Home / Romansa / Skandal Panas Presdir Tampan / 87 | Mengetahui Kenyataan

Share

87 | Mengetahui Kenyataan

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2025-05-23 16:17:09

“Tunggu, Dona… kamu mantan istri Damien?!”

Dona tertawa pelan melihat reaksi Chiara yang tampak bingung sekaligus penasaran. Senyum tipis di wajahnya memperlihatkan guratan kedewasaan, sementara bibirnya bergerak perlahan saat berkata, "Duduklah dulu."

Dona menarik pelan lengan Chiara, meminta sahabtnya itu untuk duduk di sampingnya. Chiara menuruti tanpa protes, menatap Dona dengan raut wajah penuh keingintahuan, lalu menempatkan dirinya di sebelah Dona, mereka duduk dalam jarak yang cukup dekat.

Chiara mengulang pertanyaannya, tak lagi bisa menahan rasa penasaran yang menggelitik.

“Jadi... benar kamu mantan istri Damien?”

Dona mengangkat alisnya sedikit, berpura-pura berpikir. Dengan gerakan lembut namun menggoda, ia berpura-pura mempertimbangkan apakah akan menjawab pertanyaan Chiara atau tidak. Bibirnya sedikit terangkat, memperlihatkan senyum misterius.

"Hmm... apakah aku harus menjawabnya sekarang?" tanyanya dengan nada bercanda.

Chiara menghela napas kecil, lalu merengek dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal Panas Presdir Tampan   87 | Mengetahui Kenyataan

    “Tunggu, Dona… kamu mantan istri Damien?!”Dona tertawa pelan melihat reaksi Chiara yang tampak bingung sekaligus penasaran. Senyum tipis di wajahnya memperlihatkan guratan kedewasaan, sementara bibirnya bergerak perlahan saat berkata, "Duduklah dulu."Dona menarik pelan lengan Chiara, meminta sahabtnya itu untuk duduk di sampingnya. Chiara menuruti tanpa protes, menatap Dona dengan raut wajah penuh keingintahuan, lalu menempatkan dirinya di sebelah Dona, mereka duduk dalam jarak yang cukup dekat.Chiara mengulang pertanyaannya, tak lagi bisa menahan rasa penasaran yang menggelitik.“Jadi... benar kamu mantan istri Damien?”Dona mengangkat alisnya sedikit, berpura-pura berpikir. Dengan gerakan lembut namun menggoda, ia berpura-pura mempertimbangkan apakah akan menjawab pertanyaan Chiara atau tidak. Bibirnya sedikit terangkat, memperlihatkan senyum misterius."Hmm... apakah aku harus menjawabnya sekarang?" tanyanya dengan nada bercanda.Chiara menghela napas kecil, lalu merengek dengan

  • Skandal Panas Presdir Tampan   86 | Ti Amo

    Chiara terdiam, tubuhnya membeku saat pertanyaan itu melayang di udara. "Jadi Luca adalah putraku?" Suara Damien masih terngiang di telinganya, penuh desakan yang lembut namun tegas.Mulut Chiara seolah terkunci, tak mampu mengeluarkan satu kata pun. Pandangannya teralihkan, menunduk, menghindari tatapan Damien yang terus menunggu jawaban.Damien, yang berdiri di depannya, tampak tidak sabar. "Chiara, tolong katakan sesuatu," suaranya terdengar mendesak, cengkraman tangannya di lengan Chiara terasa semakin kuat, namun tetap pada tahap tak menyakiti Chiara, dia berusaha menahan emosi yang bercampur aduk. Ia butuh kepastian, namun Chiara tetap bergeming, seperti tidak siap untuk mengungkap kebenaran yang begitu lama ia simpan.Perlahan, Chiara mengangkat pandangannya. Matanya bertemu dengan tatapan Damien yang kini mulai terlihat berbeda, campuran antara keterkejutan dan kebahagiaan. Wajahnya yang biasanya dingin kini memancarkan emosi yang tidak biasa, dan Chiara bisa melihat bagaimana

  • Skandal Panas Presdir Tampan   85 | Luca Putraku?

