Share

Mahkota yang Terenggut

Penulis: Asriaci16
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 09:31:12

Setelah bertarung dengan libidonya yang terpancing ke permukaan, Irgi pun akhirnya berhasil juga membawa sang perempuan ke dalam kamar hotel yang disewanya. 

"Ahh, panas ... gue gerah, pengen banget mandi! Emhh," rintih Agnia belum tuntas. 

Untungnya, kini ia sudah dibaringkan di atas ranjang berseprai putih. Dibiarkan bergerak gelisah, sembari melepas kemejanya secara utuh. 

"Apa aku perlu melakukannya?" Gumam Irgi menimbang-nimbang. Sejenak, ia menyentuh bibirnya yang tadi sempat Agnia lumat dengan rakusnya.

"Ayo ke sini! Masukin gue please. Disini gatel banget," ujar perempuan itu seraya membuka kancing celana jeans-nya. 

Melihat itu, Irgi pun semakin terdorong untuk menuntaskan libidonya yang sempat tertahan. 

"Jika aku melakukannya, apakah tindakanku tepat?" Irgi bertanya-tanya pada diri sendiri.

Agnia melengkungkan tubuhnya ke atas. Celananya pun sudah akan ia turunkan karena merasa tak sabar untuk memasukkan jemarinya ke dalam sana. 

Rasa gatal dan geli bercampur menjadi satu. Membuat Agnia terus mendesah, diikuti oleh keringat yang bercucuran.

"Di sini sudah basah, apa lo akan terus berdiri di sana dan cuma menonton?" Agnia kesal, dia sungguh tidak mengerti pada jalan pikiran si pria. 

Mendengar pernyataan sang perempuan, Irgi kembali menggeram. 

"Hei, lo gak normal, ya? Lo beneran diemin gue yang bahkan udah setengah telanjang begini?" Teriak Agnia setengah frustrasi. Bahkan, air matanya sudah merebak membasahi pipi. 

"Sial! Jadi wanita ini menantangku, hm?" Bisik Irgi terusik. 

Sejujurnya, ia akui ia sudah mulai tergoda sejak di mobil tadi. Hanya saja, ia tidak mau asal gegabah dengan langsung menjamahnya detik itu juga. 

"Pantes aja gue diselingkuhin. Ternyata gue emang gak menarik, ya?” tiba-tiba saja Agnia menangis tanpa alasan yang jelas, membuat pria itu mengerutkan kening. 

“Seburuk itu ya lekuk tubuh gue?" Tangisnya meratap. 

Untuk sesaat, Irgi termangu dan berusaha mencerna perkataan Agnia yang seperti orang baru putus cinta. 

"Argh! Yaudah, kalo lo gak mau masukin gue. Biar jari gue aja yang masuk ke sini," erang Agnia muak. 

Kemudian, ia benar-benar memasukkan jarinya ke dalam underwear-nya tanpa ragu. Akan tetapi, sebelum sempat jari itu menyentuh lembah yang basah nan panas, Irgi justru sudah lebih dulu mencegahnya dengan cara menarik tangan Agnia keluar dari dalam celananya. 

"Akan kulakukan jika memang kamu menginginkan," cetus Irgi pada akhirnya. 

Kini, dia sudah turut naik ke ranjang dan memposisikan diri di atas sang perempuan yang sejak tadi sudah berbaring terlentang. 

"Ayo cepat!" Seru Agnia tergesa.

Saking tak sabarnya lagi, Agnia sampai menarik kemeja sang pria agar condong ke arahnya. Ia kembali melumat bibir itu dengan sangat rakus tanpa ampun. 

Sementara Irgi, tangannya mulai sibuk menurunkan celana Agnia hingga ke ujung kaki. Tersisa underwearnya saja, bersama bra merah yang masih terpasang utuh di tempatnya. 

"Emhh, manis banget bibir lo. Apa lo suka merokok?" Racau Agnia di sela kegiatannya. 

Namun, sepertinya Irgi tidak tertarik untuk menyahut. Karena di detik selanjutnya, ia sudah menurunkan bibirnya ke arah leher sang gadis yang sejak di bar tadi sudah memerah. 

"Ahh, ya … ya di situ," desah Agnia. Kepalanya menengadah seiring dengan penghayatan yang ia rasakan ketika tangan sang pria menyentuh titik sensitifnya.

