah ini memang prosedur dari rumah sakit atau memang mereka menyadari siapa Irene. Oh, iya, omong-omong kenapa dia bisa berada di sini?Irene baru ingin mengangkat tangannya ketika tirai itu terbuka. Seorang dokter wanita terlihat sedikit terkejut ketika melihat Irene sudah sadar. Ia pun mendekati brankarnya.“Anda sudah sadar? Bagaimana keadaan Anda? Apa ada yang tidak nyaman?” tanya dokter itu

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 3

    Irene membanting pintu mobilnya sebelum menarik napas panjang. Namun anehnya, sebanyak apa pun udara yang ia hirup, itu tidak membuat rasa sesak di dadanya berkurang. Justru rasanya semakin menghimpit, sampai Irene tidak menyadari bahwa telapak tangannya tergores oleh kukunya sendiri yang tergenggam erat.Biasanya Irene adalah tipe yang sangat bisa mengendalikan diri. Mau sebesar apa gejolak emosinya, ia selalu bisa mempertahankan wajah tegas yang dihiasi senyum anggun. Namun tidak kali ini. Aura Ayudira mendominasi, ditambah Keenan yang sama sekali tak berkutik. Irene merasa dipojokkan walaupun faktanya bukan hanya dirinya yang salah di sana.“Gila....” Irene menjedotkan dahinya ke setir berkali-kali, berharap itu bisa menghilangkan rasa sakitnya. “Kenapa....”Kenapa ini harus terjadi padanya? Kenapa Keenan begitu jahat? Kenapa Tuhan tidak adil? Dan begitu banyak kenapa yang berputar di otaknya.Irene pikir, Keenan adalah akhir penantiannya akan kebahagiaan. Namun ternyata, pria itu

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 2

    Irene yakin telah mendengar sesuatu, tapi entah kenapa kepalanya mendadak kosong. Apakah benar dirinya sudah menjadi bodoh—seperti yang Ayudira katakan?“Apa?” Di antara ribuan pertanyaan di kepalanya, hanya itu yang bisa Irene ucapkan.“Apa kamu baru paham kalau Keenan sendiri yang bilang?”Mendengar nama Keenan, Irene refleks menoleh ke arah pria yang terus diam sedari tadi. Tidak seperti biasanya, Keenan hanya duduk kaku di kursinya dengan punggung yang tegak. Kedua tangannya berada di atas paha dan kepalanya tertunduk. Aura dominan yang biasanya kental itu sirna sudah, seolah telah tersedot oleh Ayudira yang duduk di sebelahnya. Irene menggeleng, semua sikapnya itu sudah cukup menjadi jawaban.Namun tetap saja, Irene butuh penjelasan.“Mas... ini gak benar, kan?”Irene melihat Keenan menelan air liurnya. “Maaf, Rene.”Napas Irene tercekat di tenggorokannya. Matanya sudah panas, tapi ia menahan diri agar tidak menangis. “Sejak kapan?”“Dua tahun yang lalu.”Dan mereka bertemu setah

  • Skandal Panas: Pernikahan Palsu Bersama Direktur   BAB 1

    Positif.Tangan Irene bergetar melihat satu garis yang muncul samar di sebelah garis lainnya. Ia menghela napas panjang, lalu menjatuhkan benda itu ke lantai—membuatnya ikut bergabung dengan 3 benda serupa lainnya di sana. Irene mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seharusnya ia sudah menduga ini akan terjadi.Hari itu, Irene memang merasa seperti bukan dirinya. Ya, dirinya yang penuh perhitungan, perhatian cermat, dan agak keras. Malam itu, Irene terbuai oleh bujuk rayu kekasihnya untuk menyerahkan pengalaman pertamanya. Ditambah dengan pengaruh alkohol, lengkap sudah kebodohan Irene.Irene menurunkan tangannya dan melihat kembali empat testpack yang berserakan di lantai. Ketika merasa tubuhnya ada yang aneh, hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa jadwal menstruasinya. Benar saja, itu sudah telat sembilan hari. Dengan implusif, Irene pun segera pergi ke apotek yang berada di depan apartemennya, dan membeli lima buah testpack sekaligus.Kali ini, tatapan Irene berpindah pada s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status