    Dia menunduk sedikit, tersenyum tipis ke arah Luca. "Sudah waktunya Paman pergi."Wajah Luca langsung berubah. Keceriaan yang tadi sempat terlihat kini tergantikan dengan ekspresi sedih."Tapi paman akan mengunjungiku lagi, kan?" Tanya Luca yang lalu dengan cepat menangkap tangan Damien, menggenggamnya erat.Damien terdiam sejenak. Hatinya bergejolak. Dia ingin sekali mengatakan 'iya,' namun dia tahu, jika dia mengiyakan, itu bisa membuat Chiara marah, sesuatu yang jelas ingin dia hindari.Luca menatap Damien dengan mata yang berbinar, penuh harap. Damien menggaruk kepalanya dengan bingung, berusaha mencari jawaban yang tepat.Tiba-tiba, suara Chiara terdengar, memecah kebisuan. "Iya, sayang," suaranya terdengar lembut tapi tegas, matanya kini beralih menatap Damien."Paman Damien bisa mengunjungimu lagi, Iya, kan, Tuan?"Damien merasa seolah bebannya terangkat. Chiara baru saja memberinya izin, meskipun secara tidak langsung.Dia mengangguk pelan, menarik napas lega. "Iya, aku pasti

  • Skandal Panas Presdir Tampan   84 | Nama Paman

    “Kamu... kamu Chiara, kan?” suara Damien terdengar serak, hampir seperti bisikan yang tertahan. Matanya menatap lekat ke wajah wanita di hadapannya, seakan mencoba menemukan kembali bayangan masa lalu yang pernah begitu akrab.Wajah yang dulu setiap hari menemaninya, wanita yang dulu memberinya semangat, dan yang harus ia lepaskan karena kebodohannya.Tangan Damien bergerak pelan ke arah wajah Chiara, tanpa sadar, seakan ingin memastikan bahwa sosok di depannya benar-benar nyata. Matanya sedikit berkabut, penuh dengan kerinduan yang tertahan selama bertahun-tahun.Ia bisa melihat setiap detail di wajah Chiara, alisnya yang sedikit melengkung, matanya yang masih sama mempesona, bibirnya yang kini tampak lebih tegas.Chiara tetap diam, tubuhnya kaku, wajahnya tak menoleh. Namun, detik-detik sebelum jemari Damien menyentuh kulitnya, Chiara dengan cepat menepis tangan itu, tidak keras, hanya sebuah gerakan lembut tapi jelas."Terima kasih sudah menolong putraku," Chiara berbicara untuk pe

  • Skandal Panas Presdir Tampan   83 | Pertemuan Tidak Terduga

    Sejak Damien mendonorkan darah untuknya, kondisi Luca berangsur membaik. Sesekali, dokter dan perawat datang mengecek keadaan bocah itu. Dokter Moretti selalu memberikan anggukan kecil setiap kali melihat perkembangan Luca. Perawat-perawat yang berjaga pun tersenyum lega, memperbaiki letak selang infus dengan hati-hati.“Bagaimana kabar jagoan kita?” sapa salah satu perawat dengan lembut, matanya berbinar melihat pipi Luca yang mulai berwarna kemerahan.Damien tersenyum tipis, sementara Luca hanya mengangguk, sedikit tersipu. Setiap kali tim medis datang, Luca tampak lebih cerah, seolah setiap kata pujian mereka menjadi obat tambahan yang membuatnya semakin kuat.Setelah tim medis keluar, Damien kembali melanjutkan ceritanya. “Nah, seperti yang aku bilang tadi, di Kanada, ada danau yang membeku saat musim dingin. Kau tahu, orang-orang bisa berjalan di atasnya, bahkan mereka bisa bermain seluncur es di sana.”Mata Luca membulat takjub. “Berjalan di atas danau? Tapi itu air, bagaimana b

  • Skandal Panas Presdir Tampan   82 | Menjadi Dekat

    Dona dan Tessa berdiri dari kursi mereka dengan perlahan, memberikan senyuman kecil kepada Damien yang masih duduk di samping ranjang Luca. Dona mengambil tasnya, sementara Tessa merapikan rambut yang sedikit berantakan, mereka bersiap meninggalkan ruangan.Damien mengangguk pelan ketika Dona memberikan isyarat dengan matanya, seolah meminta izin untuk pergi. “Aku akan mengurus administrasi untuk kepulanganmu, Damien,” ujar Dona lembut.“Dan aku akan membereskan barang-barang Pak Damien di kamar VIP,” tambah Tessa, sambil tersenyum lembut ke arah Damien.Damien tersenyum simpul, matanya tenang seperti biasa. “Terima kasih,” jawabnya singkat, mengangguk kecil sebagai tanda izin bahwa mereka boleh pergi.Sebelum benar-benar melangkah keluar, Dona dan Tessa mendekat ke ranjang Luca. Anak laki-laki itu masih berbaring lemah, tapi senyumnya tak pernah pudar. Mata birunya yang cerah memandang Dona dan Tessa dengan penuh rasa terima kasih.“Terima kasih, Bibi,” ucap Luca dengan suara pelan,