"Basah sekali," geram Irgi mulai mengoyak. 

"Kan udah gue bilang, di sana udah sangat gatal. Lo aja yang kelamaan," komentar si perempuan kesal. Walau begitu, kini ia sangat menikmati sentuhan manja yang pria itu berikan. 

Irgi sendiri mulai terlena. Setelah sekian lama tak menjelajahi gunung kembar, akhirnya kini Irgi memiliki kesempatan besar untuk merasainya lagi.

"Buka aja, emh …." titah Agnia sambil melengkungkan badannya ke atas. Memberi akses pada sang pria agar ia melepas pengait bra yang masih utuh terpasang. 

Irgi menurut. Sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk melepas pengait bra tersebut. Selagi itu, tangan satunya lagi masih sibuk menari indah di dalam sana. 

"Ahh ya, ya ... gue suka. Ini, nikmat banget … emh," gumam Agnia dalam pejaman matanya. Merasa sangat dimanja oleh permainan mulut Irgi di puncak dadanya.

"Masukin sekarang, please! Gue udah gak tahan," rengek Agnia lagi. Tangannya bergerak gesit membuka kancing celana sang pria. 

Lalu, ia turunkan juga sampai pusaka Irgi teraba menegang, seolah siap melesak masuk ke dalam sarangnya. 

"Cepetan!" Desak Agnia tak sabar, sembari sigap mengenyahkan celana dalamnya sendiri. 

Kini, keduanya sudah sama-sama tak terhalang busana. Kemudian, mula-mula Irgi memposisikan diri di atas Agnia. Perlahan, ia pun memasukkan miliknya ke dalam sang perempuan.

"Pe-lan pe-lan ...." 

Irgi mengernyit. Padahal, bukannya sejak tadi ia minta dimasuki. Tapi sekarang, kenapa justru perempuan ini minta pelan-pelan?

"A-ahh, sa ... kit," pekik Agnia tertahan, di kala milik Irgi menembus dinding yang menghalangi inti si perempuan.

Melotot, Irgi pun baru sadar. "Jadi, ini yang pertama?" 

Agnia tidak menjawab. Akan tetapi, Irgi sangat yakin bahwa Agnia memang masih perawan sampai pada saat Irgi berhasil menjebol dinding keperawanannya. 

"Ahhh, e ... nak," desah Agnia merem melek. 

Sementara itu, Irgi bergerak dengan ritme yang dirasa pas. Apalagi ini adalah moment pertama bagi Agnia. Tentu saja, Irgi harus memberi kesan yang indah bagi perempuan yang sedang ditindihnya ini. 

"Apa masih sakit?" Tanya Irgi pelan.

Agnia menggeleng. Kemudian, ia menarik kepala Irgi yang lagi-lagi dilumatnya rakus bibir manis tadi.

Agnia mendesah kencang ketika Irgi tak memberi celah. Tubuhnya bergetar hebat, ketika sesuatu akan datang tak lama lagi. 

"Jangan keluar sendiri," bisik Irgi di bibir sang wanita. Tidak lama dari itu, Agnia menjerit kencang sembari menancapkan kuku-kukunya di punggung sang pria. 

Malam ini, mahkota Agnia telah Irgi ambil. Bukan karena paksaan, melainkan Agnia sendiri yang meminta. 

Sadar atau tidak, tapi Agnia seperti baru saja memberi peluang pada Irgi untuk mengikatnya secara batin. 

"Aahh," desah Agnia nikmat.

Bersamaan dengan itu, ia pun langsung terlelap kelelahan tanpa sempat membersihkan diri ke kamar mandi.

*** 

Paginya, matahari datang di ufuk timur. Memberi sinar mentari yang menembus gorden menyilaukan mata. 

Agnia terbangun dengan posisi dipeluk oleh lengan besar. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata adalah, Agnia mendapati wajah tampan yang tentu tidak asing dalam ingatannya.

"P-pak dosen?" Bisik Agnia tercekat. Sejenak, ia mengucek matanya karena takut keliru dengan penglihatannya. 

Akan tetapi, setelah memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Barulah matanya terbelalak horor seakan ia sedang menyaksikan ada kepala dibelah menjadi tiga bagian. 

Agnia mengintip ke dalam selimut. Rasa syok lantas menyergap ketika ia menemukan tubuhnya yang benar-benar polos tak terhalang sehelai benang pun. 