  • Skandal Panas Presdir Tampan   81 | Anak Laki-Laki

    Damien duduk di kursi transfusi, lengan kirinya terbuka, dengan jarum infus yang tertancap di bawah kulitnya. Wajahnya terlihat tenang, saat proses transfusi darah berlangsung. Sorot matanya lurus saat ia tenggelam dengan pikirannya sendiri, sementara darah mengalir perlahan melalui tabung menuju kantong transfusi di sampingnya.Di sisi lain, Dokter Morretti berdiri tegap, memperhatikan monitor dengan seksama. Ia tahu betapa berartinya darah yang Damien donorkan ini.Di sudut ruangan, Dona dan Tessa tak henti-hentinya memperhatikan Damien. Dia dan Tessa sesekali terlibat percakapan dengan suara pelan,salah satu isi percakapan mereka tentang identitas anak laki-laki, yang wajahnya terlihat mirip dengan Damien.“Dia hanya butuh satu kantong,” gumam Dokter Morretti setelah memeriksa catatan medis. “Proses ini tidak akan lama.”Waktu berjalan lambat. Sekitar tiga puluh menit berlalu dalam keheningan, hanya suara mesin yang terdengar.Akhirnya, kantong darah penuh, dan mesin otomatis berhe

  • Skandal Panas Presdir Tampan   80 | Mirip Damien

    Damien mengangguk, menatap Dona dengan tenang. "Dokter Moretti sudah bilang kalau kondisiku baik-baik saja. Kamu tak perlu khawatir," katanya sambil memberikan senyuman khasnya.Meskipun masih terlihat cemas, Dona dan Tessa akhirnya setuju untuk membiarkan Damien menjalani proses donor darah. Dokter Moretti segera meminta perawat untuk menyiapkan ruangan dan peralatan untuk proses transfusi."Baiklah, Tuan Damien. Silakan kita pindah ke ruangan donor," kata Dokter Moretti sambil membuka pintu, menunggu Damien dan kedua wanita itu mengikuti.Damien berjalan keluar dari ruang perawatannya dengan bantuan perawat yang menemani, diapit oleh Dona dan Tessa di kedua sisinya. Mereka berjalan menuju ruang donor, namun saat mereka tiba di meja perawat yang berjaga di depan pintu, seorang perawat muda yang sedang berdiri di sana tiba-tiba terkejut melihat Damien.Mata perawat itu membelalak sesaat, sebelum buru-buru menormalkan ekspresinya. Ekspresi kaget itu tidak luput dari perhatian Damien, D

  • Skandal Panas Presdir Tampan   79 | Golongan Darah

    Selama tiga hari, Dona dan Tessa secara bergantian menemani Damien di kamar VIP, selalu berada di sisinya, memastikan Damien mendapat perawatan yang baik. Kedua wanita cantik itu berbagi tugas dengan baik, satu malam Dona yang menjaga, malam berikutnya Tessa. Keduanya memastikan Damien tidak pernah merasa sendirian.Sedangkan Tyler hanya berkunjung sesekali untuk melihat Damien, Ia bersama Nathalie, sibuk mencari jejak keberadaan Chiara yang hilang secara misterius.Mereka berdua terus bergerak tanpa jeda, namun belum menemukan titik terang keberadaan Chiara. Tidak lupa Tyler memberikan kabar kepada Dona dan Tessa.Sementara itu, kedua orang tua Damien, yang tidak bisa datang karena kesibukan mereka di luar negeri, terus memantau perkembangan kondisi anak mereka dari jauh. Setiap beberapa jam, Tessa atau Damien sendiri akan menerima panggilan dari mereka.Pukul 11 siang waktu Roma, suasana di kamar VIP Damien terasa sedikit lebih tenang dari biasanya. Dokter Moretti, pria paruh baya y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status