"I-ini apa? Kenapa gue bisa terdampar di sini bersama ... Pak dosen," lontarnya penuh tanya. Sekilas, ia meraba kepalanya yang sedikit berdenyut. 

"Ke-kenapa gue bisa ada di sini? Di atas ranjang, dalam keadaan telanjang bersama Pak dosen Irgi? A-apa yang sebenarnya udah terjadi dan menimpa gue semalem?" 

Rasanya, Agnia tidak bisa berpikir jernih. Rasanya, baru kemarin Agnia menangis karena dikhianati oleh pacar serta sahabatnya.

Rasanya, ini terlalu tabu. 

Agnia kaget bukan kepalang. Dia sungguh tidak tahu bagaimana hal seserius ini bisa sampai terjadi. 

"Kamu sudah bangun?" Tiba-tiba, sebuah suara serak khas orang bangun tidur terdengar menyapa. 

Membuat Agnia menoleh ke sisi kirinya, dan detik itu juga ia beradu pandang dengan dosen tampan yang selama ini mengajarinya ketika di kampus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Pencarian Masih Berlangsung

    EMERGENCY!!Tiba-tiba, alarm tanda bahaya seketika muncul dari dalam benak Agnia tatkala menyadari bahwa sekarang dirinya sedang dikelabui oleh pemuda desa yang sempat menawarkan diri untuk mengantarnya pulang ke alamat tertuju. Padahal, Agnia sudah meyakinkan diri jika ia tidak akan sampai dibawa kemana-mana oleh pemuda desa ini selain ke rumah mendiang neneknya Irgi. Akan tetapi, disinilah Agnia sekarang. Di antara semak belukar yang wanita ini sendiri langsung menyadari bahwa dirinya sedang dalam bahaya. “Heh, Bang … sebenernya lo mau bawa gue kemana, sih? Perasaan tadi pas berangkat dari rumah menuju pasar malam, gue gak ada ngelewat semak-semak kayak gini,” lontar Agnia yang berjalan di depan si pemuda. Mulai melayangkan protes sebelum perjalanan semakin ngaco apalagi jika sampai menjauhi peradaban.“Ini jalan yang bener kok, Neng. Mungkin, Neng geulis lupa lagi kalo tadi sempat juga lewat ke sini,” sahut pemuda itu beralasan. Membuat Agnia sontak berhenti dari gerak langkahny

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Dihampiri Pemuda Desa

    “Cemburu?” Irgi membeo. Merasa tak percaya dengan asumsi pria paruh baya di hadapannya itu. Mengingat Agnia yang selalu menolak setiap kali Irgi memintanya untuk berada di sampingnya, maka tentu saja Irgi tak akan semudah itu untuk sependapat dengan ayah dari sahabatnya ini. “Kalau bukan cemburu, lantas apa lagi sebutannya? Kalian menikah sudah berapa lama memangnya? Kok, kayaknya kamu masih belum bisa peka sama cara ngambek istrimu,” celetuk Kosim bertanya-tanya.Dalam sekejap, cukup berhasil membuat Irgi didera gugup walau tak terlalu gamblang ia menunjukkan. “Bukan begitu, Pak Kosim. Hanya saja, sebelumnya saya sudah memberitahu Agnia bahwa Hanifah adalah adik dari sahabat saya. Lagipula, kami juga ngobrol seperti pada umumnya orang berbincang santai. Tidak ada gelagat yang mencurigakan yang sampai harus membuat siapapun mengira jika di antara kami ada sesuatu yang dianggap hubungan istimewa,” tutur Irgi menguraikan. Akan tetapi, justru membuat Kosim refleks terkekeh dan menepu

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Diduga Cemburu

    “Punten, Kang,” celetuk sebuah suara menginterupsi. Dalam sekejap, Irgi pun menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang perempuan berjilbab hitam tengah meringis canggung padanya. Mengernyitkan dahinya spontan, Irgi yang semula sedang asyik berbincang dengan Hanifah pun kini sudah mengalihkan perhatiannya penuh terhadap si perempuan berjilbab tersebut. “Ada apa ya?” tanya pria itu menatap bingung.“Sebelumnya saya minta ya, Kang. Tapi, perempuan tadi yang Akang suruh buat pilih-pilih pakaian di stand saya, itu istrinya apa adiknya ya? Ah … pokoknya, siapapun itu, dia tadi mutusin untuk gak jadi beli bajunya. Justru, saya malah disuruh tanya Akangnya saja kata si tetehnya tadi. Makanya saya kesini karena buat mastiin aja kalau-kalau Akangnya mau jadi beli atau enggak,” urai si pelayan stand memberanikan diri untuk meminta kejelasan. Pasalnya, sebagai seorang pelayan yang sudah dipercaya oleh pemilik stand-nya untuk menangani konsumen yang masuk ke stand, perempuan ini dianjurkan u

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Gelagat yang Beda

    “Udah ya, Pak. Kalo sekiranya udah gak sanggup buat lanjut cerita, Bapak gak usah maksain lagi. Paling nggak, saya sudah bisa menangkap garis besarnya, kok, walaupun Bapak gak ceritain seluruhnya…” ucap Agnia tak ingin memaksa.Dia cukup peka saat ini. Apalagi setelah melihat Irgi yang sekuat tenaga menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya di depan Agnia, membuat sang wanita lantas mengulurkan tangannya impulsif guna memberi usapan lembut di pundak dosennya. “Saya turut prihatin ya, Pak. Minimal, sekarang saya jadi tau penyebab Bapak selalu bersikap dingin selama di lingkungan kampus. Karena emang Bapak sengaja jadiin watak dingin itu sebagai tameng dari rasa sakit hati Bapak itu, kan?” lontar Agnia menebak. Tidak peduli jika pun ia salah dengan tebakannya. Yang jelas, kini Agnia sudah sedikit lebih paham dengan kesakitan Irgi di masa lalu bahkan hingga hari ini. Irgi masih bergeming. Namun, perlahan ia pun menaikkan pandangannya. Beradu tatap dengan sang wanita, yang kini seda

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Flashback 5 tahun lalu

    “Ru-Rumah Bapak?” beo Agnia tersendat. Menyudahi aksi bersandarnya, Irgi kini sudah kembali duduk tegak seraya mengangguk dan menatap sang wanita serius. “Ya. Menjadi tempat saya pulang ketika letih. Rumah yang benar-benar nyaman, dan tidak seorang pun boleh menempati rumah itu kecuali saya seorang,” tandas Irgi posesif. Untuk sesaat, berhasil telak membuat Agnia tercenung kaget di tengah Irgi yang sigap bangkit dari duduknya dan menggeser meja kayu di hadapannya agak menjauh. Dilanjut dengan ia yang mengambil posisi berlutut, tepat di depan Agnia yang masih duduk di kursi. “Jadilah rumah saya, Agnia. Bukan untuk sementara, melainkan sampai saya meregang nyawa pada suatu hari nanti…” pinta sang pria sangat serius. Menyorotkan pandangan penuh permohonannya pada Agnia seolah ia sedang melamar si wanita secara tidak langsung. Agnia termangu. Kini, pria itu tidak hanya meminta dirinya menjadi miliknya. Tetapi bahkan lebih-lebih dari hanya sekadar memiliki. “Saya tahu ini seperti sed

  • Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen   Ketika Pak Dosen Bercerita

    “Biasanya, doa anak kecil yang masih polos seperti mereka cenderung cepat dikabulkan sama Tuhan. Makanya, saya bantu aminkan saja dulu. Perihal sisanya, biar Tuhan saja yang mengatur,” celetuk Irgi melirik ke sebelahnya. Dilanjut dengan menunjukkan ekspresi jahil yang tentu saja membuat Agnia mendelik seraya berkata, “Apaan sih, Pak! Bapak ngebet banget punya anak kayaknya. Sama istri sendiri emang gak pernah usaha bikin? Kok, ngodenya malah sama saya mulu perasaan. Ajakin istrinya aja sana, Pak, kalo udah gak tahan pengen keturunan.” Entah Agnia yang keterlaluan dalam menyahut, atau memang si prianya saja yang sedang berhati sensitif. Mendengar lontaran kalimat si wanita barusan, Irgi pun mendadak murung di tengah kepala yang menunduk lunglai. Melihat perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh sang pria, sontak membuat Agnia menjadi peka hingga ia langsung didera perasaan menyesal tatkala mendapati Irgi yang tahu-tahu sudah melenggang sendiri tak mengajak si wanita. “Loh, Pak!” Agn

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status